Andaikan Kamu Punya Handphone

"Dewi mana? Apa kah mungkin seorang anak remaja bisa melawan Papa?" Dengus Papa Tanto.

"Papa mungkin kenal dengan orang tuanya Dewi. Dia dipanggil Riko si preman Pasar. Kelicikan dan kekejaman Dewi jelas diwariskan dari orang tua itu."

Jauh sebelum bekerja sama dengan Dewi, Tanto sudah menyelidiki latar belakang Dewi sehingga dia tidak pernah berencana untuk mendekati Dewi.

"Kalau dia anak si Riko, urusannya bisa jadi berbelit-belit." Papa Tanto jadi muram. 'Tak mungkin harus mundur. Bagai mana dengan nasib anaknya ini.'

Papa Tanto tampak bingung. Di satu sisi, dia ingin membalas dendam dan menuntut keadilan untuk anaknya namun disisi lain dia tahu tentang kekuatan Riko Papanya si Dewi sehingga dia tidak bisa bertindak semena-mena jika tidak ingin mendapat pembalasan dari si Riko yang gi*a itu.

"Bagai mana bisa kamu cari masalah dengan anak preman gi*a itu?" Keluhnya.

...****************...

Wajah Fitri jadi muram saat membayangkan harus menemui Kak Fadil sepulang sekolah nanti pada hal dia sudah punya rencana untuk membawa Hamdan ke tukang urut.

"Kasihan si Hamdan karena harus menunggu lama." Keluhnya dalam hati.

Fitri tidak mempunyai cara untuk memberi tahu Hamdan atas keterlambatannya ini, soalnya Hamdan tidak punya ponsel sehingga mereka tidak bisa berkomunikasi.

"Uhhhh. Apa yang harus aku lakukan?"

Jika dia tidak menemui Kak Fadil, jelas Kak Fadil akan sangat tersinggung dan takutnya malah akan jadi masalah.

Saat bel sekolah berbunyi, siswa-siswi berebutan ingin cepat-cepat keluar.

"Pulang sama-sama yuk, Fit."

"Kamu duluan saja, Mai. Aku ada keperluan sebentar."

"Keperluan apa emangnya?"

"Ada rapat di ruang panahan terkait O2SN yang tak lama lagi akan berlangsung."

"Oke...oke...kalau begitu, aku duluan ya."

"Oke, Mai."

Setelah mengemas semua barang-barangnya dan memasukkan ke dalam tas, Fitri pun bergegas pergi.

"Mudah-mudahan saja tidak lama, sehingga aku masih sempat untuk membawa Hamdan ke tukang urut."

Ketika sampai di sana tidak ada orang lain kecuali Kak Fadil yang sedang duduk termenung memandang ke arah pintu masuk.

Saat melihat Fitri, matanya langsung berbinar dan senyumnya pun merekah.

"Ternyata kamu benar-benar datang, Fit. Ayo ke sini! Duduk di sini, Fit."

"Terima kasih, Kak."

Fitri memilih salah satu kursi dan duduk di sana.

"Kamu mau makan dan minum apa, Fit? Biar Kakak telpon orang kantin."

"Tak usah lagi, Kak. Aku sedang buru-buru."

Fadil menghela nafas kecewa.

"Baik lah, Fit." Dia menatap wajah Fitri dengan penuh harap.

"Mengenai pesan kamu tadi malam, Kakak ingin bertanya, apa benar kamu yang mengirimnya?Atau handphone kamu sedang di-hack oleh seseorang?"

"Pesan yang mana, Kak?"

"Itu, tentang penolakan kamu itu."

"Itu memang aku yang mengirimnya, Kak karena memang itulah sebenarnya yang terjadi."

Fadil menghela nafas dengan kecewa.

Satu-satunya harapan telah sirna.

"Mengapa kamu menolak cinta, Kak Fadil, Fit? Kakak tahu kamu belum mempunyai pacar, jadi apa salahnya jika kamu memberikan Kakak kesempatan."

"Bagai mana jika kita jalani saja dulu sebuah hubungan, Fit? Jika memang suatu saat nanti tidak cocok dan kamu masih tidak ada perasaan apa-apa terhadap Kakak, ya kamu bebas meninggalkan Kakak, tapi paling tidak kita jalani saja dulu, Fit."

"Mohon maaf, Kak, aku tidak bisa!"

"Tidak mungkin hati aku akan berubah mencintai Kakak karena sedari awal aku memang tidak ada rasa sama sekali dengan kakak."

"Apa kah seburuk itu Kak Fadil dalam pandangan kamu, Fit sehingga Kakak tidak mempunyai kesempatan sama sekali."

"Apa kah menurut kamu, begitu banyak kekurangan yang ada pada diri Kakak?"

"Bagai mana kalau kamu tunjukkan segala kekurangan Kakak dan Kakak pasti akan berusaha untuk memperbaikinya, Fit."

"Tolong berikan Kakak kesempatan, Fit!"

"Hal ini tak ada kaitannya dengan kekurangan atau kelebihan yang ada pada diri Kakak."

"Menurut aku, Kakak adalah tipe cowok yang sempurna dan siapa pun yang nanti menjadi pacar Kakak, pasti dia akan bahagia."

"Persoalannya sekarang adalah sebenarnya aku sudah ada yang punya, Kak."

"Siapa dia, Fit? Fadil langsung menegakkan tubuhnya.

"Kamu jangan berbohong kepada Kakak, Fit! Kakak tahu kamu tidak punya pacar selama ini."

"Jangan hal ini kamu jadikan alasan, Fit! Kamu akan menambah luka di hati Kakak dengan alasan seperti ini, Fit."

"Aku tidak bohong, Kak. Aku mengatakan apa adanya."

"Untuk saat ini kami memang belum pacaran, Kak. Bahkan dia belum tahu akan perasaan aku terhadapnya. Aku harap Kakak bisa mengerti."

Fadil menggigit bibir menahan berbagai pergolakan di hati.

"Kakak mengerti, Fit. Kakak mengerti. Tapi tolong katakan kepada Kakak, siapa kah cowok yang beruntung itu, Fit?"

"Apa kah Kakak mengenalnya? Apa kah dia anak sekolah kita juga? Tolong kenalkan Kakak dengannya, Fit!"

"Maaf, Kak, untuk saat ini aku tak bisa."

Mereka duduk dalam diam. Terasa benar suasana jadi canggung.

Fadil masih termenung sedangkan Fitri gelisah. Waktu terus merambat.

Pikirannya tidak fokus karena teringat Hamdan yang terus menderita menahan sakit.

Pasti dia sedari tadi tertunggu-tunggu kedatangannya.

"Kak..."

"Kak Fadil..."

"Iya, Fit. Ada apa?" Fadil mendongakkan kepalanya.

"Aku pulang dulu ya, Kak. Sudah sore. Nanti Papa dan Mama jadi risau."

"Oke, Fit. Silahkan."

Fadil hanya bisa mencengkeram kursi erat-erat.

Setelah Fitri pergi, dia pun berteriak sekeras-kerasnya di ruangan itu.

Untung saja sekolah sudah mulai sepi sehingga tidak ada yang memperhatikan jeritannya.

Fitri bergegas menuju motornya. Dia berencana langsung ke tempat Hamdan.

Baru saja memasangkan helm, saat handphonenya tiba-tiba berbunyi.

"Ada apa, Ma?"

Ternyata mamanya yang menelpon.

"Kamu di mana, Fit? Ditunggu-tunggu dari tadi belum pulang-pulang juga."

"Ini masih di parkiran Sekolah, Ma. Sebentar lagi mau pulang. Sebelum itu Fitri mau mampir ke rumah kawan sebentar, Ma. Rencananya mau ngantar kawan ke tukang urut."

"Sudah terlalu sore, Fit. Pulang saja langsung. Bilang saja sama kawan kamu itu, besok saja. Tapi kalau dia tak sabar, minta tolong saja kepada kawan yang lain."

"Tentunya kawan dia bukan kamu seorang saja kan, Fit. Pulang sekarang ya. Mama tunggu. Mama tak mau cekcok sama Papa kamu gara-gara tidak bertindak tegas terhadap kamu, Fit."

Fitri hanya bisa menatap layar handphonenya yang gelap karena sambungan telponnya sudah dimatikan oleh mamanya.

"Maafkan aku, Hamdan. Aku tak bisa mengantar kamu sore ini. Seandainya saja kamu punya handphone, jadi kita bisa berkomunikasi dengan mudah."

Setelah menghela nafasnya berkali-kali, akhirnya Fitri menghidupkan motornya dan langsung pulang ke rumah.

Terpopuler

Comments

Doni Gunawan

Doni Gunawan

selanjutnya

2025-01-14

0

Armand Chux82

Armand Chux82

beliin mkanya fit🤭kalo kmu sayang Ramdhan🤗🤗🤗

2024-11-26

1

Bahrul Ulum

Bahrul Ulum

Hamdan dirisaukan, hehehe

2024-11-24

0

lihat semua
Episodes
1 Tidak Berbakat
2 Penghinaan
3 Fitri
4 Kuota
5 Diusir dari Panti
6 Penjaga Gudang
7 Munculnya Harimau Putih
8 Undangan Dewi
9 Konspirasi
10 Binasa???
11 Hadiah Tersembunyi
12 Pertolongan
13 Cinta Ditolak
14 Bertemu Harimau Putih
15 Sakit Hati Karena Dimanfaatkan
16 Andaikan Kamu Punya Handphone
17 Merasa Bersalah
18 Kekuatan Cinta
19 Hukuman
20 Kecewa
21 Mengundurkan Diri
22 Memberi Pelajaran Kepada Fadil dan Kawan-kawan
23 Perlunya Ilmu Kebatinan
24 Ingin Balas Dendam
25 Sudah Tiada?
26 Terbongkar
27 Masalah Bertubi-tubi
28 Daftar Nama Cabang Silat
29 Proses Pembukaan Mata Batin
30 Memberi Peringatan dan Menghajar Rangga
31 Daftar Nama Berubah di Saat-saat Terakhir
32 Perasaan Dewi
33 Perjalanan Jiwa
34 Kalah dengan Sangat Cepat
35 Didiskualifikasi
36 Pertarungan
37 Berjuang Sendirian
38 Babak Final
39 Curang
40 Mulai Serius
41 Hukum Rimba
42 Latihan Rutin
43 Menghina
44 Tidak Terima
45 Istirahat Selama Tiga Tahun
46 Dendam Kesumat
47 Tawaran dari Pak Rico
48 Menolong Buk Sonia
49 Membujuk
50 Mengobati Karmila 1
51 Tanto Yang Malang
52 Sepupu Yang Menyebalkan
53 Kesembuhan Karmila
54 Penyergapan
55 Melaksanakan Misi Perdana
56 Membuat Kenangan
57 Hadiah
58 Perkelahian di Simpang Pusara
59 Cemburu?
60 Latihan dimulai
61 Tarung
62 Aturan
63 Tuduhan
64 Dikeluarkan dari Tim
65 Bos Jang
66 Diguna-guna?
67 Dipanggil Kembali
68 TTM
69 Keberangkatan
70 Di Dalam Perjalanan
71 Latihan Menjelang Pertandingan
72 Apa Yang Kalian Berdua Lakukan?
73 Kesalahpahaman Yang Disengaja
74 Babak Penyisihan
75 Berakhirnya Babak Penyisihan
76 Semi Final Dimulai
77 Masuk Final
78 Tuk Megat
79 Pertandingan Final 1
80 Pertandingan Final 2
81 Pertandingan Final Selesai
82 Seni Regu
83 Keadaan Memburuk
84 Medali Emas Kedua
85 Bang Dino Yang Sekarat
86 Konflik di Rumah Sakit
87 Tiga Medali Emas
88 Malam Yang Menyeramkan
89 Pertolongan Yang Ditolak
90 Pulang
91 Amelia
92 Menginap di Tanjung Buton
93 Salah Paham
94 Tiba di Selat Panjang
95 Telaga Bening
96 Bermain Api
97 Ilmu Pelet
98 Usir Dia Sekarang
99 Pingsan
100 Misi Gagal
101 Pertarungan Yang Adil
102 Bos Aheng Merugi
103 Dilarang Bertindak
104 Musibah Dalam Perjalanan
105 Terlambat
106 Duel
107 Ada Udang Disebalik Bakwan
108 Penggerebekan
109 Rencana Curang
110 Pelatihan khusus
111 Menghasut
112 Menuju Bengkalis
113 Masalah Keluarga
114 Dua Orang Pengganti
115 Satu Lawan Dua
116 Evaluasi
117 Evaluasi Yang Tak Jadi
118 Hilang Ingatan
119 Serangan?
120 Tunggu Saja Kamu, Hamdan!
121 Ilmunya Tidak Bisa Dihentikan.
122 Perjalanan Ke Bandung
123 Permintaan
124 Aturan Pertandingan Yang Tidak Menguntungkan
125 Pertandingan dimulai
126 Perkuat Markas atau Pindah
127 Mimpi Aneh
128 Meditasi Mendalam
129 Tragis
130 Kecewa
131 Diskualifikasi
132 Melawan Serangan Tenaga Dalam
133 Final Seni Tunggal
134 Menuju Impian
135 Pengumuman
Episodes

Updated 135 Episodes

1
Tidak Berbakat
2
Penghinaan
3
Fitri
4
Kuota
5
Diusir dari Panti
6
Penjaga Gudang
7
Munculnya Harimau Putih
8
Undangan Dewi
9
Konspirasi
10
Binasa???
11
Hadiah Tersembunyi
12
Pertolongan
13
Cinta Ditolak
14
Bertemu Harimau Putih
15
Sakit Hati Karena Dimanfaatkan
16
Andaikan Kamu Punya Handphone
17
Merasa Bersalah
18
Kekuatan Cinta
19
Hukuman
20
Kecewa
21
Mengundurkan Diri
22
Memberi Pelajaran Kepada Fadil dan Kawan-kawan
23
Perlunya Ilmu Kebatinan
24
Ingin Balas Dendam
25
Sudah Tiada?
26
Terbongkar
27
Masalah Bertubi-tubi
28
Daftar Nama Cabang Silat
29
Proses Pembukaan Mata Batin
30
Memberi Peringatan dan Menghajar Rangga
31
Daftar Nama Berubah di Saat-saat Terakhir
32
Perasaan Dewi
33
Perjalanan Jiwa
34
Kalah dengan Sangat Cepat
35
Didiskualifikasi
36
Pertarungan
37
Berjuang Sendirian
38
Babak Final
39
Curang
40
Mulai Serius
41
Hukum Rimba
42
Latihan Rutin
43
Menghina
44
Tidak Terima
45
Istirahat Selama Tiga Tahun
46
Dendam Kesumat
47
Tawaran dari Pak Rico
48
Menolong Buk Sonia
49
Membujuk
50
Mengobati Karmila 1
51
Tanto Yang Malang
52
Sepupu Yang Menyebalkan
53
Kesembuhan Karmila
54
Penyergapan
55
Melaksanakan Misi Perdana
56
Membuat Kenangan
57
Hadiah
58
Perkelahian di Simpang Pusara
59
Cemburu?
60
Latihan dimulai
61
Tarung
62
Aturan
63
Tuduhan
64
Dikeluarkan dari Tim
65
Bos Jang
66
Diguna-guna?
67
Dipanggil Kembali
68
TTM
69
Keberangkatan
70
Di Dalam Perjalanan
71
Latihan Menjelang Pertandingan
72
Apa Yang Kalian Berdua Lakukan?
73
Kesalahpahaman Yang Disengaja
74
Babak Penyisihan
75
Berakhirnya Babak Penyisihan
76
Semi Final Dimulai
77
Masuk Final
78
Tuk Megat
79
Pertandingan Final 1
80
Pertandingan Final 2
81
Pertandingan Final Selesai
82
Seni Regu
83
Keadaan Memburuk
84
Medali Emas Kedua
85
Bang Dino Yang Sekarat
86
Konflik di Rumah Sakit
87
Tiga Medali Emas
88
Malam Yang Menyeramkan
89
Pertolongan Yang Ditolak
90
Pulang
91
Amelia
92
Menginap di Tanjung Buton
93
Salah Paham
94
Tiba di Selat Panjang
95
Telaga Bening
96
Bermain Api
97
Ilmu Pelet
98
Usir Dia Sekarang
99
Pingsan
100
Misi Gagal
101
Pertarungan Yang Adil
102
Bos Aheng Merugi
103
Dilarang Bertindak
104
Musibah Dalam Perjalanan
105
Terlambat
106
Duel
107
Ada Udang Disebalik Bakwan
108
Penggerebekan
109
Rencana Curang
110
Pelatihan khusus
111
Menghasut
112
Menuju Bengkalis
113
Masalah Keluarga
114
Dua Orang Pengganti
115
Satu Lawan Dua
116
Evaluasi
117
Evaluasi Yang Tak Jadi
118
Hilang Ingatan
119
Serangan?
120
Tunggu Saja Kamu, Hamdan!
121
Ilmunya Tidak Bisa Dihentikan.
122
Perjalanan Ke Bandung
123
Permintaan
124
Aturan Pertandingan Yang Tidak Menguntungkan
125
Pertandingan dimulai
126
Perkuat Markas atau Pindah
127
Mimpi Aneh
128
Meditasi Mendalam
129
Tragis
130
Kecewa
131
Diskualifikasi
132
Melawan Serangan Tenaga Dalam
133
Final Seni Tunggal
134
Menuju Impian
135
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!