Merasa Bersalah

Fitri tidak bisa konsentrasi belajar malam ini karena dia masih memikirkan tentang Hamdan.

Ada rasa bersalah dihatinya.

'Pasti Hamdan kecewa karena aku tidak bisa menepati janjiku. Semoga saja dia tidak marah kepadaku.'

Fitri akhirnya menyerah. Tak ada gunanya dia belajar sekarang. Apa yang dia baca sedikit pun tidak masuk ke dalam kepalanya.

Oleh karena itu dia mendekati Mama dan papanya yang sedang menonton tv di ruang keluarga.

"Pa, handphone Papa yang layarnya retak kemaren masih ada Papa gunakan?"

"Untuk apa, Fit? Kalau kamu mau ganti handphone, beli yang baru saja. Handphone yang itu RAM nya kecil, cuma RAM 8."

"Bukan untuk Fitri, Pa. Handphone Fitri masih bagus. Ada kawan Fitri yang tidak mempunyai handphone, kasihan dia. Lagi pula jadi susah menghubunginya jika ada sesuatu."

"Oleh karena itu, jika handphone Papa yang itu tidak terpakai lagi, rencananya akan Fitri berikan saja ke dia, Pa, dari pada tidak terpakai lagi."

"Wah wah...ternyata anak gadis Papa punya jiwa sosial yang tinggi juga. Alangkah bagusnya jika kita memberikan sesuatu kepada orang lain dengan barang yang masih bagus, Fit."

"Handphone lama Papa juga tidak apa-apa, Pa. Jika yang baru nanti kawan Fitri malah jadi sungkan."

"Ha ha mana baik menurut kamu saja, Fit. Ambil saja di kamar. Di dalam lemari. chargernya juga ada di sana."

"Terima kasih banyak, Pa."

Fitri sangat senang. Dia segera beranjak dari sana.

"He he lihat itu, Ma. Anak kita suka berbuat baik seperti papanya."

"Idih, Papa. Kalau yang baik pasti Papa bilang mirip Papa. Kalau yang buruk, Papa cepat-cepat nuduh Mama."

"He he kan memang seperti itu, Ma..."

Fitri tidak mendengarkan candaan Papa dan mamanya.

Setelah mendapatkan handphone, Fitri segera berlari menuju kamarnya.

Dia cepat-cepat memasukkan sim card yang baru (kebetulan ada stoknya satu di rumah), setelah itu Fitri langsung mengecas handphone tersebut.

Tak lama kemudian handphone itu pun langsung hidup.

Fitri sangat senang. Dia berencana akan menghadiahkan handphone tersebut kepada Hamdan biar mereka mudah untuk berkomunikasi.

Hingga jam setengah sebelas malam baru lah Fitri selesai mengutak-atik handphone tersebut.

Dimulai dengan mengisi paket data, mendownload berbagai aplikasi yang sering digunakan hingga memasukkan nomor kontaknya di handphone tersebut.

Saat akan menamai nomor kontaknya di handphone itu, Fitri memerlukan waktu yang lama hingga akhirnya dia menyerah dengan wajah berubah merah dadu.

Dia akhirnya hanya menulis 'Fitri' tanpa embel-embel apa pun seperti yang telah dia pikirkan sekian lama di dalam kepalanya.

Setelah semuanya selesai, Fitri akhirnya bisa tenang dan dia pun langsung tertidur dengan mimpi yang indah.

...****************...

Jam sembilan malam, Hamdan sudah bersiap untuk tidur. Dia sudah tidak sabar ingin berjumpa dengan Datuk.

Namun semakin dia berusaha untuk memejamkan matanya malah rasa kantuknya semakin hilang.

Hingga akhirnya dia hanya bisa tiduran saja hingga jam 23.30.

Saat itu lah matanya mulai ngantuk dan dia akhirnya bisa tidur dengan nyenyak.

Hamdan kembali muncul di tempat yang sama dan waktu yang sama.

Harimau Putih itu langsung terkekeh saat melihat kemunculan Hamdan.

"He he kan sudah aku cakap, pertemuan selanjutnya di saat matahari naik sepenggalah. Tapi kamu malah ingin cepat-cepat datang ke sini wahai cucuku."

"Maafkan cucu yang telah bersikap seperti anak kecil, Tuk."

"Sudah lah, tak perlu hal itu dibesar-besarkan. Sekarang mari kita mulai. Cuma lakukan pernafasan seperti yang telah aku ajarkan."

"Baik, Tuk."

Hamdan langsung mengambil sikap. Dia mulai mengatur pernafasannya.

Nafasnya mulai mengalir dengan teratur sesuai dengan metode yang telah diajarkan.

"He he tidak buruk tidak buruk. Kamu memang layak menjadi cucuku."

"Sekarang mari kita lanjut mempelajari kuda-kuda..."

Hamdan terus latihan hingga menjelang tengah hari.

"Latihan hari ini cukup cucuku. Apa ada yang ingin kamu tanyakan cucuku?"

"Sebenarnya ada satu hal yang mengganjal di hati, Tuk. Saat latihan dengan Datuk, gerakan apa pun itu rasanya mengalir dengan sendirinya seolah-olah sudah mendarah daging dalam diri cucu."

"Pada hal, dulu sewaktu cucu belajar silat dengan orang lain, cucu kesulitan untuk mengingat setiap gerakan yang diajarkan."

"Sehingga cucu dianggap orang yang tidak berbakat sama sekali, Tuk."

"Apa kah hal itu perlu penjelasan lagi wahai cucuku?"

"Ketahui lah bahwasanya anak keturunan kita tidak bisa mempelajari ilmu silat dari orang lain selama ilmu silat itu lebih rendah tingkatannya dibandingkan dengan ilmu silat warisan leluhur kita."

"Jadi wajar saja kamu dianggap tidak berbakat karena tidak bisa mempelajari ilmu silat mereka..."

Harimau Putih itu menjelaskan dengan panjang lebar hingga tak terasa matahari terus beranjak naik.

"Sekarang waktunya pulang cucuku."

"Baik, Tuk."

Hamdan langsung tersedot dan hilang dari pandangan.

Saat Hamdan terbangun dari tidurnya, ternyata waktu sudah menunjukkan pukul 5 subuh.

Setelah selesai beribadah, Hamdan turun ke belakang gudang.

Ada halaman seluas lebih kurang sepuluh meter yang Hamdan sulap menjadi tempat latihannya.

Karena semalam Fitri tidak jadi datang sehingga Hamdan menggunakan waktunya untuk membersihkan halaman belakang ini sehingga layak untuk digunakan.

Hamdan mencoba mempraktekkan apa yang dia pelajari dari mimpinya.

Aneh tapi nyata, ternyata semua yang dia pelajari memang benar-benar telah melekat dalam dirinya.

Semua gerakan itu bagaikan telah menyatu dan menjadi kesatuan yang utuh dalam darah dan dagingnya.

Tentu saja Hamdan sangat gembira. Dia selangkah lebih dekat untuk bisa mengikuti tournament O2SN.

Mudah-mudahan saja belum ada yang mengisi slot terakhir.

"Kret...."

Terdengar suara pintu gudang dibuka.

Hamdan memalingkan wajahnya. Tak mungkin para pekerja sudah datang untuk mengambil dan menyimpan barang.

Hari masih sangat pagi. Seharusnya Toko yang di Pasar belum buka.

Lamat-lamat Hamdan mendengar suara langkah kaki yang menaiki tangga menuju lantai dua.

'Itu pasti Fitri.' Pikir Hamdan.

Kemaren Hamdan memang memberikan kunci serep kepada Fitri mengingat kondisi Hamdan yang tak memungkinkan untuk membuka dan menutup pintu gudang.

Saat Hamdan mulai melangkah kakinya untuk menemui Fitri yang hampir sampai di ruangannya, Hamdan tiba-tiba tertegun saat menyadari bahwasanya pendengaran menjadi lebih tajam.

Karena jaraknya terlalu jauh, seharusnya Hamdan tidak bisa mendengar suara saat pintu dibuka dan suara langkah kaki Fitri yang menaiki tangga.

'Apa kah itu berarti pendengaran aku telah menjadi lebih baik karena mempelajari ilmu silat dari Datuk?'

Hamdan sumringah.

'Bagai mana dengan pandanganku?'

Namun belum sempat Hamdan menganalisa ketajaman matanya, dia sontak berlari saat mendengar suara teriakan.

"Hamdan! Hamdan, kamu di mana?"

"Maafkan aku karena semalam tidak bisa datang ke sini."

"Hamdan! Keluar lah! Maafkan aku. Hu hu...!"

Terpopuler

Comments

Doni Gunawan

Doni Gunawan

lanjut lagi

2025-01-14

1

MasWan

MasWan

wah silek tuo nih cak nyo

2024-09-18

0

Bagus Wike

Bagus Wike

👍🏿👍🏿👍🏿💪🏿💪🏿💪🏿

2024-08-11

1

lihat semua
Episodes
1 Tidak Berbakat
2 Penghinaan
3 Fitri
4 Kuota
5 Diusir dari Panti
6 Penjaga Gudang
7 Munculnya Harimau Putih
8 Undangan Dewi
9 Konspirasi
10 Binasa???
11 Hadiah Tersembunyi
12 Pertolongan
13 Cinta Ditolak
14 Bertemu Harimau Putih
15 Sakit Hati Karena Dimanfaatkan
16 Andaikan Kamu Punya Handphone
17 Merasa Bersalah
18 Kekuatan Cinta
19 Hukuman
20 Kecewa
21 Mengundurkan Diri
22 Memberi Pelajaran Kepada Fadil dan Kawan-kawan
23 Perlunya Ilmu Kebatinan
24 Ingin Balas Dendam
25 Sudah Tiada?
26 Terbongkar
27 Masalah Bertubi-tubi
28 Daftar Nama Cabang Silat
29 Proses Pembukaan Mata Batin
30 Memberi Peringatan dan Menghajar Rangga
31 Daftar Nama Berubah di Saat-saat Terakhir
32 Perasaan Dewi
33 Perjalanan Jiwa
34 Kalah dengan Sangat Cepat
35 Didiskualifikasi
36 Pertarungan
37 Berjuang Sendirian
38 Babak Final
39 Curang
40 Mulai Serius
41 Hukum Rimba
42 Latihan Rutin
43 Menghina
44 Tidak Terima
45 Istirahat Selama Tiga Tahun
46 Dendam Kesumat
47 Tawaran dari Pak Rico
48 Menolong Buk Sonia
49 Membujuk
50 Mengobati Karmila 1
51 Tanto Yang Malang
52 Sepupu Yang Menyebalkan
53 Kesembuhan Karmila
54 Penyergapan
55 Melaksanakan Misi Perdana
56 Membuat Kenangan
57 Hadiah
58 Perkelahian di Simpang Pusara
59 Cemburu?
60 Latihan dimulai
61 Tarung
62 Aturan
63 Tuduhan
64 Dikeluarkan dari Tim
65 Bos Jang
66 Diguna-guna?
67 Dipanggil Kembali
68 TTM
69 Keberangkatan
70 Di Dalam Perjalanan
71 Latihan Menjelang Pertandingan
72 Apa Yang Kalian Berdua Lakukan?
73 Kesalahpahaman Yang Disengaja
74 Babak Penyisihan
75 Berakhirnya Babak Penyisihan
76 Semi Final Dimulai
77 Masuk Final
78 Tuk Megat
79 Pertandingan Final 1
80 Pertandingan Final 2
81 Pertandingan Final Selesai
82 Seni Regu
83 Keadaan Memburuk
84 Medali Emas Kedua
85 Bang Dino Yang Sekarat
86 Konflik di Rumah Sakit
87 Tiga Medali Emas
88 Malam Yang Menyeramkan
89 Pertolongan Yang Ditolak
90 Pulang
91 Amelia
92 Menginap di Tanjung Buton
93 Salah Paham
94 Tiba di Selat Panjang
95 Telaga Bening
96 Bermain Api
97 Ilmu Pelet
98 Usir Dia Sekarang
99 Pingsan
100 Misi Gagal
101 Pertarungan Yang Adil
102 Bos Aheng Merugi
103 Dilarang Bertindak
104 Musibah Dalam Perjalanan
105 Terlambat
106 Duel
107 Ada Udang Disebalik Bakwan
108 Penggerebekan
109 Rencana Curang
110 Pelatihan khusus
111 Menghasut
112 Menuju Bengkalis
113 Masalah Keluarga
114 Dua Orang Pengganti
115 Satu Lawan Dua
116 Evaluasi
117 Evaluasi Yang Tak Jadi
118 Hilang Ingatan
119 Serangan?
120 Tunggu Saja Kamu, Hamdan!
121 Ilmunya Tidak Bisa Dihentikan.
122 Perjalanan Ke Bandung
123 Permintaan
124 Aturan Pertandingan Yang Tidak Menguntungkan
125 Pertandingan dimulai
126 Perkuat Markas atau Pindah
127 Mimpi Aneh
128 Meditasi Mendalam
129 Tragis
130 Kecewa
131 Diskualifikasi
132 Melawan Serangan Tenaga Dalam
133 Final Seni Tunggal
134 Menuju Impian
135 Pengumuman
Episodes

Updated 135 Episodes

1
Tidak Berbakat
2
Penghinaan
3
Fitri
4
Kuota
5
Diusir dari Panti
6
Penjaga Gudang
7
Munculnya Harimau Putih
8
Undangan Dewi
9
Konspirasi
10
Binasa???
11
Hadiah Tersembunyi
12
Pertolongan
13
Cinta Ditolak
14
Bertemu Harimau Putih
15
Sakit Hati Karena Dimanfaatkan
16
Andaikan Kamu Punya Handphone
17
Merasa Bersalah
18
Kekuatan Cinta
19
Hukuman
20
Kecewa
21
Mengundurkan Diri
22
Memberi Pelajaran Kepada Fadil dan Kawan-kawan
23
Perlunya Ilmu Kebatinan
24
Ingin Balas Dendam
25
Sudah Tiada?
26
Terbongkar
27
Masalah Bertubi-tubi
28
Daftar Nama Cabang Silat
29
Proses Pembukaan Mata Batin
30
Memberi Peringatan dan Menghajar Rangga
31
Daftar Nama Berubah di Saat-saat Terakhir
32
Perasaan Dewi
33
Perjalanan Jiwa
34
Kalah dengan Sangat Cepat
35
Didiskualifikasi
36
Pertarungan
37
Berjuang Sendirian
38
Babak Final
39
Curang
40
Mulai Serius
41
Hukum Rimba
42
Latihan Rutin
43
Menghina
44
Tidak Terima
45
Istirahat Selama Tiga Tahun
46
Dendam Kesumat
47
Tawaran dari Pak Rico
48
Menolong Buk Sonia
49
Membujuk
50
Mengobati Karmila 1
51
Tanto Yang Malang
52
Sepupu Yang Menyebalkan
53
Kesembuhan Karmila
54
Penyergapan
55
Melaksanakan Misi Perdana
56
Membuat Kenangan
57
Hadiah
58
Perkelahian di Simpang Pusara
59
Cemburu?
60
Latihan dimulai
61
Tarung
62
Aturan
63
Tuduhan
64
Dikeluarkan dari Tim
65
Bos Jang
66
Diguna-guna?
67
Dipanggil Kembali
68
TTM
69
Keberangkatan
70
Di Dalam Perjalanan
71
Latihan Menjelang Pertandingan
72
Apa Yang Kalian Berdua Lakukan?
73
Kesalahpahaman Yang Disengaja
74
Babak Penyisihan
75
Berakhirnya Babak Penyisihan
76
Semi Final Dimulai
77
Masuk Final
78
Tuk Megat
79
Pertandingan Final 1
80
Pertandingan Final 2
81
Pertandingan Final Selesai
82
Seni Regu
83
Keadaan Memburuk
84
Medali Emas Kedua
85
Bang Dino Yang Sekarat
86
Konflik di Rumah Sakit
87
Tiga Medali Emas
88
Malam Yang Menyeramkan
89
Pertolongan Yang Ditolak
90
Pulang
91
Amelia
92
Menginap di Tanjung Buton
93
Salah Paham
94
Tiba di Selat Panjang
95
Telaga Bening
96
Bermain Api
97
Ilmu Pelet
98
Usir Dia Sekarang
99
Pingsan
100
Misi Gagal
101
Pertarungan Yang Adil
102
Bos Aheng Merugi
103
Dilarang Bertindak
104
Musibah Dalam Perjalanan
105
Terlambat
106
Duel
107
Ada Udang Disebalik Bakwan
108
Penggerebekan
109
Rencana Curang
110
Pelatihan khusus
111
Menghasut
112
Menuju Bengkalis
113
Masalah Keluarga
114
Dua Orang Pengganti
115
Satu Lawan Dua
116
Evaluasi
117
Evaluasi Yang Tak Jadi
118
Hilang Ingatan
119
Serangan?
120
Tunggu Saja Kamu, Hamdan!
121
Ilmunya Tidak Bisa Dihentikan.
122
Perjalanan Ke Bandung
123
Permintaan
124
Aturan Pertandingan Yang Tidak Menguntungkan
125
Pertandingan dimulai
126
Perkuat Markas atau Pindah
127
Mimpi Aneh
128
Meditasi Mendalam
129
Tragis
130
Kecewa
131
Diskualifikasi
132
Melawan Serangan Tenaga Dalam
133
Final Seni Tunggal
134
Menuju Impian
135
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!