Kekuatan Cinta

"Fitri, kamu kenapa?"

Hamdan kaget saat melihat Fitri menangis seperti menyalahi dirinya sendiri.

Saat mendengar suara Hamdan, Fitri langsung mendongakkan kepalanya.

Dengan air mata yang masih berlinang di pipinya, Fitri berlari dan langsung merangkul Hamdan.

"Maafkan aku, Hamdan. Aku telah ingkar janji kepada kamu. Aku...aku tidak datang semalam untuk membawa kamu ke tukang urut."

Hamdan tentu saja sangat kaget. Dia belum pernah dirangkul oleh seorang gadis sebelumnya, apa lagi gadis secantik Fitri.

Tubuh Hamdan gemetaran. Dengan suara bergetar dia berkata, "Sudah lah, Fit. Jangan terlalu dipikirkan. Aku baik-baik saja. Aku tidak menyalahkan dirimu karena aku tahu kamu pasti punya alasan sehingga tidak bisa datang semalam."

Fitri memandang ke arah Hamdan. "Sungguh kamu tidak marah kepada aku?" Dia menatap mata Hamdan dengan tatapan sayu.

Hamdan takut dia tidak tahan. Posisi itu terlalu membahayakan.

Hamdan cepat-cepat berkata dan menuntun Fitri untuk duduk di kursi plastik.

"Aku bersungguh-sungguh, Fit."

Fitri akhirnya menjadi rileks. Baru saat ini lah dia menyadari telah bersikap impulsif.

Karena rasa bersalahnya dia telah memeluk Hamdan dengan tiba-tiba.

Wajahnya langsung memerah karena malu. Hamdan adalah orang pertama yang pernah dia peluk.

Saat dia mencoba memadang Hamdan dengan sudut matanya, Fitri langsung menjerit.

"Kakimu, Hamdan! Kaki...kamu bisa berdiri?!"

Saking terkejutnya, Fitri bicara latah.

Rasa malu karena memeluk Hamdan langsung hilang digantikan rasa terkejut sekaligus penasaran.

"Duduk dulu, Fit! Duduk dulu! Nanti aku ceritakan."

Rupanya Fitri langsung berdiri untuk memastikan bahwa yang dilihatnya bukan lah ilusi.

"Sebelumnya terima kasih karena telah menolong aku dan kamu masih sangat perhatian dan memikirkan tentang keadaan aku, Fit."

"Dengan izin yang Maha Kuasa, sewaktu aku bangun tidur kemaren kedua tangan dan kaki aku sudah sembuh total."

"Aku ingin mengabarkan kepadamu tapi aku tak bisa. Aku tidak punya nomor kontak kamu, Fit."

Walau pun cerita Hamdan seperti di luar nalar, tapi Fitri langsung percaya. Tidak ada keuntungan bagi Hamdan untuk membohongi dirinya.

Setelah Fitri bisa mengendalikan rasa terkejutnya, dia langsung memfokuskan pada satu kalimat Hamdan yang kurang berkenan di hatinya.

"Apakah kamu sudah punya handphone, Hamdan?"

"Tidak...belum, Fit. Aku berencana akan membelikan akhir bulan nanti."

"Jangan coba membohongi aku, Hamdan! Kalau kamu belum punya handphone, bagai mana bisa kamu akan mengabari keadaan kamu kepada aku seandainya kamu punya nomor kontak aku."

"Oo itu..." Hamdan tersenyum.

"Aku bisa meminjam handphone orang-orang yang bekerja mengangkut barang di gudang, Fit."

"Setiap hari pasti ada salah seorang dari mereka yang datang ke sini."

"Ooo syukur lah kalau begitu." Fitri bernafas lega.

Dia mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya.

"Ini hadiah untuk mu."

"Wow! Handphone. Bagai mana bisa aku menerima hadiah dari kamu, Fit. Ini terlalu mahal. Simpan saja, Fit! Aku tak mau. Aku telah banyak menyusahkan kamu."

Hamdan menolak dengan tegas.

Walau pun dia sangat memerlukan sebuah handphone, bukan berarti dia harus memperdayai seorang cewek untuk mendapatkannya.

Walau pun hidup miskin tapi Hamdan tidak sepicik itu.

"Jangan kegeeran dulu, Hamdan. Ini hanya handphone bekas. Kamu lihat kan layar yang di sudut itu pecah."

"Tak mungkin lah aku akan menghadiahkan kamu dengan barang yang mahal-mahal."

Itu hanya sekedar ucapan di bibir Fitri saja. Pada kenyataannya, Fitri akan memberikan apa saja kepada Hamdan.

Dan Hamdan sangat tahu akan hal itu. Dia tahu Fitri sangat menyukainya dan rela berkorban demi dirinya. Ucapan Fitri barusan hanya supaya dia tidak merasa sungkan menerima hadiah dari Fitri.

Hamdan menggeleng. "Simpan saja, Fit! Aku hargai niat baik mu tapi aku tak bisa menerimanya."

Wajah Fitri berubah. Rupanya dia tersinggung.

"Kalau kamu tidak sudi menerimanya ya tidak apa-apa."

Fitri berdiri. Dia menuju dapur. Dia meletakkan handphone di tungku dan mencoba menyalakan gas.

"Ctek...ctek.."

"Fit! Apa yang kamu lakukan?" Hamdan sangat terkejut.

Dia berlari dan menyambar handphone tersebut dari tungku.

Untung lah gasnya belum sempat nyala.

"Mengapa kamu ambil?" Fitri merajuk. "Karena tak ada yang sudi menerimanya lebih baik aku bakar saja."

Jika hal ini terjadi sebelum ada perubahan pada mental Hamdan, mungkin Hamdan tetap akan bersikukuh pada komitmennya.

Tapi Hamdan sekarang berbeda.

Dia mampu bersikap lebih dewasa dibandingkan umurnya.

"Siapa bilang aku tak sudi dengan hadiah dari kamu, Fit. Aku sangat menyukainya. Terima kasih banyak ya, Fit."

Fitri masih ragu dengan perubahan yang terjadi.

"Kamu bohong kan? Kamu sengaja mengatakan seperti itu hanya karena tidak ingin membuat aku marah kan?"

"Tidak, Fit. Sungguh!"

"Aku memang membutuhkan handphone, Fit. Terus terang aku belum punya duit untuk membelikannya sekarang. he he."

"Jadi, hadiah yang kamu berikan saat ini adalah rezeki yang datang tepat waktu."

"Benar kah?" Mata Fitri berbinar.

"Iya, benar, Fit."

"Jika Toko Ponsel sudah buka nanti aku akan langsung membelikan sim card dan paket data."

"Kamu tinggalkan saja nomor kontak kamu, nanti aku akan menelponmu. Bagai mana?"

"Kamu tidak ingin sekolah hari ini, Hamdan?"

"He he kan hari ini aku masih dianggap izin."

"Mana bisa? Kamu kan sudah sembuh." Fitri tidak terima.

"Bisa lah, Fit."

"Kamu curang." Fitri cemberut.

"Ini bukan curang namanya, Fit. Ini memaksimalkan surat izin yang telah kita layangkan kemaren."

Fitri hanya bisa mengalah.

"Coba kamu gunakan handphonemu sekarang, Hamdan! Kamu tak perlu beli sim card dan paket data, semuanya sudah ada di situ. Komplet."

"Terima kasih banyak kalau begitu, Fit."

Melihat Hamdan benar-benar senang dengan hadiahnya, Fitri pun tersenyum bangga.

"Kriuk....."

Perut Fitri berbunyi.

Karena ingin cepat-cepat menemui Hamdan, Fitri sampai lupa sarapan.

"Kamu masih ada waktu sebelum berangkat sekolah kan, Fit?" Hamdan pura-pura tak mendengar suara yang berasal dari perut Fitri tadi.

Fitri melihat jam tangannya.

"Masih ada waktu sekitar 40 menit. Memangnya ada apa, Hamdan?"

"Temankan aku sarapan lontong ya. Aku belum sarapan. Aku akan traktir kamu. Anggap saja ini syukuran atas kesembuhan aku."

"Oke. Siap."

Fitri sangat gembira. Akhirnya Hamdan punya inisiatif untuk mendekatinya alih-alih si Dewi.

...****************...

Hari ini adalah hari paling menggembirakan bagi Fitri. Dia sekolah dengan semangat.

Rasanya mata pelajaran yang diajarkan hari ini semuanya sangat mudah.

Fitri belajar dengan giat. Dia tidak merasa bosan sedikit pun.

Bahkan guru mata pelajaran kimia yang biasanya killer mendadak jadi baik bagi Fitri.

Mungkin ini lah yang dikatakan the power of love.

Kekuatan cinta!

Membuat segala sesuatu tambak baik dan menarik sesuai suasana hati orang yang sedang dilanda cinta.

Terpopuler

Comments

Abi Uung

Abi Uung

lanjut,bagus ceritanya

2025-01-31

2

Doni Gunawan

Doni Gunawan

lanjutkan

2025-01-14

0

Armand Chux82

Armand Chux82

MMM yg lagi 🥰🥰🥰😘🤭🤭

2024-11-26

0

lihat semua
Episodes
1 Tidak Berbakat
2 Penghinaan
3 Fitri
4 Kuota
5 Diusir dari Panti
6 Penjaga Gudang
7 Munculnya Harimau Putih
8 Undangan Dewi
9 Konspirasi
10 Binasa???
11 Hadiah Tersembunyi
12 Pertolongan
13 Cinta Ditolak
14 Bertemu Harimau Putih
15 Sakit Hati Karena Dimanfaatkan
16 Andaikan Kamu Punya Handphone
17 Merasa Bersalah
18 Kekuatan Cinta
19 Hukuman
20 Kecewa
21 Mengundurkan Diri
22 Memberi Pelajaran Kepada Fadil dan Kawan-kawan
23 Perlunya Ilmu Kebatinan
24 Ingin Balas Dendam
25 Sudah Tiada?
26 Terbongkar
27 Masalah Bertubi-tubi
28 Daftar Nama Cabang Silat
29 Proses Pembukaan Mata Batin
30 Memberi Peringatan dan Menghajar Rangga
31 Daftar Nama Berubah di Saat-saat Terakhir
32 Perasaan Dewi
33 Perjalanan Jiwa
34 Kalah dengan Sangat Cepat
35 Didiskualifikasi
36 Pertarungan
37 Berjuang Sendirian
38 Babak Final
39 Curang
40 Mulai Serius
41 Hukum Rimba
42 Latihan Rutin
43 Menghina
44 Tidak Terima
45 Istirahat Selama Tiga Tahun
46 Dendam Kesumat
47 Tawaran dari Pak Rico
48 Menolong Buk Sonia
49 Membujuk
50 Mengobati Karmila 1
51 Tanto Yang Malang
52 Sepupu Yang Menyebalkan
53 Kesembuhan Karmila
54 Penyergapan
55 Melaksanakan Misi Perdana
56 Membuat Kenangan
57 Hadiah
58 Perkelahian di Simpang Pusara
59 Cemburu?
60 Latihan dimulai
61 Tarung
62 Aturan
63 Tuduhan
64 Dikeluarkan dari Tim
65 Bos Jang
66 Diguna-guna?
67 Dipanggil Kembali
68 TTM
69 Keberangkatan
70 Di Dalam Perjalanan
71 Latihan Menjelang Pertandingan
72 Apa Yang Kalian Berdua Lakukan?
73 Kesalahpahaman Yang Disengaja
74 Babak Penyisihan
75 Berakhirnya Babak Penyisihan
76 Semi Final Dimulai
77 Masuk Final
78 Tuk Megat
79 Pertandingan Final 1
80 Pertandingan Final 2
81 Pertandingan Final Selesai
82 Seni Regu
83 Keadaan Memburuk
84 Medali Emas Kedua
85 Bang Dino Yang Sekarat
86 Konflik di Rumah Sakit
87 Tiga Medali Emas
88 Malam Yang Menyeramkan
89 Pertolongan Yang Ditolak
90 Pulang
91 Amelia
92 Menginap di Tanjung Buton
93 Salah Paham
94 Tiba di Selat Panjang
95 Telaga Bening
96 Bermain Api
97 Ilmu Pelet
98 Usir Dia Sekarang
99 Pingsan
100 Misi Gagal
101 Pertarungan Yang Adil
102 Bos Aheng Merugi
103 Dilarang Bertindak
104 Musibah Dalam Perjalanan
105 Terlambat
106 Duel
107 Ada Udang Disebalik Bakwan
108 Penggerebekan
109 Rencana Curang
110 Pelatihan khusus
111 Menghasut
112 Menuju Bengkalis
113 Masalah Keluarga
114 Dua Orang Pengganti
115 Satu Lawan Dua
116 Evaluasi
117 Evaluasi Yang Tak Jadi
118 Hilang Ingatan
119 Serangan?
120 Tunggu Saja Kamu, Hamdan!
121 Ilmunya Tidak Bisa Dihentikan.
122 Perjalanan Ke Bandung
123 Permintaan
124 Aturan Pertandingan Yang Tidak Menguntungkan
125 Pertandingan dimulai
126 Perkuat Markas atau Pindah
127 Mimpi Aneh
128 Meditasi Mendalam
129 Tragis
130 Kecewa
131 Diskualifikasi
132 Melawan Serangan Tenaga Dalam
133 Final Seni Tunggal
134 Menuju Impian
135 Pengumuman
Episodes

Updated 135 Episodes

1
Tidak Berbakat
2
Penghinaan
3
Fitri
4
Kuota
5
Diusir dari Panti
6
Penjaga Gudang
7
Munculnya Harimau Putih
8
Undangan Dewi
9
Konspirasi
10
Binasa???
11
Hadiah Tersembunyi
12
Pertolongan
13
Cinta Ditolak
14
Bertemu Harimau Putih
15
Sakit Hati Karena Dimanfaatkan
16
Andaikan Kamu Punya Handphone
17
Merasa Bersalah
18
Kekuatan Cinta
19
Hukuman
20
Kecewa
21
Mengundurkan Diri
22
Memberi Pelajaran Kepada Fadil dan Kawan-kawan
23
Perlunya Ilmu Kebatinan
24
Ingin Balas Dendam
25
Sudah Tiada?
26
Terbongkar
27
Masalah Bertubi-tubi
28
Daftar Nama Cabang Silat
29
Proses Pembukaan Mata Batin
30
Memberi Peringatan dan Menghajar Rangga
31
Daftar Nama Berubah di Saat-saat Terakhir
32
Perasaan Dewi
33
Perjalanan Jiwa
34
Kalah dengan Sangat Cepat
35
Didiskualifikasi
36
Pertarungan
37
Berjuang Sendirian
38
Babak Final
39
Curang
40
Mulai Serius
41
Hukum Rimba
42
Latihan Rutin
43
Menghina
44
Tidak Terima
45
Istirahat Selama Tiga Tahun
46
Dendam Kesumat
47
Tawaran dari Pak Rico
48
Menolong Buk Sonia
49
Membujuk
50
Mengobati Karmila 1
51
Tanto Yang Malang
52
Sepupu Yang Menyebalkan
53
Kesembuhan Karmila
54
Penyergapan
55
Melaksanakan Misi Perdana
56
Membuat Kenangan
57
Hadiah
58
Perkelahian di Simpang Pusara
59
Cemburu?
60
Latihan dimulai
61
Tarung
62
Aturan
63
Tuduhan
64
Dikeluarkan dari Tim
65
Bos Jang
66
Diguna-guna?
67
Dipanggil Kembali
68
TTM
69
Keberangkatan
70
Di Dalam Perjalanan
71
Latihan Menjelang Pertandingan
72
Apa Yang Kalian Berdua Lakukan?
73
Kesalahpahaman Yang Disengaja
74
Babak Penyisihan
75
Berakhirnya Babak Penyisihan
76
Semi Final Dimulai
77
Masuk Final
78
Tuk Megat
79
Pertandingan Final 1
80
Pertandingan Final 2
81
Pertandingan Final Selesai
82
Seni Regu
83
Keadaan Memburuk
84
Medali Emas Kedua
85
Bang Dino Yang Sekarat
86
Konflik di Rumah Sakit
87
Tiga Medali Emas
88
Malam Yang Menyeramkan
89
Pertolongan Yang Ditolak
90
Pulang
91
Amelia
92
Menginap di Tanjung Buton
93
Salah Paham
94
Tiba di Selat Panjang
95
Telaga Bening
96
Bermain Api
97
Ilmu Pelet
98
Usir Dia Sekarang
99
Pingsan
100
Misi Gagal
101
Pertarungan Yang Adil
102
Bos Aheng Merugi
103
Dilarang Bertindak
104
Musibah Dalam Perjalanan
105
Terlambat
106
Duel
107
Ada Udang Disebalik Bakwan
108
Penggerebekan
109
Rencana Curang
110
Pelatihan khusus
111
Menghasut
112
Menuju Bengkalis
113
Masalah Keluarga
114
Dua Orang Pengganti
115
Satu Lawan Dua
116
Evaluasi
117
Evaluasi Yang Tak Jadi
118
Hilang Ingatan
119
Serangan?
120
Tunggu Saja Kamu, Hamdan!
121
Ilmunya Tidak Bisa Dihentikan.
122
Perjalanan Ke Bandung
123
Permintaan
124
Aturan Pertandingan Yang Tidak Menguntungkan
125
Pertandingan dimulai
126
Perkuat Markas atau Pindah
127
Mimpi Aneh
128
Meditasi Mendalam
129
Tragis
130
Kecewa
131
Diskualifikasi
132
Melawan Serangan Tenaga Dalam
133
Final Seni Tunggal
134
Menuju Impian
135
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!