Rahasia Arumi

Rahasia Arumi

Bab. 01. Awal mula dan penyiksaan

Hari ini adalah hari yang bahagia untukku, bertepatan ulang tahunku ke 12, dan aku menerima ijazah dari Sekolah Dasar tempatku bersekolah.

Namaku Arumi Ayunda, teman-teman memanggilku Arum, keluargaku begitu harmonis dan penuh cinta, harta dan perhiasan berada dimana-mana, namun sejak TK ibuku selalu mengajarkan bahwa kita harus hidup sederhana.

Sedari kecil, aku selalu bersama ibu, ibu mengajarkan banyak hal kepadaku walau itu hal yang sederhana, pokoknya ibuku adalah yang terbaik.

Pagi sebelum berangkat ke sekolah, ibuku memberi aku hadiah, ternyata itu adalah Liontin, kata ibu Liontin itu adalah warisan turun temurun, walau tak begitu paham, aku menerimanya dengan penuh sukacita.

Ayah dan kedua kakakku juga ikut memberikan ku hadiah, bahkan ayah memberikanku tabungan yang besar, kedua kakakku handphone terbaru dan Tablet, betapa bahagianya aku pagi itu.

Disekolah aku mendapatkan rangking 1, aku lihat ibuku sangat bahagia, dan pikiranku juga ingin segera menunjukkan ke ayah dan kedua kakakku.

Kedua kakakku hanya beda 2 tahun, sedangkan denganku kak Arnold beda 6 tahun, dia juga tahun ini akan masuk kuliah, menyusul kakak pertamaku Adlan.

Namun naas, kebahagiaan ku harus berakhir, saat terdengar bunyi tabrakan, aku berlari dari gerbang sekolah dan melihat ibu sudah tergeletak bersimbah darah, sedangkan penabrak sudah kabur entah kemana.

Dirumah sakit, dokter mengatakan bahwa ibuku tidak tertolong, terasa jiwaku hilang setengah, keceriaan ku langsung pudar saat itu.

Setelah ibu di makamkan, aku selalu menyendiri, tapi herannya tidak ada yang peduli selalu ibu pengasuhku.

Seminggu sudah ibu di makamkan, kemudian aku bertanya kepada ayahku, tentang sekolahku, karena tidak ada yang bertanya soal sekolahku.

"Kamu pergi saja dengan ibu pengasuh ke sekolah depan kompleks, nanti kalau kamu sekolah jauh-jauh, bisa-bisa ayah atau kedua kakakmu mati karena menjemput mu", jawab Ayah Arumi.

"Baik ayah, besok Arum akan ajak ibu pengasuh kalau begitu, ucap Arumi pasrah.

"Dasar anak pembawa sial", umpat sang ayah, dan Arumi mendengarnya.

Keesokkan harinya, saat tiba di sekolah tujuanku, dan saat mendaftar, aku di katakan keponakan ibu pengasuh, airmata Arumi menetes.

Seminggu kemudian, ibu pengasuh mengajakku ke pasar untuk beli seragam, aku ikut saja, karena memang ayah sudah bilang jangan pernah mengganggu nya

Bahkan ayah bilang aku makan di meja pelayan saja, aku juga di suruh dipindah ke kamar belakang, dan tidak di ijinkan ke ruang tengah, untuk soal uang, ayah memberikannya ke ibu pengasuh sebesar 2 juta perbulan, sudah termasuk SPP 450 ribu, dan keperluanku yang lain.

Semua itu berlaku setelah aku masuk kelas 1 SMP, namun aku tetap tidak membantah, hingga aku di larang memanggilnya ayah, begitu juga kedua kakakku, tapi semua ku tahan, uang dari ayah aku tabung sebagian, rencana ku lepas SMP, aku akan keluar dari rumah ini.

Waktu terus berlalu, hingga tak terasa aku sudah mau menghadapi ujian semester, kata guruku jika aku bisa juara 1 umum, maka pihak sekolah akan memberikan hadiah, bagiku lumayan saat mendengar hadiahnya uang 3 juta, cukup buat bayar sekolah beberapa bulan.

Hari ini terakhir aku ujian semester, dan pulang cepat dari sekolah, karena berhemat, aku pulang jalan kaki, hingga sepatuku cepat rusak, maklum harganya murah.

Aku lewat pintu samping, karena tidak boleh lewat pintu utama, di teras aku bertemu dengan kedua kakakku,saat aku menyapa, mereka membalas ku dengan lemparan sendal.

"Siapa menyuruh kamu buka suara atau menegur kami, bentak Adlan.

"Maaf kalau begitu, jawab Arumi dan melangkah menuju dapur.

"Hey bodoh, ambil sendalku cepat! Perintah Arnold.

Tampa menjawab, Arumi bergegas mengambil dan meletakkan di dekat kaki Arnold.

"Anak sial, lain kali jangan lewat disini saat ada kami disini, kau lewat taman sana, Paham kamu ! bentak Arnold

"Paham Kak, jawab Arumi.

Plak.. Plak...

"Jangan pernah lagi memanggil kami kakak, panggil kami Tuan, paham kamu ! ucap Adlan setelah menampar Arumi.

Arumi hanya diam sambil memegang pipinya, gadis 12 tahun di tampar tanpa perasaan, darah menetes di disudut bibir mungil itu lalu pergi.

Gadis kecil itu diam dan sudah tak berniat untuk bicara', tanpa makan dia tidur hingga sore, saat terbangun ayahnya sudah pulang kantor, dan langsung memarahinya lagi karena tidur hingga sore.

Beberapa hari kemudian, Arumi menerima raportnya sendiri, alasannya semua orang sibuk termasuk bibinya, ibu wali kelas maklum saja.

Liburan sekolah bertepatan libur Natal dan Tahun Baru, terlihat ayah dan kedua kakaknya, serta beberapa orang lainnya sedang asik berpesta malam tahun Baru, karena ada tamu, saya bantu bibi membawa minuman, kakiku di dihadang oleh kak Arnold, hingga minumannya tumpah, ke pacarnya kak Adlan.

Tanpa bertanya keadaan Arumi, yang jatuh tersungkur, Adlan menarik rambut Arumi dan menghajarnya.

"Adlan sudah gak apa-apa, kasihan juga anak itu, sudah kamu hajar seperti itu, lihat kepalanya juga berdarah kena meja", ucap pacarnya Adlan.

"Anak ini memang ceroboh, dan pantas di beri pelajaran, ucap Adlan dan kembali menghajar Arumi, tapi Arumi tidak menangis hanya suara tubuhnya yang terdengar menahan tamparan orang dewasa.

"Maaf Adlan, aku tak bisa melihat caramu seperti seperti ini, aku pulang saja, terima kasih sudah mengundang saya, ucap Mila pacarnya Adlan.

Ibu pengasuh sudah menarik Arumi yang pingsan tanpa airmata dan tangisan, dia seolah-olah mati rasa,

Adlan dan pacarnya akhirnya ribut hingga ayahnya datang mencoba menengahi.

'Nak Mila, anak pembantu itu, memang selalu begitu, ucap Ayahnya Adlan.

"Tapi om dia masih anak-anak, Di pukul seperti itu, sungguh di luar batas, jadi maaf saya pulang dulu, takut aku jadi saksi pembunuhan disini, ucap Mila.

Selesai acara tahun baru, Mereka bertiga, Ayah dan kedua putranya mendatangi kamar Arumi, yang baru juga sadar dari pingsannya.

"Dasar anak tidak tahu diri, merusak acara orang, dan gara-gara kamu, pacarku memarahiku, ucap Adlan sambil menjambak rambut Arumi.

"Silahkan tuan bertiga membunuh ku saja, agar ketika aku mati, kalian tidak lagi merasa terganggu dengan kehadiran ku, ucap Arumi.

"Hahahaha, lebih senang menyiksamu dari pada membunuhmu, ucap Arnold.

"Siksalah saya sepuas kalian, aku tak akan pernah melawan, tapi tolong jawab pertanyaan ku, apa salah saya kepada kalian, selama ini aku tak pernah berbuat salah kepada kalian, ucap Arumi memaksakan diri bertanya.

Plak plak plak

Tiga kali tamparan ayahnya tekan megenai pipi dan matanya, hingga dia tumbang lagi di kasur dan tak bersuara lagi

"Bawa dia ke gudang, kurung Dia disana 7 hari, kasih dia makan 1 kali sehari, Perintah Ayahnya Arumi

Tubuh yang pingsan, di tarik seperti binatang mati dan di bawa gudang, para pelayan menangis melihatnya, tapi mereka tidak berdaya, karena sudah diancam.

Terpopuler

Comments

Serenarara

Serenarara

Pak, itu anak perempuan loh. Body nya beda tenaganya sm body mu. Kaga usah dihajar, dihardik aja udah bikin dia lemes dn takut kok. Dasar para cowo pecundang, beraninya sm cewe, keroyokan lg. 😡

2025-02-12

0

tiasaputri

tiasaputri

bapaknya gak punya hati

2025-02-27

0

Sulfia Nuriawati

Sulfia Nuriawati

bpk nya atw gembala musang kok g adaprikemanusiaannya pbh bsr kebinatangannya😡😡😡

2024-11-13

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!