Azila turut menghadiri acara pemakaman Zafina alias ibu dari sahabatnya itu, yakni Ceisya. Jujur saja Azila tak percaya kalau secepat ini ia harus melihat Ceisya kehilangan ibunya, padahal baru kemarin rasanya ia bertemu dan berkenalan dengan Zafina saat pertemuan para wali di sekolah.
Ia kini coba menenangkan Ceisya yang tengah bersedih di dekat batu nisan mamanya, ia ikut merasakan kesedihan yang dirasakan sahabatnya itu. Bagaimanapun, mereka sudah cukup dekat selama ini dan ia tak bisa membiarkan Ceisya terus bersedih seperti itu di depan sana.
"Cei, udah ya! Lo harus sabar dan ikhlas, gue ngerti kok lo pasti sedih banget sekarang. Kehilangan orang yang kita sayangi emang berat banget, tapi gue yakin lo pasti bisa ikhlasin kepergian nyokap lo!" bujuk Azila.
Ceisya perlahan menoleh ke arahnya, wajahnya terlihat sembab dan dipenuhi air mata. Ia sangat bersedih kali ini, tak disangka di dalam dirinya kalau ia akan harus kehilangan sosok yang paling ia sayangi secepat ini. Padahal, ia pun jarang sekali bertemu dengan mamanya itu.
"Zila, gue gak bisa zil. Gu-gue udah ditinggal sama orang yang paling gue sayang, berat banget buat gue ikhlas dan tenang zila!" ucap Ceisya sambil terus terisak.
Tentu saja Azila semakin bersedih melihat Ceisya seperti itu, ia mendekati gadis itu dan merangkulnya sembari mengusapnya dengan lembut. Ceisya pun memanfaatkan itu untuk melampiaskan kesedihannya, ia menangis di bahu Azila dan sulit menghentikannya.
"Cei, tenang ya Cei! Gue ada disini buat lu, gue bakal selalu temani lu kok. Jadi lu tenang aja ya, jangan sedih terus kayak gini! Gue yakin nyokap lu juga pasti gak akan senang di atas sana melihatnya," ucap Azila.
"Tapi zil, selama ini gue jarang banget ketemu sama mommy. Gue juga pengen dekat sama mommy seperti orang-orang di luar sana zil," ucap Ceisya sambil terisak.
"Umm, gue ngerti keinginan lu itu. Tapi, lu tetap bisa ngerasain dekat sama nyokap lu kok. Ya lu tinggal berdoa aja terus buat beliau, supaya nantinya beliau tenang di atas sana dan bahagia lihat lu disini," ucap Azila.
"Hiks hiks..."
Bukannya tenang, Ceisya justru semakin bersedih dan menangis sesenggukan di dekat makam ibunya. Gadis itu juga melepaskan diri dari Azila, lalu memeluk erat batu nisan ibunya dan meluapkan kesedihan yang ia rasakan saat ini.
Azila pun merasa kebingungan, ia tak tahu apa yang harus ia lakukan lagi untuk bisa membuat Ceisya berhenti menangis. Namun, Zahra kemudian mencoleknya dan memberi kode padanya untuk berbicara dengannya.
"Sayang, biar mama ya yang bicara sama teman kamu?" bisik Zahra.
"I-i-iya ma, tolong ya!" lirih Azila.
"Iya, yaudah kamu ke belakang aja dulu ya! Ceisya itu lagi sedih banget, dia butuh ketenangan," ucap Zahra.
Azila mengangguk kecil, ia menuruti mamanya dan perlahan melangkah mundur memberi ruang bagi Zahra untuk mendekati Ceisya disana. Ya Zahra langsung berjongkok di dekat Ceisya, lalu coba membujuknya sembari mengusap pundaknya.
Sementara Azila hanya dapat mengamati sahabat serta mamanya itu dari jauh, matanya berkaca-kaca seolah ikut bersedih melihat Ceisya menangis seperti itu. Sampai kemudian, ia didekati oleh Vicky yang tiba-tiba berbisik di telinganya dan membuatnya terkejut.
"Zila, saya senang kamu mau datang ke pemakaman istri saya. Kamu itu selalu bikin saya bahagia Azila," bisik lelaki itu.
Azila bergidik dibuatnya, ia dengan cepat menoleh dan merasa tidak nyaman saat ini. Pasalnya, posisi mereka begitu dekat yang membuat Azila harus sedikit bergeser menjauh karena rasa gelinya.
"Ma-maaf om, aku permisi dulu!" Azila langsung menjauh dari lelaki itu.
Vicky pun tersenyum menyeringai, jemarinya sengaja ia gerakkan untuk bisa menyentuh rambut Azila yang melewatinya. Diciumnya aroma tubuh gadis itu, yang berhasil membuat Vicky semakin terpesona dengan kecantikan sahabat putrinya itu.
"Azila Azila...sepertinya kamu memang sosok yang cocok menggantikan Zafina di hati saya. Tenang saja, saya akan wujudkan itu!" batinnya.
•
•
Singkat cerita, Azila telah pulang dari pemakaman ibu sahabatnya itu. Kini ia tengah terduduk seorang diri di taman samping rumahnya, wajahnya masih terlihat sedih setiap kali ia mengingat bagaimana ekspresi Ceisya saat di pemakaman tadi.
Belum pernah Azila melihat Ceisya menangis sampai seperti itu, apalagi Ceisya dikenal sebagai anak yang ceria dan periang. Namun kali ini semua berbeda, tampak jelas jika Ceisya amat kehilangan ibunya. Sebagai sahabat, Azila pun sangat tidak tega melihat Ceisya seperti itu tadi.
"Cei, semoga lu bisa cepat tenang deh! Jujur gue kasihan banget sama lu, tapi gue juga gak tahu harus apa buat menghibur lu sekarang," gumamnya.
"Itu mudah Azila!" tiba-tiba, seseorang menyahuti kata-katanya tersebut.
"Hah??" sontak Azila terkejut, betapa syoknya ia melihat Vicky telah berada di dekatnya dan tersenyum ke arahnya.
Secara reflek gadis itu beranjak dari tempat duduknya, menghadap ke arah Vicky dengan wajah herannya. Tentu Azila tak mengira kalau Vicky bisa datang ke rumahnya, karena sebelumnya lelaki itu belum mengetahui alamatnya.
"O-om, kok om bisa ada di rumah aku? Darimana om tahu alamat rumah aku?" tanya Azila dengan sangat gugup.
Vicky tersenyum dibuatnya, "Itu mudah buat saya, Azila. Lagipula, kamu teman anak saya. Jadi apa salahnya kalau saya tahu alamat rumah kamu?" ucapnya santai.
"Eee...ta-tapi, ada urusan apa ya om datang ke rumah aku?" tanya Azila kembali.
"Gak ada kok, saya cuma mau bilang terimakasih ke kamu sekali lagi. Berkat kamu, sekarang kondisi Ceisya sudah jauh lebih baik dibanding sebelumnya. Saya senang sekali, karena ternyata kamu memiliki jiwa yang cocok sebagai ibu. Dilihat dari cara kamu membujuk Ceisya kemarin, saya yakin kamu sangat piawai mengurus anak," ucap Vicky.
Azila hanya diam tak mengerti, ia bingung apa maksud Vicky sebenarnya mengatakan itu padanya. Namun, sesaat kemudian Vicky menunjukkan sesuatu dari balik punggungnya untuk ia berikan kepada gadis itu.
"Ini saya ada hadiah untuk kamu, mohon diterima ya Azila!" ucap Vicky sambil tersenyum.
Azila mengernyitkan dahinya, "Ini apa om? Untuk apa om kasih saya hadiah?" tanyanya heran.
"Ya itu hadiah untuk kamu, saya sengaja belikan itu sebagai ucapan terimakasih karena kamu sudah bantu saya menenangkan Ceisya kemarin," jawab Vicky.
"Tapi om, saya—"
"Sudahlah Azila, diterima aja ya!" Vicky menyela ucapannya dan menyentuh pundak gadis itu sambil menatapnya intens.
Azila sedikit ngeri saat lelaki itu menyentuh pundaknya, jujur ia sangat takut setiap kali Vicky berusaha mendekatinya. Ia pun berusaha menyingkirkan telapak tangan lelaki itu darinya, lalu bergeser menjauh sembari terlihat menahan rasa takutnya.
"Maaf om, tapi saya gak suka bunga!" ucap Azila menolak pemberian lelaki itu.
Setelahnya, Azila berniat pergi dari sana demi menghindari Vicky. Akan tetapi, tanpa sengaja Azila justru tersandung saat hendak melangkah. Reflek Vicky membantunya, menangkap tubuh gadis itu dan kembali memeluknya seperti sebelum ini.
...~Bersambung~...
...JANGAN LUPA LIKE+KOMEN YA GUYS YA!!!...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
Greenenly
oo dikasih bunga.. lki2 emang kek gini ya.. belum kering tanah makam istrinya dia udah mendekati perempuan lain... katanya cinta ke istrinya..
2024-08-26
5