Hadiah Tersembunyi

Motor baru siap menjelang pukul setengah sepuluh. Sudah terlalu lambat bagi Fitri untuk berangkat sekolah.

Oleh karena itu, dia memutuskan untuk ke rumah Maya yang katanya sedang sakit.

"Memangnya kamu sakit apa, Mai? Aku lihat, kamu baik-baik saja."

Mereka sedang ngobrol di kamar Maya.

Para gadis-gadis memang lebih betah di kamar. Mereka sanggup seharian tidak keluar dari kamar sama sekali.

"He he tadi aku sakit perut, Fit. Perut aku mules betul. Sangka kan aku salah makan malam tadi."

"Rupanya pertanda ha*d. Mau berangkat sekolah sudah tanggung karena sudah keburu minta izin tak masuk."

"Kamu sendiri mengapa bolos, Fit? Ini bukan gaya kamu."

Fitri langsung cemberut saat kembali harus mengingat pengalamannya yang menyakitkan hati itu.

Dengan enggan, dia pun menceritakan apa yang terjadi tadi.

Maya mangut-mangut. Dia mendengarkan dengan sangat serius.

"Aku rasa lah, Fit kejadian yang menimpa kamu seperti sengaja dibuat oleh seseorang." Maya memberikan komentar yang sangat profesional.

"Jadi kamu menganggap aku hanya berbohong, Mai? Ini hanya sebatas konten?" Fitri tersinggung.

"Bukan itu maksud aku, Fit. Kamu salah paham akan maksud aku tadi."

"Aku curiga motormu sengaja buat seperti itu oleh orang yang tidak suka kepada kamu, Fit."

Fitri tertegun. Dia berusaha mencerna setiap kata yang diucapkan oleh Maya.

Nampaknya masuk akal, tetapi siapa dan apa motifnya?

Menjelang siang, Fitri pulang ke rumahnya. Sambil pulang, dia menyempatkan diri untuk pergi ke gudang, tempat tinggal Hamdan.

Fitri pernah menguntit Hamdan saat pulang sekolah sehingga dia tahu di mana Hamdan tinggal.

Dia bertanya tentang keberadaan Hamdan dengan para pekerja yang mengangkut barang dari gudang tapi mereka bilang Hamdan belum pulang.

Akhirnya Fitri pun pulang tanpa semangat.

"Cepat sekali kamu pulang, Fit?

"Fitri tidak sekolah hari ini, Ma."

"Kenapa? Bukan kah kamu sudah berangkat dari tadi pagi?"

"Motornya mogok, Ma. Waktu Fitri habis karena menunggu lama dibengkel."

Mamanya adalah seorang ibu rumah tangga, jadi Fitri memang tidak menelpon mamanya untuk meminta bantuan.

Makanya yang tahu hanyalah papanya. Saat ini tentu saja papanya belum pulang.

Jika sudah blusukan ke daerah-daerah terpencil, pulangnya sore hari atau bahkan malam hari.

"Ya sudah, sana ganti baju! Kamu belum makan siang kan, Fit? Kebetulan Mama pun belum makan. Nanti kita makan sama-sama ya."

"Baiklah, Ma. Fitri ganti baju dulu.

...****************...

Saat ini jam 05.00 sore hari.

Hutan kecil itu terlihat temaram.

Cahaya mentari tidak mampu lagi menerobos dedaunan sehingga sinarnya tidak bisa menerangi hutan kecil itu.

Hamdan terbangun!

Dia membuka kedua matanya dengan perlahan. Sekujur tubuhnya sakit semua.

Dia menggerakkan kedua bola matanya mencoba menilai keadaan sekitar.

Betapa kagetnya Hamdan saat menyadari bahwa dirinya dikub*r di dalam lubang seukuran badannya.

Hamdan ingin bergerak tapi tak bisa. Badannya seperti tiada bertulang.

Tubuhnya sudah tertutup tanah, hanya sebagian wajahnya yang belum tertutup sempurna.

Ini pasti ulah Tanto dan gengnya.

Hamdan yakin, mengapa wajahnya belum tertimbun tanah seluruhnya bukan karena kebaikan hati Tanto dan gengnya.

Pasti telah terjadi sesuatu dengan mereka.

Walau pun tidak bisa menggerakkan tubuhnya, pikiran Hamdan berjalan dengan cepat. Dia bisa memikirkan banyak hal dalam waktu singkat.

Hamdan penasaran, kira-kira apa yang telah terjadi sehingga para bangs*t itu tidak menyelesaikan pekerjaan mereka.

Tidak kah mereka bimbang bahwa dia akan mampu membebaskan diri?

Walaupun penasaran tetapi Hamdan juga sangat bersyukur, dengan begini, paling tidak dia tidak akan ma*i lemas.

"Terima kasih banyak karena telah menolong saya wahai Sang Dermawan!" Teriak Hamdan.

Tentu saja ucapannya itu tidak mendapat jawaban apa-apa.

Walaupun masih hidup tapi Hamdan kesulitan untuk bergerak.

Selain karena masih tertimbun tanah, sekujur tubuh Hamdan juga penuh memar dan luka-luka, ditambah lagi tulang kedua tangan dan kaki kanannya juga patah, hal itu semakin menambah kesengsaraan bagi Hamdan.

Dia mendesis menahan sakit.

Untung saja tubuh Hamdan mempunyai rasa toleransi yang tinggi terhadap rasa sakit sehingga dia tidak sedikitpun mengeluh.

Hamdan memilih untuk menggigit bibirnya sendiri sebagai upaya untuk tidak mengeluh atas sakit yang diderita.

Di dunia ini, tidak sembarang orang yang bisa tahan dan setabah Hamdan dalam menghadapi rasa sakit.

Dengan kondisinya saat ini, seandainya ada binatang melata yang ingin menggigitnya, Hamdan hanya bisa pasrah, karena memang tidak ada yang bisa dia lakukan.

Dengan terus menahan rasa sakit dan perut yang mulai lapar, ditambah lagi dengan dengungan nyamuk yang mulai hinggap di wajahnya yang tidak tertutup tanah, Hamdan perlu menumbuhkan kesabaran ekstra.

Hamdan memaksakan dirinya untuk tidur. Saat ini hanya itu lah yang bisa dia lakukan. Lagi pula dia sangat membutuhkan untuk bisa istirahat dengan tenang.

Mengenai keselamatannya, dia hanya bisa pasrah dan mengharap belas kasihan Yang Maha Kuasa.

Setelah mengalami kejadian seperti ini, baru lah Hamdan teringat kepada Yang Maha Kuasa.

Selama ini walaupun Hamdan tidak berbuat jahat tetapi dia juga bisa dikatakan sebagai orang yang baik karena dia jarang ibadah.

Namun setelah mengalami musibah ini, baru lah Hamdan tahu bagai mana artinya merasa dekat dengan Yang Maha Kuasa.

Hamdan telah mengalami metamorfosis mental yang luar biasa.

Mungkin inilah maksud seperti yang pernah dikatakan oleh salah seorang Ustaz, bahwa musibah merupakan hadiah tersembunyi dari Yang Maha Kuasa.

Karena Hamdan tidak memikirkan apapun, baik itu kondisi tubuhnya maupun tentang keselamatannya sehingga hanya dalam beberapa menit saja dia langsung tertidur dengan pulas.

Setelah Hamdan tertidur dengan nyenyak saat itu lah muncul seberkas cahaya tipis yang menyelimuti sekujur tubuhnya.

Cahaya itu mampu mengobati luka ditubuhnya.

Tak memakan waktu yang lama segala memar dan bengkak di tubuhnya langsung tak berbekas yang mana bisa disaksikan dengan mata telanj*ng.

Mungkin karena tulangnya yang patah bukan merupakan sakit biasa sehingga sinar itu tak mampu menyembuhkannya sehingga tulang lengan dan kakinya masih tetap sakit seperti biasanya.

Hamdan tidak mengetahui semua itu karena dia masih tertidur pulas.

...****************...

Keesokan harinya, Fitri berangkat sekolah dengan tidak sabar. Dia sangat terburu-buru pada hal jam masuk masih sangat lama.

Dia melirik handphonenya, ada berpuluh-puluh pesan dan panggilan tidak terjawab.

Dia sengaja mengabaikannya.

Itu adalah pesan dari Kak Fadil, seniornya di ekskul Panahan.

Kak Fadil menunggu keputusan darinya. Seminggu yang lalu, Kak Fadil menembak Fitri namun jawaban Fitri masih menggantung. Dia masih ragu.

Mata Fitri terus memantau setiap siswa yang masuk ke dalam kelas tapi dia menjadi kecewa karena orang yang dia tunggu-tunggu tidak menampakkan batang hidungnya sama sekali.

'Ke mana dia pergi? Mengapa dia tidak masuk sekolah hari ini?' Gumam Fitri dengan wajah lesu.

Terpopuler

Comments

Doni Gunawan

Doni Gunawan

lanjut

2025-01-14

1

MasWan

MasWan

lagi nyari hamdan

2024-09-18

0

MasWan

MasWan

ah kurang ajaib sinarnya wkwkwkwk

2024-09-18

1

lihat semua
Episodes
1 Tidak Berbakat
2 Penghinaan
3 Fitri
4 Kuota
5 Diusir dari Panti
6 Penjaga Gudang
7 Munculnya Harimau Putih
8 Undangan Dewi
9 Konspirasi
10 Binasa???
11 Hadiah Tersembunyi
12 Pertolongan
13 Cinta Ditolak
14 Bertemu Harimau Putih
15 Sakit Hati Karena Dimanfaatkan
16 Andaikan Kamu Punya Handphone
17 Merasa Bersalah
18 Kekuatan Cinta
19 Hukuman
20 Kecewa
21 Mengundurkan Diri
22 Memberi Pelajaran Kepada Fadil dan Kawan-kawan
23 Perlunya Ilmu Kebatinan
24 Ingin Balas Dendam
25 Sudah Tiada?
26 Terbongkar
27 Masalah Bertubi-tubi
28 Daftar Nama Cabang Silat
29 Proses Pembukaan Mata Batin
30 Memberi Peringatan dan Menghajar Rangga
31 Daftar Nama Berubah di Saat-saat Terakhir
32 Perasaan Dewi
33 Perjalanan Jiwa
34 Kalah dengan Sangat Cepat
35 Didiskualifikasi
36 Pertarungan
37 Berjuang Sendirian
38 Babak Final
39 Curang
40 Mulai Serius
41 Hukum Rimba
42 Latihan Rutin
43 Menghina
44 Tidak Terima
45 Istirahat Selama Tiga Tahun
46 Dendam Kesumat
47 Tawaran dari Pak Rico
48 Menolong Buk Sonia
49 Membujuk
50 Mengobati Karmila 1
51 Tanto Yang Malang
52 Sepupu Yang Menyebalkan
53 Kesembuhan Karmila
54 Penyergapan
55 Melaksanakan Misi Perdana
56 Membuat Kenangan
57 Hadiah
58 Perkelahian di Simpang Pusara
59 Cemburu?
60 Latihan dimulai
61 Tarung
62 Aturan
63 Tuduhan
64 Dikeluarkan dari Tim
65 Bos Jang
66 Diguna-guna?
67 Dipanggil Kembali
68 TTM
69 Keberangkatan
70 Di Dalam Perjalanan
71 Latihan Menjelang Pertandingan
72 Apa Yang Kalian Berdua Lakukan?
73 Kesalahpahaman Yang Disengaja
74 Babak Penyisihan
75 Berakhirnya Babak Penyisihan
76 Semi Final Dimulai
77 Masuk Final
78 Tuk Megat
79 Pertandingan Final 1
80 Pertandingan Final 2
81 Pertandingan Final Selesai
82 Seni Regu
83 Keadaan Memburuk
84 Medali Emas Kedua
85 Bang Dino Yang Sekarat
86 Konflik di Rumah Sakit
87 Tiga Medali Emas
88 Malam Yang Menyeramkan
89 Pertolongan Yang Ditolak
90 Pulang
91 Amelia
92 Menginap di Tanjung Buton
93 Salah Paham
94 Tiba di Selat Panjang
95 Telaga Bening
96 Bermain Api
97 Ilmu Pelet
98 Usir Dia Sekarang
99 Pingsan
100 Misi Gagal
101 Pertarungan Yang Adil
102 Bos Aheng Merugi
103 Dilarang Bertindak
104 Musibah Dalam Perjalanan
105 Terlambat
106 Duel
107 Ada Udang Disebalik Bakwan
108 Penggerebekan
109 Rencana Curang
110 Pelatihan khusus
111 Menghasut
112 Menuju Bengkalis
113 Masalah Keluarga
114 Dua Orang Pengganti
115 Satu Lawan Dua
116 Evaluasi
117 Evaluasi Yang Tak Jadi
118 Hilang Ingatan
119 Serangan?
120 Tunggu Saja Kamu, Hamdan!
121 Ilmunya Tidak Bisa Dihentikan.
122 Perjalanan Ke Bandung
123 Permintaan
124 Aturan Pertandingan Yang Tidak Menguntungkan
125 Pertandingan dimulai
126 Perkuat Markas atau Pindah
127 Mimpi Aneh
128 Meditasi Mendalam
129 Tragis
130 Kecewa
131 Diskualifikasi
132 Melawan Serangan Tenaga Dalam
133 Final Seni Tunggal
134 Menuju Impian
135 Pengumuman
Episodes

Updated 135 Episodes

1
Tidak Berbakat
2
Penghinaan
3
Fitri
4
Kuota
5
Diusir dari Panti
6
Penjaga Gudang
7
Munculnya Harimau Putih
8
Undangan Dewi
9
Konspirasi
10
Binasa???
11
Hadiah Tersembunyi
12
Pertolongan
13
Cinta Ditolak
14
Bertemu Harimau Putih
15
Sakit Hati Karena Dimanfaatkan
16
Andaikan Kamu Punya Handphone
17
Merasa Bersalah
18
Kekuatan Cinta
19
Hukuman
20
Kecewa
21
Mengundurkan Diri
22
Memberi Pelajaran Kepada Fadil dan Kawan-kawan
23
Perlunya Ilmu Kebatinan
24
Ingin Balas Dendam
25
Sudah Tiada?
26
Terbongkar
27
Masalah Bertubi-tubi
28
Daftar Nama Cabang Silat
29
Proses Pembukaan Mata Batin
30
Memberi Peringatan dan Menghajar Rangga
31
Daftar Nama Berubah di Saat-saat Terakhir
32
Perasaan Dewi
33
Perjalanan Jiwa
34
Kalah dengan Sangat Cepat
35
Didiskualifikasi
36
Pertarungan
37
Berjuang Sendirian
38
Babak Final
39
Curang
40
Mulai Serius
41
Hukum Rimba
42
Latihan Rutin
43
Menghina
44
Tidak Terima
45
Istirahat Selama Tiga Tahun
46
Dendam Kesumat
47
Tawaran dari Pak Rico
48
Menolong Buk Sonia
49
Membujuk
50
Mengobati Karmila 1
51
Tanto Yang Malang
52
Sepupu Yang Menyebalkan
53
Kesembuhan Karmila
54
Penyergapan
55
Melaksanakan Misi Perdana
56
Membuat Kenangan
57
Hadiah
58
Perkelahian di Simpang Pusara
59
Cemburu?
60
Latihan dimulai
61
Tarung
62
Aturan
63
Tuduhan
64
Dikeluarkan dari Tim
65
Bos Jang
66
Diguna-guna?
67
Dipanggil Kembali
68
TTM
69
Keberangkatan
70
Di Dalam Perjalanan
71
Latihan Menjelang Pertandingan
72
Apa Yang Kalian Berdua Lakukan?
73
Kesalahpahaman Yang Disengaja
74
Babak Penyisihan
75
Berakhirnya Babak Penyisihan
76
Semi Final Dimulai
77
Masuk Final
78
Tuk Megat
79
Pertandingan Final 1
80
Pertandingan Final 2
81
Pertandingan Final Selesai
82
Seni Regu
83
Keadaan Memburuk
84
Medali Emas Kedua
85
Bang Dino Yang Sekarat
86
Konflik di Rumah Sakit
87
Tiga Medali Emas
88
Malam Yang Menyeramkan
89
Pertolongan Yang Ditolak
90
Pulang
91
Amelia
92
Menginap di Tanjung Buton
93
Salah Paham
94
Tiba di Selat Panjang
95
Telaga Bening
96
Bermain Api
97
Ilmu Pelet
98
Usir Dia Sekarang
99
Pingsan
100
Misi Gagal
101
Pertarungan Yang Adil
102
Bos Aheng Merugi
103
Dilarang Bertindak
104
Musibah Dalam Perjalanan
105
Terlambat
106
Duel
107
Ada Udang Disebalik Bakwan
108
Penggerebekan
109
Rencana Curang
110
Pelatihan khusus
111
Menghasut
112
Menuju Bengkalis
113
Masalah Keluarga
114
Dua Orang Pengganti
115
Satu Lawan Dua
116
Evaluasi
117
Evaluasi Yang Tak Jadi
118
Hilang Ingatan
119
Serangan?
120
Tunggu Saja Kamu, Hamdan!
121
Ilmunya Tidak Bisa Dihentikan.
122
Perjalanan Ke Bandung
123
Permintaan
124
Aturan Pertandingan Yang Tidak Menguntungkan
125
Pertandingan dimulai
126
Perkuat Markas atau Pindah
127
Mimpi Aneh
128
Meditasi Mendalam
129
Tragis
130
Kecewa
131
Diskualifikasi
132
Melawan Serangan Tenaga Dalam
133
Final Seni Tunggal
134
Menuju Impian
135
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!