Fitri

Pandangan mata Dewi telah meluluhlantakkan hati Hamdan.

Sehingga dia tidak bisa berpikir dengan jernih.

Ibnu Arabi pernah ditanya, "Siapa pencuri terkejam?"

Dia menjawab, "Yang kejam itu matanya wanita. Jika ia melihatmu dengan tatapan matanya, kau akan kehilangan segalanya dan kau hanya bisa tersenyum."

Kondisi Hamdan persis seperti yang digambarkan oleh Ibnu Arabi.

Karena kondisinya yang tak memungkinkan untuk mengikuti proses belajar-mengajar, Hamdan memutuskan untuk pulang.

Tentu saja dia tidak berani pulang ke Panti.

Dia pasti akan diinterogasi dan diberi ceramah berjam-jam lamanya oleh Kak Yati.

Hamdan tidak siap untuk itu.

Oleh karena itu, dia menyeret langkahnya pergi ke suatu tempat yang tenang dan tidak terlalu banyak orang.

Di belakang sekolah ada sebuah hutan kecil, di sanalah Hamdan menuju.

Setelah dapat posisi yang nyaman, Hamdan mulai mengeluarkan obat mujarabnya yaitu balsem.

Dia langsung mengoles wajahnya yang bengkak hingga tidak dapat dikenali itu.

"Srek...!!!"

"Srek...!!!"

Hamdan langsung bersikap Waspada.

Pandangannya menatap tajam ke arah sumber suara tadi.

Saat itulah tampak seraut wajah yang tampak ragu berjalan ke arah Hamdan.

"Fitri, kenapa kamu ke sini?"

Fitri adalah teman sekelas Hamdan. Selain cantik, dia adalah sang juara kelas dan juga atlet panahan.

Walau pun tidak setenar Dewi, dia juga mempunyai banyak fans. Bahkan ada beberapa siswa yang kelas satu dan kelas tiga menyatakan perasaan kepadanya.

Namun setakat ini, tidak ada satu pun yang digubrisnya.

Fitri mendekati Hamdan. Dia menyodorkan salep yang berisi Heparin Sodium.

"Pakai salep yang ini saja, Hamdan! Mudah-mudahan bisa mengatasi memar dan juga bengkak."

Hamdan memandang Fitri dengan tatapan rumit.

"Terima kasih banyak, Fit."

Hamdan tahu ini adalah salep yang sangat manjur tapi harganya juga mahal.

Isi 20 gram saja dibanderol dengan harga seratus ribu. Itu adalah jumlah uang yang sangat banyak menurut Hamdan yang tak pernah mempunyai uang jajan sepeser pun setiap kali ke sekolah.

Hamdan mulai mengoleskan salep tersebut di area wajahnya. Sedangkan Fitri hanya melihat dalam diam.

"Kamu mengapa bolos, Fit? Pagi ini kan jam pelajaran penting."

"Aku hanya ingin memastikan dirimu baik-baik saja. Tapi jika kamu merasa terganggu dengan kehadiran aku, biar aku pergi saja."

Fitri berbalik.

"Tunggu dulu, Fit!"

Hamdan meraih tangan Fitri.

"Duduk dulu! Aku tidak bermaksud berkata begitu. Aku hanya tak ingin kamu bolos karena mengikuti jejak aku."

"Kamu tak perlu risau akan hal itu."

Fitri menarik tangannya.

"Maaf, Fit." Hamdan merasa bersalah.

"Bagai mana pun juga, terima kasih atas pertolongannya. Ini salepnya. Aku sudah selesai."

"Ambil saja, Hamdan."

"Aku sudah selesai, Fit. Aku tak memerlukannya lagi."

"Kalau begitu buang saja jika kamu memang tak ingin menggunakannya."

Fitri berdiri.

"Aku mau masuk kelas. Kamu lebih baik pulang. Istirahat."

Tanpa menunggu tanggapan dari Hamdan, Fitri segera berlalu dari sana.

Tak lama kemudian sosoknya pun hilang ditelan semak yang tumbuh setinggi kepala.

Hamdan hanya bisa mengela nafas seraya menggelengkan kepala.

"Andai saja Dewi sebaik dan seperhatian seumpama Fitri, betapa bahagianya hatiku." Gumam Hamdan.

Dia lalu memasukkan salep pemberian Fitri ke dalam saku.

...****************...

"Makan di kantin yuk, Dewi." Rika kawan sebangku Dewi menggamit tangan Dewi.

"Malas ah." Dewi sedang mengecat kukunya.

"Yuk lah, Dewi. Aku lapar sekali."

Dewi menghentikan gerakannya.

"Kamu pergi saja sendiri. Aku sedang diet."

Mata Rika terbelalak. "Kamu diet, Dewi? Sejak kapan?"

"Sudah seminggu. Kamu tak lihat lemak di perut aku sudah mulai kelihatan? Makanya aku harus menjaga tubuh aku agar tetap proporsional."

"Tubuh kamu ramping seperti ini dikatakan berlemak? Bagai mana mungkin?"

"Yuk lah." Rika menarik tangan tangan Dewi.

Mau tak mau Dewi terpaksa ikut walau pun enggan.

"Dewi! Sini!"

Rangga melambaikan tangannya.

Dewi acuh tak acuh. Dia memilih meja di dekat jendela.

Di mana pun bunga mekar maka disitu lah kumbang akan bergerombol.

Baru saja Dewi dan Rika duduk, mereka langsung dikelilingi oleh beberapa pejantan di sana.

Namun karena mereka tahu bahwa Dewi bagai kan bunga ros yang berduri sehingga mereka hanya berani karena ramai.

Jika sendirian nyali mereka jadi ciut.

"Hush hush! Pergi kalian dari sini!" Rangga datang dan langsung duduk di depan Dewi.

"Mau makan apa, Dewi? Kamu pesan saja. Hari ini aku yang traktir."

"Asyik....! Aku juga mau." Rika bersorak senang.

"Kamu bayar sendiri lah ya! Aku hanya akan mentraktir pacar seorang." Dengus Rangga.

"Siapa juga yang jadi pacar kamu, Rangga?" Dewi mencibir tak senang.

"Jangan bilang kamu lebih suka si culun Hamdan dibandingkan aku, Dewi."

"Aku lebih baik berjalan terbalik dari pada harus berpacaran dengan siswa miskin itu."

"Apa si Hamdan nembak kamu, Dewi? Kapan? Kok aku tidak dapat kabar ya." Rika penasaran.

Rangga pun dengan senang hati menceritakan kepada Rika.

Tentu saja dia akan melebih-lebihkan kontribusinya agar Dewi lebih terkesan.

"Ooo jadi itu sebabnya dia tidak masuk sekolah ya. Aku penasaran bagai mana rupanya setelah kamu beri dia pelajaran, Rangga."

Mereka tertawa terkekeh-kekeh.

Fitri baru saja masuk ke kantin dan melihat mereka tertawa dengan gembira mengejek Hamdan.

Dia datang menghampiri.

"Plak! Plak!"

Telapak tangan putihnya bersarang di kedua pipi Rika.

"Sekarang silahkan kamu bercermin! Seperti itu lah penampakan wajahmu yang jelek itu."

"Apa yang kamu lakukan, Fitri?"

Rangga langsung berdiri.

Rika meringis menahan sakit. Dia memandang Fitri penuh dendam.

"Apa kah kamu membela si bod*h itu, Fitri? Cemooh Dewi.

"Jadi dia adalah tipemu? Aku tidak menyangka kamu punya selera serendah itu."

Fitri tidak menggubrisnya. Dia langsung keluar.

Dia sudah tidak punya selera untuk makan.

...****************...

Dalam pada itu, Hamdan sedang berada di pasar. Dia sedang bekerja paruh waktu mengangkut barang-barang di toko.

Dia tentu saja tidak tahu apa yang telah dilakukan oleh Fitri untuk membelanya.

Hamdan bekerja dengan semangat.

Setiap kali dia merasa lelah, dia akan membayangkan wajah Dewi. Senyumannya dan pandangan matanya sehingga rasa lelah pun lesap tidak berbekas.

Hamdan mengelap keringat yang menetes diwajahnya.

"Kamu orang istirahat dulu. Ini minum kamu punya. Cepat minum selagi dingin."

"Siap, Nya."

Hamdan meraih botol mineral dingin itu. Membuka tutupnya dan langsung meneguk dalam satu kali nafas.

"Kalau minum hati-hati. Nanti kamu orang bisa tersedak. Bisa mamp*s. Baru kamu orang tau rasa."

Hamdan tidak memperdulikannya.

Demi si buah hati, dia harus kuat.

Tak lama lagi adalah acara ulang tahun si Dewi. Dia harus cepat-cepat mengumpulkan uang untuk memberikan kado terbaik untuk si buah hati.

Hamdan tersenyum.

Dia mulai mengangkut barang dengan semangat empat lima.

Terpopuler

Comments

🇮🇩🍁ꪶꫝFAIZ 𝓐𝔂⃝❥❣️🤎

🇮🇩🍁ꪶꫝFAIZ 𝓐𝔂⃝❥❣️🤎

bukannya istilah buah hati itu buat anak yaa

2025-02-21

1

Doni Gunawan

Doni Gunawan

lanjutkan

2025-01-14

0

Ulun Jhava

Ulun Jhava

sdh tolol goblok lemah tdktau diri lg hamdan hamdan😂😂

2024-12-10

1

lihat semua
Episodes
1 Tidak Berbakat
2 Penghinaan
3 Fitri
4 Kuota
5 Diusir dari Panti
6 Penjaga Gudang
7 Munculnya Harimau Putih
8 Undangan Dewi
9 Konspirasi
10 Binasa???
11 Hadiah Tersembunyi
12 Pertolongan
13 Cinta Ditolak
14 Bertemu Harimau Putih
15 Sakit Hati Karena Dimanfaatkan
16 Andaikan Kamu Punya Handphone
17 Merasa Bersalah
18 Kekuatan Cinta
19 Hukuman
20 Kecewa
21 Mengundurkan Diri
22 Memberi Pelajaran Kepada Fadil dan Kawan-kawan
23 Perlunya Ilmu Kebatinan
24 Ingin Balas Dendam
25 Sudah Tiada?
26 Terbongkar
27 Masalah Bertubi-tubi
28 Daftar Nama Cabang Silat
29 Proses Pembukaan Mata Batin
30 Memberi Peringatan dan Menghajar Rangga
31 Daftar Nama Berubah di Saat-saat Terakhir
32 Perasaan Dewi
33 Perjalanan Jiwa
34 Kalah dengan Sangat Cepat
35 Didiskualifikasi
36 Pertarungan
37 Berjuang Sendirian
38 Babak Final
39 Curang
40 Mulai Serius
41 Hukum Rimba
42 Latihan Rutin
43 Menghina
44 Tidak Terima
45 Istirahat Selama Tiga Tahun
46 Dendam Kesumat
47 Tawaran dari Pak Rico
48 Menolong Buk Sonia
49 Membujuk
50 Mengobati Karmila 1
51 Tanto Yang Malang
52 Sepupu Yang Menyebalkan
53 Kesembuhan Karmila
54 Penyergapan
55 Melaksanakan Misi Perdana
56 Membuat Kenangan
57 Hadiah
58 Perkelahian di Simpang Pusara
59 Cemburu?
60 Latihan dimulai
61 Tarung
62 Aturan
63 Tuduhan
64 Dikeluarkan dari Tim
65 Bos Jang
66 Diguna-guna?
67 Dipanggil Kembali
68 TTM
69 Keberangkatan
70 Di Dalam Perjalanan
71 Latihan Menjelang Pertandingan
72 Apa Yang Kalian Berdua Lakukan?
73 Kesalahpahaman Yang Disengaja
74 Babak Penyisihan
75 Berakhirnya Babak Penyisihan
76 Semi Final Dimulai
77 Masuk Final
78 Tuk Megat
79 Pertandingan Final 1
80 Pertandingan Final 2
81 Pertandingan Final Selesai
82 Seni Regu
83 Keadaan Memburuk
84 Medali Emas Kedua
85 Bang Dino Yang Sekarat
86 Konflik di Rumah Sakit
87 Tiga Medali Emas
88 Malam Yang Menyeramkan
89 Pertolongan Yang Ditolak
90 Pulang
91 Amelia
92 Menginap di Tanjung Buton
93 Salah Paham
94 Tiba di Selat Panjang
95 Telaga Bening
96 Bermain Api
97 Ilmu Pelet
98 Usir Dia Sekarang
99 Pingsan
100 Misi Gagal
101 Pertarungan Yang Adil
102 Bos Aheng Merugi
103 Dilarang Bertindak
104 Musibah Dalam Perjalanan
105 Terlambat
106 Duel
107 Ada Udang Disebalik Bakwan
108 Penggerebekan
109 Rencana Curang
110 Pelatihan khusus
111 Menghasut
112 Menuju Bengkalis
113 Masalah Keluarga
114 Dua Orang Pengganti
115 Satu Lawan Dua
116 Evaluasi
117 Evaluasi Yang Tak Jadi
118 Hilang Ingatan
119 Serangan?
120 Tunggu Saja Kamu, Hamdan!
121 Ilmunya Tidak Bisa Dihentikan.
122 Perjalanan Ke Bandung
123 Permintaan
124 Aturan Pertandingan Yang Tidak Menguntungkan
125 Pertandingan dimulai
126 Perkuat Markas atau Pindah
127 Mimpi Aneh
128 Meditasi Mendalam
129 Tragis
130 Kecewa
131 Diskualifikasi
132 Melawan Serangan Tenaga Dalam
133 Final Seni Tunggal
134 Menuju Impian
135 Pengumuman
Episodes

Updated 135 Episodes

1
Tidak Berbakat
2
Penghinaan
3
Fitri
4
Kuota
5
Diusir dari Panti
6
Penjaga Gudang
7
Munculnya Harimau Putih
8
Undangan Dewi
9
Konspirasi
10
Binasa???
11
Hadiah Tersembunyi
12
Pertolongan
13
Cinta Ditolak
14
Bertemu Harimau Putih
15
Sakit Hati Karena Dimanfaatkan
16
Andaikan Kamu Punya Handphone
17
Merasa Bersalah
18
Kekuatan Cinta
19
Hukuman
20
Kecewa
21
Mengundurkan Diri
22
Memberi Pelajaran Kepada Fadil dan Kawan-kawan
23
Perlunya Ilmu Kebatinan
24
Ingin Balas Dendam
25
Sudah Tiada?
26
Terbongkar
27
Masalah Bertubi-tubi
28
Daftar Nama Cabang Silat
29
Proses Pembukaan Mata Batin
30
Memberi Peringatan dan Menghajar Rangga
31
Daftar Nama Berubah di Saat-saat Terakhir
32
Perasaan Dewi
33
Perjalanan Jiwa
34
Kalah dengan Sangat Cepat
35
Didiskualifikasi
36
Pertarungan
37
Berjuang Sendirian
38
Babak Final
39
Curang
40
Mulai Serius
41
Hukum Rimba
42
Latihan Rutin
43
Menghina
44
Tidak Terima
45
Istirahat Selama Tiga Tahun
46
Dendam Kesumat
47
Tawaran dari Pak Rico
48
Menolong Buk Sonia
49
Membujuk
50
Mengobati Karmila 1
51
Tanto Yang Malang
52
Sepupu Yang Menyebalkan
53
Kesembuhan Karmila
54
Penyergapan
55
Melaksanakan Misi Perdana
56
Membuat Kenangan
57
Hadiah
58
Perkelahian di Simpang Pusara
59
Cemburu?
60
Latihan dimulai
61
Tarung
62
Aturan
63
Tuduhan
64
Dikeluarkan dari Tim
65
Bos Jang
66
Diguna-guna?
67
Dipanggil Kembali
68
TTM
69
Keberangkatan
70
Di Dalam Perjalanan
71
Latihan Menjelang Pertandingan
72
Apa Yang Kalian Berdua Lakukan?
73
Kesalahpahaman Yang Disengaja
74
Babak Penyisihan
75
Berakhirnya Babak Penyisihan
76
Semi Final Dimulai
77
Masuk Final
78
Tuk Megat
79
Pertandingan Final 1
80
Pertandingan Final 2
81
Pertandingan Final Selesai
82
Seni Regu
83
Keadaan Memburuk
84
Medali Emas Kedua
85
Bang Dino Yang Sekarat
86
Konflik di Rumah Sakit
87
Tiga Medali Emas
88
Malam Yang Menyeramkan
89
Pertolongan Yang Ditolak
90
Pulang
91
Amelia
92
Menginap di Tanjung Buton
93
Salah Paham
94
Tiba di Selat Panjang
95
Telaga Bening
96
Bermain Api
97
Ilmu Pelet
98
Usir Dia Sekarang
99
Pingsan
100
Misi Gagal
101
Pertarungan Yang Adil
102
Bos Aheng Merugi
103
Dilarang Bertindak
104
Musibah Dalam Perjalanan
105
Terlambat
106
Duel
107
Ada Udang Disebalik Bakwan
108
Penggerebekan
109
Rencana Curang
110
Pelatihan khusus
111
Menghasut
112
Menuju Bengkalis
113
Masalah Keluarga
114
Dua Orang Pengganti
115
Satu Lawan Dua
116
Evaluasi
117
Evaluasi Yang Tak Jadi
118
Hilang Ingatan
119
Serangan?
120
Tunggu Saja Kamu, Hamdan!
121
Ilmunya Tidak Bisa Dihentikan.
122
Perjalanan Ke Bandung
123
Permintaan
124
Aturan Pertandingan Yang Tidak Menguntungkan
125
Pertandingan dimulai
126
Perkuat Markas atau Pindah
127
Mimpi Aneh
128
Meditasi Mendalam
129
Tragis
130
Kecewa
131
Diskualifikasi
132
Melawan Serangan Tenaga Dalam
133
Final Seni Tunggal
134
Menuju Impian
135
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!