Beberapa hari setelahnya....
Sudah masuk satu atau bahkan dua Minggu lebih semenjak kejadian itu, Azila serta Ceisya tak pernah lagi terlihat bersama dan bermain seperti biasanya. Mereka sudah sangat asing kali ini, seolah-olah tidak pernah ada hubungan apa-apa diantara mereka berdua. Ya Azila sendiri tak mempermasalahkan itu, meski ia sadar bahwa semua ini tak mudah baginya.
Kini Azila masih berada di sekolahnya, seperti biasa ia akan menuju perpustakaan untuk membaca buku dan menambah ilmunya sebelum ujian berlangsung nanti. Akan tetapi, tanpa sengaja ia harus berpapasan dengan Ceisya di lorong sekolah yang membuat suasana keduanya pun canggung dan tak mau saling bertatapan.
"Cih, gak tau malu! Udah godain bokap gue sampe parah banget, tapi gak ada kata maaf tuh. Punya perasaan gak sih?" Ceisya sengaja mencibirnya saat ini.
Jelas saja kata-kata itu membuat Azila tersadar kalau Ceisya masih belum bisa memaafkannya, gadis itu memang terus saja mengira dan menuduh kalau ialah yang telah menggoda Vicky saat itu. Padahal nyatanya, justru Vicky terlebih dulu yang memaksa dan ingin melecehkan dirinya.
"Hm, maaf ya Ceisya! Gue udah berkali-kali coba jelasin ke lu, tapi tetap aja lu selalu nuduh gue. Sebenarnya apa sih yang bikin lu kayak gini, ha?" ujar Azila.
Tanpa menoleh ke arahnya, Ceisya pun kembali menjawab kata-kata Azila itu.
"Menurut lu gimana? Masa iya gue harus percaya sama orang yang udah ciuman sama bokap gue sendiri? Kalo lu yang ada di posisi gue, apa lu bakal lakuin itu? Gue rasa mustahil sih," ucap Ceisya.
"Ceisya, gue itu sahabat lu. Kita sahabatan gak cuma sehari dua hari, tapi udah tahunan. Apa gak ada rasa kepercayaan di hati lu itu ke gue?" ucap Azila.
"Ck, malas banget gue debat sama lo!"
Akhirnya Ceisya meneruskan langkah dan pergi meninggalkan Azila, ia tetap saja tak mau percaya pada penjelasan Azila itu. Ya Azila tampak murung kali ini, menunduk lesu dan bersedih atas semua yang terjadi. Azila menyentuh bibirnya, mengingat peristiwa kelam yang membuat Ceisya amat benci padanya.
"Ini semua gara-gara om Vicky, hubungan persahabatan gue sama Ceisya jadi hancur. Maafin gue ya Ceisya!" lirihnya.
Azila menitikkan air mata, kesedihannya makin terasa setelah Ceisya tak sama sekali mau menatapnya saat mereka berpapasan tadi. Meski mereka saling bicara, namun tetap saja terasa beda dan menyakitkan. Apalagi, kalimat Ceisya itu sungguh melukai hati kecilnya yang lembut itu.
"Azila!" tanpa diduga, salah seorang temannya yang bernama Ratna memanggilnya dan mendekatinya.
Sontak Azila cepat-cepat menghapus air matanya dan berusaha terlihat biasa-biasa saja di depan temannya itu, ya ia tak mau jika Ratna sampai mengetahui apa yang baru saja ia alami. Kini barulah ia berbalik dan menatap wajah Ratna, tersenyum tipis ke arahnya.
"I-i-iya Ratna, kenapa?" tanyanya lirih.
"Gapapa, gue cuma mau ucapin selamat buat lu ya! Gue dengar katanya lu dapat beasiswa kuliah di Swiss kan? Gila sih zil, lu emang keren banget!" ucap Ratna memujinya.
"Hehe, biasa aja kok. Gue mah belum terlalu pintar, gue kan juga masih belajar. Btw, lu tahu darimana soal beasiswa itu?" ujar Azila.
"Dari Neni, terus katanya dia dapat info ini langsung dari mas Amar. Tapi benar kan kalo lu mau ke Swiss?" ucap Ratna.
Azila mengangguk sebagai jawaban, ya dirinya memang sudah memutuskan untuk menerima beasiswa itu dan akan melanjutkan kuliahnya di luar negeri. Tanpa ia sadari, rupanya Ceisya mendengar semua itu dan terlihat tidak senang.
•
•
Singkat cerita, tibalah hari dimana Azila mengalami kelulusan dari sekolahnya. Tiga tahun sudah ia menimba ilmu disana, dan kini Azila harus berdiri di atas panggung sambil mendapatkan apresiasi dan tepuk tangan dari orang-orang yang hadir disana.
Azila tampak sangat gembira, meski hari ini juga akan jadi hari terakhir ia bertemu dengan Ceisya alias sahabatnya itu. Sebentar lagi mereka akan berpisah secara resmi, karena Azila yang harus pergi demi menerima beasiswa tersebut.
Setelah melakukan berbagai kegiatan pada acara kelulusan itu, kini Azila kembali turun dari panggung sambil menyeka air matanya. Ia menemui mama dan tantenya di bawah sana, lalu memeluk mereka berdua secara bersama-sama.
"Aduh aduh, selamat ya sayang! Gak nyangka loh anak mama sekarang udah makin besar, malah udah lulus sekolah. Mama berasa mimpi tau nak," seru Zahra.
"Iya Azila, perasaan dulu tante ketemu kamu tuh kamu masih kecil banget loh. Eh sekarang udah pake toga sama baju wisuda aja, selamat loh cantik! Semoga kamu makin sukses ya sayang!" sahut Mayang.
"Makasih ya ma, tante! Aku senang di hari kelulusan aku ini, kalian berdua bisa datang dan temani aku. Kalau gak ada kalian, gak tahu deh aku bakal gimana," ucap Azila.
"Hm, sama-sama anak mama yang cantik," ucap Zahra dengan begitu antusias.
Mereka menyudahi sesi pelukan itu, kemudian Mayang mengajak mereka untuk berfoto disana sebagai kenang-kenangan. Ya tentu Azila dengan senang hati menerimanya, karena ia pun ingin mengabadikan semua itu di dalam sebuah memori.
•
•
Di lain tempat, Vicky juga baru saja memberi selamat pada putrinya yang telah lulus itu. Ya mereka memang berada dalam acara yang sama dengan Azila, hanya saja posisi mereka sedikit berbeda. Meski begitu, Vicky masih dapat menyaksikan langsung bagaimana cantiknya Azila saat menaiki panggung itu.
"Dad, kita langsung pulang aja yuk! Aku gak selera buat terus disini, pasti nanti aku bakal harus ketemu Azila. Daddy mau kan anterin aku pulang?" pinta Ceisya.
"Hah? Loh emang kenapa kalau kamu ketemu Azila sayang? Kamu masih marahan ya sama dia?" tanya Vicky keheranan.
"Gak juga sih, aku males aja ketemu dia. Kan daddy tau sendiri kalau dia itu udah berani godain daddy, makanya aku benci banget sama dia!" jawab Ceisya.
"Tapi, apa kamu gak nyesel? Harusnya kamu manfaatin momen ini untuk maaf-maafan sama Azila loh sayang," ujar Vicky.
"Ck, daddy ngomong apa sih? Aku gak akan pernah mau ya baikan lagi sama dia, sekali benci aku bakal tetap benci sama Azila! Meski aku tahu sebentar lagi Azila bakal pergi ke luar negeri," sentak Ceisya.
Deg
Vicky terkejut mendengarnya, ia membelalakkan mata seolah tak percaya kalau Azila akan pergi jauh nantinya. Vicky pun mencengkram dua bahu sang putri, lalu bertanya serius padanya mengenai hal itu dengan tampang cemas.
"Ka-kamu serius nak? Azila bakal pergi ke luar negeri abis ini? Memangnya untuk apa dia pergi?" tanya Vicky dengan wajah serius.
"Iyalah dad, ini serius. Azila mau kuliah di luar negeri karena dia dapat beasiswa, emang kenapa sih dad? Daddy mulai suka ya sama Azila, terus daddy gak mau pisah dari dia?" ucap Ceisya.
Vicky terdiam dan tak bisa menjawab apa-apa, ia mengalihkan pandangan ke arah Azila yang tengah asyik berfoto-foto bersama keluarganya di depan sana.
"Azila, saya gak akan biarkan kamu pergi!"
...~Bersambung~...
...JANGAN LUPA LIKE+KOMEN YA GUYS YA!!!...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments