Di Kamar.
" Mam." Lirih Nanda saat melihat mamanya yang masih berada di dalam kamar. Matanya sudah berderai an air mata. Menatap sebuah bingkai foto yang biasanya ia letakan di atas meja lemari riasnya itu. Tangannya sudah mengulas-ulas lembut punggung mamanya, untuk menenangkannya.
"Nanda! Kapan datang!?" Ucap Helen terkejut. Sembari dengan cepat menghapus air matanya. Supaya gadis itu tidak mengetahui apa yang tengah terjadi padanya.
"Udah ma. Mama gak usah nutupin apapun dari Nanda. Nanda ngeliat semuanya kok. "Jawab Nanda iba sembari memeluk mamanya itu agar lebih kuat.
"Maafin mama ya nak. Kalau selama ini mama belum bisa bahagia in kalian. Andai aja papamu masih ada di dunia ini, pasti keluarga kita masih sebahagia seperti dulu. "Ucap Helen sembari mulai menitik kan air matanya kembali.
Mengingat betapa kekurangannya anak_anaknya itu dalam hal kasih sayang, maupun secara materi sepeninggal suaminya itu. Padahal, dulu Suaminya adalah pria yang cukup sukses karena memiliki berbagai usaha, namun oleh karena peristiwa yang mengerikan itu. Sepeninggal suaminya, bisnis-bisnisnya pun juga ikut meredup. Karena selama ini hanya suaminya lah yang mengurusnya, sebab Helen masih di sibukkan dengan pekerjaannya di rumah. Awalnya mereka masih bisa bertahan selama beberapa tahun, berkat sisa tabungan suaminya itu.
Namun karena lama-kelamaan tak menghasilkan uang sepeserpun, karena anak-anaknya yang masih kecil. Akhirnya semua tabungan itu pun ludes tak bersisa. Untungnya saat itu anak-anaknya sudah mulai besar dan bisa di tinggalkan. Jadi, Helen pun sudah mulai bisa bekerja dan hingga kini, bisa menyekolahkan dan memasukan anak tertuanya itu ke universitas ternama berkat didikan dan juga sedikit hasil kerja kerasnya.
"Syutttt."
"Mama, gak boleh ngomong begitu. yang lalu biarlah berlalu. Walaupun di sisi nanda hanya ada mama dan sarah. Tapi nanda udah cukup merasa bahagia. kalian berdua adalah segalanya untuk Nanda."
"Sayang, kamu mau kan nurutin kemauan nya mama?" Ucap Helen. Sembari menjauhkan bahu anaknya itu dari dekapannya dan menatap matanya dalam-dalam.
"Apapun itu ma. Nanda janji. Nanda pasti akan turutin, asalkan Nanda bisa ngelihat mama bahagia, nanda pun dengan senang hati akan menerimanya. Karena Hanya mama seorang, orangtua yang nanda miliki saat ini, jadi kebahagian mama adalah kebahagian nanda juga." Ucap nanda mantap sembari membawa mamanya itu ke pelukannya kembali.
"Janji kamu akan menuruti keinginan mama?" Tanya Helen sekali lagi untuk memastikannya pada anaknya itu. Wajahnya nampak begitu sedih karena perjanjian yang di ucapkan oleh suaminya itu. Anaknya, harus menjadi korban.
"Janji." Ucap Nanda yakin. Sembari menghapus air mata mamanya yang mulai kembali berderai, dengan jemarinya.
"Kamu masih ingat kan pada keluarga om adnan dan tante risa teman papamu ketika masih hidup dulu?" Tanya Helen.
"Ya. Nanda masih ingat betul. Karena papa sering cerita tentang beliau. Kalau om adnan adalah satu-satunya sahabat papa yang paling setia. Baik dalam keadaan suka maupun duka, jadi keduanya sudah saling mengganggap diri mereka sendiri sebagai sebuah keluarga."
Walaupun dia sendiri belum pernah bertemu lagi, beberapa tahun belakangan ini, dengan sahabat papanya itu. Tapi dia masih ingat betul dengan mereka. Karena semasa papanya masih hidup dulu. Kedua suami istri tersebut, lumayan sering berkunjung ke rumahnya.
"Syukurlah kalau kamu ingat." Ucap Helen senang.
"Kamu kan tahu sendiri kalau keduanya itu saling menyayangi bak kakak dan adik kandung. Sampai-sampai keduanya pernah berikrar kalau mereka memiliki anak nantinya. Keduanya akan menjodohkan anak-anak mereka, agar mereka benar-benar menjadi keluarga sungguhan, dan memiliki hubungan darah satu sama lain. Dan papamu pernah berpesan pada mama. Kalau nanti kamu sudah besar dan cukup usia untuk menikah, papa menginginkan pernikahan antara kamu dan anaknya om adnan. Dan mama rasa, saat ini usiamu sudah cukup, untuk menikah. Jadi kamu tidak akan keberatan kan dengan perjodohan ini?" Ucap Helen lembut sembari menatap wajah putrinya itu.
"Perjodohan ma?" Ucap nanda terkejut.
"Iya sayang."
"Tapi ma, nanda kan masih muda, masih punya banyak keinginan yang belum nanda capai," Ucap nanda sedih.
"Bukankah kau menyayangi papamu?" Tanya Helen lagi.
"Ya tentu saja, papa dan mama adalah segalanya untuk nanda," Jawab nanda yakin.
"Kalau begitu mau kan, menuruti keinginan mama dan papa?" Tanya Helen lagi. Walaupun dia juga turut bersedih atas perjodohan itu, tapi apa mau di kata, janji sudah terucap, hutang tentu saja harus di bayar lunas.
"Iya ma," Ucap nanda. Walaupun masih terasa berat hati menerima perjodohan itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
⏤͟͟͞͞RL𝖎𝖓𝖆 𝕯𝖆𝖓𝖎𝖊𝖑🧢
seru ini pas saat ktmu pasti kget dech nanda sma rey🤣🤣🤣🤣
2024-07-04
0