Azila tampak kesulitan untuk fokus dalam pelajaran yang diberikan oleh Amar, ya berulang kali dirinya terlihat melamun dan tak dapat mencerna apa yang dikatakan Amar. Jujur saja, Azila memang masih memikirkan sosok Ceisya. Terlebih, ia belum tahu bagaimana kabar ibu dari temannya itu saat ini yang sedang dalam kondisi kritis.
Amar menyadari hal itu, sontak ia menghentikan sejenak pembelajaran mereka. Lalu, fokus menatap ke arah Azila yang masih melamun di sebelahnya. Ia terheran-heran melihat Azila seperti itu, padahal biasanya Azila selalu fokus dan bersemangat dalam belajar. Namun, kali ini semua jauh berbeda karena Azila kelihatan tidak bisa fokus dalam mencerna materi darinya.
"Zila, hey zila!" Amar menegurnya, sembari menepuk kecil pundaknya.
Saat itu Azila terkejut, ia menoleh ke arah Amar dengan wajah terheran-heran dan menghilangkan sejenak lamunannya. Ya Azila baru sadar kalau saat ini ia sedang bersama Amar di ruang tamu, karena mereka masih belajar disana.
"Eh iya mas, maaf ya mas a-aku gak fokus tadi! Kita sampai mana ya mas? Bisa tolong diulangi lagi?" ucap Azila dengan gugup.
Amar tersenyum dan menutup buku pelajaran yang ia bawa, lalu meletakkannya di atas meja. Azila tentu merasa heran dengan apa yang dilakukan Amar, ia mengira Amar marah padanya karena ia tidak fokus mendengarkan kata-kata pria itu tadi.
"Loh kok ditutup sih, mas? A-aku minta maaf karena tadi aku malah melamun, jangan marah dong mas! Kalau kita gak lanjut belajar, nanti aku bisa dimarahin sama mama dan papa. Please ya mas!" rengek Azila.
"Haha, kamu salah paham Azila. Justru saya sengaja menjeda pembelajaran ini, karena saya lihat-lihat kamu ini sedang tidak fokus. Sepertinya ada masalah yang sedang kamu pikirkan ya zila?" ucap Amar.
"Umm...iya sih mas, aku itu kepikiran sama teman aku. Soalnya mamanya baru aja kena musibah," jawab Azila.
"Ohh, musibah apa?" tanya Amar dengan wajah penasarannya.
"Teman aku ini baru dapat kabar, kalau mamanya itu kecelakaan dan lagi dirawat di rumah sakit. Kondisinya kritis, makanya aku kasihan banget sama dia," jelas Azila.
"Innalilahi, semoga ibu teman kamu itu bisa cepat sembuh ya zila! Saya ngerti sekarang kenapa kamu daritadi gak fokus," ujar Amar.
"Iya mas, maaf ya!" lirih Azila.
"Hm, gapapa kok. Sekarang lebih baik kita sudahi dulu proses belajarnya, kamu harus tenangkan diri dan jangan terlalu memikirkan teman kamu itu!" ucap Amar.
"Eh eh, ja-jangan mas! Kalau kita berhenti, nanti mama bisa marah," ucap Azila.
"Biar saya yang jelasin ke mama kamu nanti, gausah khawatir ya. Lagipula, materi ini kan sudah kamu pelajari dengan baik," ucap Amar coba menenangkan gadis itu.
"Iya sih mas, makasih ya udah mau ngertiin aku! Maaf banget loh aku tadi gak fokus pas kamu bicara!" ucap Azila.
Amar mengangguk dan menaruh tangannya di pundak Azila, ia mengusapnya perlahan sambil tersenyum menatapnya. Bagi Amar, dirinya sudah menganggap Azila seperti adik kandungnya sendiri. Sedangkan sebaliknya, Azila merasakan ada hal lain di hatinya.
"Semangat ya zila, saya yakin kamu pasti bisa! Saya juga yakin kalau ibu dari teman kamu itu pasti akan selamat!" ucap Amar dengan lembut.
"I-i-iya mas..."
Perlahan Azila menempelkan wajahnya di bahu Amar, membuat pria di sebelahnya itu terkejut dan tak menyangka dengan kelakuan Azila saat ini.
•
•
Disisi lain, Vicky bersama Ceisya keluar dari ruang rawat dimana Zafina berada. Mereka tampak bersedih dan tak menyangka akan semua yang terjadi, semua ini sungguh tak disangka dan diduga oleh mereka. Padahal, sebelumnya Zafina masih baik-baik saja dan bisa berkomunikasi dengan mereka.
Kini Ceisya terus menangisi mamanya yang dalam keadaan kritis di dalam sana, ia tak bisa menahan air matanya ketika melihat secara langsung kondisi mamanya saat ini. Sungguh sakit hatinya melihat hal itu dengan dua matanya, rasanya ia tak sanggup harus menerima kenyataan ini.
"Dad, aku sedih banget dad. Mommy belum sadar-sadar juga, gimana kalau mommy kenapa-napa dad?" rengek Ceisya histeris.
"Sssttt, jangan bicara begitu ya sayang! Berpikir positif aja ya, semoga mommy kamu bisa cepat sadar dan dalam keadaan pulih seperti semula! Kamu percaya aja sama Tuhan ya sayang!" bujuk Vicky.
"Tapi dad, tadi aku lihat mommy kondisinya parah banget. Aku gak tega lihat mommy kayak gitu dad, pasti mommy kesakitan. Bisa gak aku aja yang gantiin posisi mommy di dalam sana?" ujar Ceisya.
"Kamu gak boleh begitu ih, tetap aja walau kamu yang di dalam gak akan merubah kondisi sayang. Ini semua sudah takdir, kamu harus terima itu ya!" ucap Vicky.
Vicky lalu mendekap erat tubuh putrinya itu sambil mengusap lembut puncak kepalanya, tak lupa ia mengecup kening gadis itu untuk menenangkannya. Ia tahu ini adalah posisi yang berat bagi Ceisya, karena gadis itu sangat membutuhkan mamanya.
"Vicky, Ceisya!" tiba-tiba, seseorang muncul menghampiri mereka dan menyapa keduanya.
Sontak Vicky serta Ceisya menoleh bersamaan ke arah sosok pria di depan sana yang tak lain adalah Jerry, ya Jerry merupakan sahabat Vicky yang sebelumnya mengabarinya mengenai kondisi Zafina yang kritis karena kecelakaan.
"Eh jer, thanks banget ya kamu udah kabari saya tentang ini! Kalau enggak, mungkin sampai sekarang saya dan Ceisya belum tahu dengan kondisi istri saya," ucap Vicky.
"Ah ya, sama-sama vik. Saya turut berduka ya atas musibah yang menimpa kamu dan keluarga kamu, kamu harus sabar dan tabah menghadapi semua ini! Semoga, istri kamu itu bisa cepat sembuh ya!" ucap Jerry.
"Aamiin, aamiin.."
Ceisya mendadak melepaskan diri dari dekapan ayahnya, ia fokus menatap ke arah Jerry dengan air mata mengalir di wajahnya.
"Om, apa om tahu penyebab kecelakaan mommy? Kenapa mobil yang dikendarai mommy bisa sampai mengalami kecelakaan om? Om bisa kan kasih tahu aku semua itu?" tanya Ceisya dengan penuh penasaran.
"Eee..." Jerry kebingungan saat mendengar Ceisya bertanya seperti itu.
Sontak Jerry melirik ke arah Vicky seolah meminta bantuan, namun Vicky sendiri juga terlihat penasaran dan setuju pada apa yang ditanyakan putrinya tadi. Bagaimanapun, Vicky berhak mengetahui semua yang terjadi kepada istrinya.
"Itu benar jer, saya pun juga penasaran. Bisa kamu jelaskan ke kita sekarang apa yang menjadi penyebab kecelakaan itu? Pasti kamu tahu kan jer?" ujar Vicky.
"Oh i-i-iya vik, saya pasti akan beritahu kalian kok. Tapi masalahnya, pihak kepolisian juga masih menyelidiki semua ini. Dugaan sementara, mobil Zafina itu mengalami rem blong," ucap Jerry.
"Apa? Ta-tapi, bagaimana coba hal itu bisa terjadi??" Vicky terkejut bukan main.
Ceklek
Saat mereka asyik berbincang, pintu ruangan terbuka dan memperlihatkan seorang dokter yang sebelumnya merawat Zafina. Seketika Ceisya menoleh ke arah dokter tersebut dan begitu penasaran, tentu ia ingin mengetahui bagaimana kabar ibunya.
"Dok, gimana dok? Apa yang terjadi sama mommy saya? Beliau sudah membaik kan?" Ceisya bertanya dengan penuh penasaran.
"Umm...mohon maaf ya semua, tapi saat ini kondisi pasien semakin memburuk. Kami sudah berusaha secara maksimal, namun kami tidak berhasil menyelamatkan nyawa bu Zafina," jelas dokter tersebut.
Deg
Baik Ceisya maupun yang lainnya kompak terkejut, mereka terbelalak dan menganga lebar setelah mendengar penjelasan dari dokter mengenai kondisi Zafina.
...~Bersambung~...
...JANGAN LUPA LIKE+KOMEN YA GUYS YA!!!...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments