Ceisya masih terus bersedih dan memikirkan ibunya yang telah pergi untuk selamanya, ia memandangi bingkai foto dirinya bersama sang ibu disana sambil mengusapnya dan menangis terisak. Jujur saja, tak banyak waktu yang ia dapatkan untuk bisa dekat dengan ibu yang amat ia sayangi itu. Sehingga, wajar saja jika kesedihan yang ia rasakan kali ini sangat sulit dihilangkan.
Gadis itu menangis penuh kesedihan, ia memeluk bingkai foto tersebut dengan amat emosional. Rasanya Ceisya masih belum percaya kalau sekarang ibunya telah tiada, apalagi ibunya itu pergi dengan cara yang mengenaskan. Sebagai seorang anak, Ceisya tentu tak dapat menerima semua yang telah terjadi pada ibunya itu.
"Mom, kenapa mommy secepat ini sih tinggalin aku? Apa coba salah aku sama mommy? Sampai-sampai mommy udah gak mau ada di dunia lagi buat aku," racaunya.
Kesedihan Ceisya masih berlanjut, tepat ketika ia mengingat bayangan mengenai kejadian indah dirinya dan sang ibu dulu. Di waktu kecil, Ceisya memang senang sekali saat memiliki waktu bersama ibu yang ia sayangi itu. Meski saat dewasa, mereka jarang sekali berduaan.
TOK TOK TOK...
Tiba-tiba, pintunya diketuk dari luar yang membuat Ceisya terkejut bukan main. Ia tersadar dari lamunannya, lalu menatap ke arah pintu dengan penuh penasaran. Pasalnya, saat ini di rumahnya sedang sepi dan hampir tidak ada siapa-siapa.
"Siapa ya?" Ceisya berteriak untuk menanyakan siapa yang datang.
"Ini bibik, non. Boleh kan bibik masuk?" jawab seseorang yang ternyata bik Saroh itu.
"Ohh, iya bik masuk aja!" tanpa berpikir panjang, Ceisya mempersilahkan pelayannya itu untuk masuk.
Ceklek
Saat pintu dibuka, Ceisya kembali terkejut dan terbelalak karena ternyata bik Saroh tidak sendiri. Ada sosok Azila juga disana, yang masuk lalu tersenyum menghampirinya. Sontak Ceisya merasa heran, karena tak biasanya Azila datang kesana.
"Hai Ceisya! Apa kabar?" sapa Azila dengan lembut.
"Azila?" Ceisya tampak senang melihatnya.
Tanpa berpikir panjang, Ceisya langsung mendekat ke arah Azila dan memeluknya dengan erat. Ya Azila juga melakukan hal yang sama, sebab dirinya amat rindu dengan sahabat yang selama ini selalu ada untuknya dan menemaninya dikala susah maupun senang.
"Gue senang banget ketemu sama lu, cei. Gue kangen tau sama lu, gue pengen lu bisa balik lagi kayak dulu!" ucap Azila.
"Sama zil, gue juga ngerasain itu. Gue mau banget hidup kayak dulu lagi, tapi nyatanya gue gak bisa. Berat banget hidup tanpa sosok mommy di sekitar kita zila," rengek Ceisya.
"Lo emang benar cei, gue ngerti banget perasaan lu kok. Wajar kalo lu masih sedih setelah kepergian nyokap lu, tapi gak gini caranya Ceisya! Lo gak boleh ngurung diri terus kayak gini," ucap Azila.
Perlahan Ceisya melepas pelukannya, menyeka air mata di wajahnya sambil berusaha untuk tersenyum. Sedangkan Azila tampak terus menatapnya, ia melihat wajah Ceisya begitu sembab akibat terlalu banyak menangis.
"Maafin gue ya zil, gue malah nangis di depan lu. Gue emang cengeng banget," ujar Ceisya.
"Hus, jangan bilang gitu ah! Kita duduk yuk, lu harus tenangin diri lu ya! Gimana kalau kita main game? Lu kan biasanya paling seneng tuh kalo begitu," ucap Azila.
Ceisya mengangguk, "Boleh deh, thanks banget ya zila! Lo udah mau nyempetin waktu buat datang kesini," ujarnya.
"Sama-sama."
Mereka berdua akhirnya terduduk bersama di pinggir ranjang, sedangkan bik Saroh terlihat tersenyum lebar dan pamit untuk membuatkan minuman serta cemilan bagi keduanya.
•
•
Keesokan paginya, Vicky merasa senang melihat perubahan sikap dari putrinya yang jauh lebih baik saat ini dibanding sebelumnya. Tepat setelah kedatangan Azila di rumah itu, Ceisya menjadi lebih ceria dan tak lagi bersedih memikirkan mamanya yang meninggal dunia itu.
Meski begitu, Vicky tentu akan tetap meminta pada Azila agar terus menginap disana sampai waktu yang tepat nanti. Bagaimanapun, ia yakin sekali keberadaan Azila adalah pemicu Ceisya dapat melupakan mamanya dan tidak lagi bersedih.
"Permisi pak, ini kopinya!" tiba-tiba, bik Saroh datang membawakan segelas kopi untuknya.
"Ah iya bik, terimakasih! Jangan lupa ya itu sarapan tolong diantar ke kamar Ceisya seperti biasa, barangkali dia masih belum mau makan disini!" ucap Vicky.
"Baik pak! Tapi, sepertinya kondisi non Ceisya sudah membaik pak semenjak ada non Azila disini," ucap bik Saroh.
"Benar itu bik, saya juga merasa begitu. Ya semoga aja nantinya Ceisya bisa terus seperti ini, jujur saya sedih lihatnya kalau dia terus-terusan mengurung diri," ucap Vicky.
"Iya pak, kalo gitu saya permisi dulu ya pak!" pamit bik Saroh.
Vicky mengangguk kecil, kemudian bik Saroh pun pergi menuju dapur dan mengambil piring berisi sarapan untuk Ceisya. Seperti biasa, tentunya Saroh akan mengantarkan piring itu ke kamar Ceisya dan meminta Ceisya sarapan lebih dulu.
Akan tetapi, saat bik Saroh muncul kembali melewati Vicky di meja makan. Tiba-tiba saja terlintas sesuatu di pikiran lelaki itu, entah kenapa Vicky ingin dirinya lah yang mengantar makanan itu ke kamar putrinya. Akibatnya, Vicky sontak menghentikan langkah bik Saroh disana.
"Eh bik, tunggu!" Vicky memanggilnya, bangkit dari kursi dan membuat bik Saroh terkejut.
"I-i-iya pak, ada apa ya? Ini saya baru mau anterin sarapan buat non Ceisya dan non Azila di kamarnya," ucap bik Saroh.
"Begini bik, itu makanan biar saya aja yang bawa ya! Saya mau kasih langsung ke Ceisya, sekaligus lihat kondisi dia. Gapapa kan bik?" ucap Vicky.
"Oh begitu, ya gapapa dong pak. Silahkan aja kalau bapak mau bawa makanan ini langsung ke kamar non Ceisya!" ucap bik Saroh.
Vicky tersenyum, ia pun meminta nampan itu dari tangan bik Saroh dan mengambilnya. Kini ia langsung bergerak menaiki tangga menuju kamar putrinya, sambil berharap ia juga dapat bertemu dengan Azila di pagi hari yang indah ini.
"Ahaha, saya gak sabar ketemu sama kamu zila! Wajah cantik kamu itu selalu jadi candu buat saya," batinnya.
Ia terus tersenyum sepanjang jalan, sampai kemudian ia tiba di depan kamar Ceisya. Tanpa menunggu lama, ia segera menaruh tangan di gagang pintu dan bersiap membukanya. Seperti biasa, ia sengaja tak mengetuk pintu lebih dulu demi bisa melihat Azila di dalam sana.
Ceklek
Vicky pun membuka pintu, memastikan kondisi di dalam kamar itu dan mengedarkan pandangannya. Betapa syoknya ia, karena ternyata Azila tengah berdiri di depan cermin sambil hanya mengenakan mantel mandi berwarna putih.
"Waw mulus sekali kulit kamu, Azila!" Vicky bergumam sembari menjilat bibirnya sendiri.
Tanpa sengaja, Vicky mendorong pintu yang menyebabkan timbulnya suara. Akibatnya, Azila terkejut dan segera menoleh ke arah pintu untuk memastikan semua. Gadis itu langsung syok, sebab terdapat Vicky disana tengah mengintipnya.
"Hah? Om Vicky??" reflek Azila menutupi tubuhnya dengan kedua tangan dan membelalakkan matanya.
...~Bersambung~...
...JANGAN LUPA LIKE+KOMEN YA GUYS YA!!!...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
sella surya amanda
lanjut
2024-06-13
1