Penjaga Gudang

"Kamu akan tinggal di mana, Hamdan?" Mata Kak Yati berkaca-kaca.

"Aku belum tahu, Kak. Do'akan saja supaya aku mendapat tempat tinggal yang baru. Aku pergi dulu, Kak."

Hamdan berjalan dengan mantap. Dia sengaja tidak melihat ke belakang. Hamdan tak ingin Kak Yati melihat air matanya yang tak kuasa dia bendung.

Anak laki-laki harus kuat!

Hamdan mengempos semangatnya. Dia terus berjalan ke arah pasar.

Penginapan dan rumah kos banyak di Selat Panjang.

Persoalannya, duit Hamdan tidak lebih. Dia mempunyai sedikit tabungan. Itu pun rencananya akan digunakan untuk membeli kado ulang tahun Dewi.

Jika Fitri tahu, mungkin dia akan langsung memanah kepala Hamdan yang tak beres itu.

Sebagai remaja yang masih duduk di kelas dua SMA, tentu saja Hamdan bingung mau ke mana kenalan tidak ada apalagi saudara

Hamdan menuju tempat dia biasa kerja paruh waktu. Mana tahu ada tempat tinggal di sana.

"Nya, apa ada tempat tinggal gratis di sini?"

Nyonya tua itu memandang Hamdan seperti sedang melihat orang bod*h sedunia.

"Mana ada tempat tinggal gratis di dunia ini haa. Sedang orang yang mau buang kotoran saja musti bayar apa lagi tempat tinggal."

"Kamu orang terlalu banyak menghayal haa."

Hamdan tersenyum kecut. Dia menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.

Dia tahu apa yang dikatakan Nyonya tua itu benar adanya.

"Nya, ada kerja tambahan tidak? Jaga gudang kek jaga barang kek?"

"Kamu orang mau jaga gudang?"

Nyonya tua itu tampak berpikir.

"Kamu orang jumpa saja sama si Aheng. Dia kemarin cari orang jaga gudang, mana tahu masih butuh. Kamu orang langsung saja ketemu sama si Aheng sana."

"Terima kasih banyak, Nya." Hamdan sangat senang dia langsung berlari menuju ke toko satunya lagi.

Aheng adalah anak bungsu nyonya tua itu. Dialah yang mengelola usaha keluarga mereka di sini, sedangkan adik beradiknya yang lain membuka usaha di daerah luar seperti Batam Pekanbaru bahkan ada yang di Singapura.

"Bos, masih ada kerja jaga gudang?"

Hamdan bertanya penuh harap.

Bos Aheng yang sedang menghitung dengan sempoa, melihat Hamdan dari balik kaca matanya.

"Sudah ada yang jaga."

Hamdan merosot. Dia tadi sudah sangat bersemangat dan yakin akan mendapat tempat tinggal tapi ternyata harapan tidak sesuai kenyataan.

"Kerja yang lain tak ada, Bos?"

"Ada, tapi untuk orang dewasa."

"Kerja apa itu, Bos kalau saya boleh tahu."

"Jaga gudang juga. Tapi malam. Kalau malam kawasan di gudang itu sepi."

Semangat Hamdan naik kembali.

Kesempatan ini lah yang dia tunggu.

Peduli amat dengan lingkungan sepi. Yang penting ada tempat tinggal gratis.

"Biar aku saja, Bos. Aku berani jaga gudang itu."

Bos Aheng menatap tajam ke arah Hamdan.

"Kamu yakin berani sendiri? Tak mau coba cari kawan lagi?"

"Tak perlu, Bos. Aku sudah biasa, Bos. Pokoknya Bos tak perlu risau."

"Baik lah kalau begitu. Ini kuncinya. Kamu boleh jaga mulai malam ini. Gajinya tidak besar. Cuma 800 ribu."

"Tapi kamu tidak boleh lalai. Jangan sampai kecolongan." Kalau kamu mau masak, beras sama indomie ada di sana. Itu adalah stok untuk satu bulan."

"Herman!"

"Ya, Bos."

"Antarkan si Hamdan ke gudang barang yang di samping Toko Standart itu."

"Siap, Bos."

Pria yang bernama Herman itu berbalik. Dia mengambil kunci motor di meja.

"Ayo, Hamdan!"

Setelah sekali lagi berterima kasih kepada Bos Aheng, Hamdan langsung mengikuti Bang Herman.

Hamdan sangat gembira, dia tidak menyangka bahwa nasibnya akan sebagus ini.

Bagai mana tidak, selain mendapatkan tempat tinggal gratis, Hamdan juga akan digaji.

Mungkin bagi sebagian orang, uang 800 ribu itu bukanlah apa-apa.

Tapi bagi Hamdan, uang tersebut sangat besar. Dengan jumlah uang tersebut, Hamdan bisa melakukan banyak hal.

Hamdan tersenyum senang saat memikirkan hal tersebut.

Mereka naik motor dan menuju ke Jalan Imam Bonjol

Pas di depan Toko Mas mereka belok kiri, memasuki gang di samping Toko Standart.

"Kamu nekat sekali ingin menjaga gudang ini, Hamdan."

Wajah Hamdan berubah, "Memangnya kenapa, Bang?"

"Ruko ini angker!" bisik Bang Herman.

Hamdan terperanjat.

Setakat ini dia memang berani jika berhadapan dengan orang.

Kalah memang itu biasa bagi Hamdan.

Tapi jika harus berhadapan dengan han*u, jelas Hamdan tidak siap.

Melihat wajah Hamdan memucat, Bang Herman malah terus cerita.

"Setahu Abang, sudah lima orang yang menjaga gudang ini. Hanya dua atau tiga kemudian, orang-orang itu langsung berhenti. Tak sanggup lagi."

"Memangnya apa yang terjadi, Bang?" Walau pun gamang tapi Hamdan penasaran.

"Kabarnya, ruko kosong di samping gudang ini pernah dijadikan tempat orang bun*uh diri."

"Han*unya gentayangan. Ma*i penasaran dan akhirnya ganggu orang-orang di sekitar."

"Makanya tak ada yang mau tinggal di sekitar sini lagi."

"Begitu juga dengan nasib penjaga gudang sebelumnya, mereka tidak bisa tidur karena setiap malam menjelang, han*u itu akan datang menganggu mereka."

Mau tak mau bulu kuduk Hamdan meremang. Tanpa sadar dia menelan ludah. Mulutnya terasa kering.

Memang tidak ada makanan gratis di dunia ini. Jika mau menerima harus siap berkorban.

Saat ini Hamdan jadi bimbang.

Di satu sisi, dia digaji dan diberikan tempat tinggal. Dia tidak perlu takut kelaparan lagi.

Di sisi lain, dia harus bisa menghadapi teror han*u gentayangan.

"Bagai mana, Hamdan? Sudah kah kamu membuat keputusan?"

Herman yakin, Hamdan akan mengaku kalah sebelum berjuang.

Bagai mana remaja ini bisa menanggulanginya sedangkan orang-orang dewasa saja tak sanggup untuk tinggal di sini.

"Ayo, kita pulang."

Herman tersenyum. Dia mengekol motornya.

Namun senyumannya berubah menjadi kerutan di dahi saat melihat Hamdan hanya memandang ke arahnya.

"Ayuk!"

Hamdan menggeleng.

"Abang pulang saja, Bang. Terima kasih karena telah mengantar aku ke sini."

"Tolong sampaikan ke Bos Aheng, aku tetap akan menjaga gudang ini."

"Kalau malam ini aku tidak ma*i, aku mau kenaikan gaji."

Herman hanya melongo. Dia tak tahu harus berkata apa.

Berurusan dengan remaja miskin ini susah ditebak.

Hamdan lebih baik menghadapi han*u penasaran dari pada dia ma*i kelaparan.

"Kreeeekkk!!"

Bunyi pintu gudang membuat jantung Hamdan seperti akan copot saat dia memutar anak kunci dan membuka gembok.

Gudangnya gelap gulita.

Hamdan meraba-raba dinding untuk mencari saklar lampu.

Hamdan tidak punya penerangan apa-apa.

Senter tidak punya, handphone pun tidak ada.

Jangankan Hp android, Hp senter pun dia tidak punya.

Hamdan menelan ludah saat tangannya seperti menyentuh tali yang halus.

Tidak! Ini bukan tali. Tak mungkin tali selembut itu.

Ini seperti rambut.

Rambut wanita!

Pikiran Hamdan melayang ke sosok orang yang bu*uh diri menurut Bang Herman adalah seorang wanita.

Tepatnya gadis remaja.

Terpopuler

Comments

Danangprayogo Utomo

Danangprayogo Utomo

siap baca

2025-02-05

0

Doni Gunawan

Doni Gunawan

lanjut lagi

2025-01-14

0

Edy Sulaiman

Edy Sulaiman

jangan2 gantung diri karena Judi Slot....hhhh

2024-10-11

0

lihat semua
Episodes
1 Tidak Berbakat
2 Penghinaan
3 Fitri
4 Kuota
5 Diusir dari Panti
6 Penjaga Gudang
7 Munculnya Harimau Putih
8 Undangan Dewi
9 Konspirasi
10 Binasa???
11 Hadiah Tersembunyi
12 Pertolongan
13 Cinta Ditolak
14 Bertemu Harimau Putih
15 Sakit Hati Karena Dimanfaatkan
16 Andaikan Kamu Punya Handphone
17 Merasa Bersalah
18 Kekuatan Cinta
19 Hukuman
20 Kecewa
21 Mengundurkan Diri
22 Memberi Pelajaran Kepada Fadil dan Kawan-kawan
23 Perlunya Ilmu Kebatinan
24 Ingin Balas Dendam
25 Sudah Tiada?
26 Terbongkar
27 Masalah Bertubi-tubi
28 Daftar Nama Cabang Silat
29 Proses Pembukaan Mata Batin
30 Memberi Peringatan dan Menghajar Rangga
31 Daftar Nama Berubah di Saat-saat Terakhir
32 Perasaan Dewi
33 Perjalanan Jiwa
34 Kalah dengan Sangat Cepat
35 Didiskualifikasi
36 Pertarungan
37 Berjuang Sendirian
38 Babak Final
39 Curang
40 Mulai Serius
41 Hukum Rimba
42 Latihan Rutin
43 Menghina
44 Tidak Terima
45 Istirahat Selama Tiga Tahun
46 Dendam Kesumat
47 Tawaran dari Pak Rico
48 Menolong Buk Sonia
49 Membujuk
50 Mengobati Karmila 1
51 Tanto Yang Malang
52 Sepupu Yang Menyebalkan
53 Kesembuhan Karmila
54 Penyergapan
55 Melaksanakan Misi Perdana
56 Membuat Kenangan
57 Hadiah
58 Perkelahian di Simpang Pusara
59 Cemburu?
60 Latihan dimulai
61 Tarung
62 Aturan
63 Tuduhan
64 Dikeluarkan dari Tim
65 Bos Jang
66 Diguna-guna?
67 Dipanggil Kembali
68 TTM
69 Keberangkatan
70 Di Dalam Perjalanan
71 Latihan Menjelang Pertandingan
72 Apa Yang Kalian Berdua Lakukan?
73 Kesalahpahaman Yang Disengaja
74 Babak Penyisihan
75 Berakhirnya Babak Penyisihan
76 Semi Final Dimulai
77 Masuk Final
78 Tuk Megat
79 Pertandingan Final 1
80 Pertandingan Final 2
81 Pertandingan Final Selesai
82 Seni Regu
83 Keadaan Memburuk
84 Medali Emas Kedua
85 Bang Dino Yang Sekarat
86 Konflik di Rumah Sakit
87 Tiga Medali Emas
88 Malam Yang Menyeramkan
89 Pertolongan Yang Ditolak
90 Pulang
91 Amelia
92 Menginap di Tanjung Buton
93 Salah Paham
94 Tiba di Selat Panjang
95 Telaga Bening
96 Bermain Api
97 Ilmu Pelet
98 Usir Dia Sekarang
99 Pingsan
100 Misi Gagal
101 Pertarungan Yang Adil
102 Bos Aheng Merugi
103 Dilarang Bertindak
104 Musibah Dalam Perjalanan
105 Terlambat
106 Duel
107 Ada Udang Disebalik Bakwan
108 Penggerebekan
109 Rencana Curang
110 Pelatihan khusus
111 Menghasut
112 Menuju Bengkalis
113 Masalah Keluarga
114 Dua Orang Pengganti
115 Satu Lawan Dua
116 Evaluasi
117 Evaluasi Yang Tak Jadi
118 Hilang Ingatan
119 Serangan?
120 Tunggu Saja Kamu, Hamdan!
121 Ilmunya Tidak Bisa Dihentikan.
122 Perjalanan Ke Bandung
123 Permintaan
124 Aturan Pertandingan Yang Tidak Menguntungkan
125 Pertandingan dimulai
126 Perkuat Markas atau Pindah
127 Mimpi Aneh
128 Meditasi Mendalam
129 Tragis
130 Kecewa
131 Diskualifikasi
132 Melawan Serangan Tenaga Dalam
133 Final Seni Tunggal
134 Menuju Impian
135 Pengumuman
Episodes

Updated 135 Episodes

1
Tidak Berbakat
2
Penghinaan
3
Fitri
4
Kuota
5
Diusir dari Panti
6
Penjaga Gudang
7
Munculnya Harimau Putih
8
Undangan Dewi
9
Konspirasi
10
Binasa???
11
Hadiah Tersembunyi
12
Pertolongan
13
Cinta Ditolak
14
Bertemu Harimau Putih
15
Sakit Hati Karena Dimanfaatkan
16
Andaikan Kamu Punya Handphone
17
Merasa Bersalah
18
Kekuatan Cinta
19
Hukuman
20
Kecewa
21
Mengundurkan Diri
22
Memberi Pelajaran Kepada Fadil dan Kawan-kawan
23
Perlunya Ilmu Kebatinan
24
Ingin Balas Dendam
25
Sudah Tiada?
26
Terbongkar
27
Masalah Bertubi-tubi
28
Daftar Nama Cabang Silat
29
Proses Pembukaan Mata Batin
30
Memberi Peringatan dan Menghajar Rangga
31
Daftar Nama Berubah di Saat-saat Terakhir
32
Perasaan Dewi
33
Perjalanan Jiwa
34
Kalah dengan Sangat Cepat
35
Didiskualifikasi
36
Pertarungan
37
Berjuang Sendirian
38
Babak Final
39
Curang
40
Mulai Serius
41
Hukum Rimba
42
Latihan Rutin
43
Menghina
44
Tidak Terima
45
Istirahat Selama Tiga Tahun
46
Dendam Kesumat
47
Tawaran dari Pak Rico
48
Menolong Buk Sonia
49
Membujuk
50
Mengobati Karmila 1
51
Tanto Yang Malang
52
Sepupu Yang Menyebalkan
53
Kesembuhan Karmila
54
Penyergapan
55
Melaksanakan Misi Perdana
56
Membuat Kenangan
57
Hadiah
58
Perkelahian di Simpang Pusara
59
Cemburu?
60
Latihan dimulai
61
Tarung
62
Aturan
63
Tuduhan
64
Dikeluarkan dari Tim
65
Bos Jang
66
Diguna-guna?
67
Dipanggil Kembali
68
TTM
69
Keberangkatan
70
Di Dalam Perjalanan
71
Latihan Menjelang Pertandingan
72
Apa Yang Kalian Berdua Lakukan?
73
Kesalahpahaman Yang Disengaja
74
Babak Penyisihan
75
Berakhirnya Babak Penyisihan
76
Semi Final Dimulai
77
Masuk Final
78
Tuk Megat
79
Pertandingan Final 1
80
Pertandingan Final 2
81
Pertandingan Final Selesai
82
Seni Regu
83
Keadaan Memburuk
84
Medali Emas Kedua
85
Bang Dino Yang Sekarat
86
Konflik di Rumah Sakit
87
Tiga Medali Emas
88
Malam Yang Menyeramkan
89
Pertolongan Yang Ditolak
90
Pulang
91
Amelia
92
Menginap di Tanjung Buton
93
Salah Paham
94
Tiba di Selat Panjang
95
Telaga Bening
96
Bermain Api
97
Ilmu Pelet
98
Usir Dia Sekarang
99
Pingsan
100
Misi Gagal
101
Pertarungan Yang Adil
102
Bos Aheng Merugi
103
Dilarang Bertindak
104
Musibah Dalam Perjalanan
105
Terlambat
106
Duel
107
Ada Udang Disebalik Bakwan
108
Penggerebekan
109
Rencana Curang
110
Pelatihan khusus
111
Menghasut
112
Menuju Bengkalis
113
Masalah Keluarga
114
Dua Orang Pengganti
115
Satu Lawan Dua
116
Evaluasi
117
Evaluasi Yang Tak Jadi
118
Hilang Ingatan
119
Serangan?
120
Tunggu Saja Kamu, Hamdan!
121
Ilmunya Tidak Bisa Dihentikan.
122
Perjalanan Ke Bandung
123
Permintaan
124
Aturan Pertandingan Yang Tidak Menguntungkan
125
Pertandingan dimulai
126
Perkuat Markas atau Pindah
127
Mimpi Aneh
128
Meditasi Mendalam
129
Tragis
130
Kecewa
131
Diskualifikasi
132
Melawan Serangan Tenaga Dalam
133
Final Seni Tunggal
134
Menuju Impian
135
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!