Penghinaan

"Tubuh aku lain dari pada yang lain, Kak. Dengan balsem, rasa sakit di tubuh aku bisa sembuh."

"Huh. Terserah kamu lah kalau begitu."

Yati ngeloyor pergi.

Dia sangat faham sifat Hamdan sedari kecil.

Dia anak yang pendiam. Tak suka cari keributan.

Tapi dia juga keras hati. Akan mempertahankan pendapatnya jika dia merasa hal itu benar.

Sehingga tak jarang dia akan berselisih faham dengan orang lain gara-gara sifatnya itu.

Setelah istirahat yang cukup, Hamdan mulai membersihkan pekarangan rumah. Rumput yang mulai panjang dicabutinya lalu dibakar.

Setelah selesai bersih-bersih, Hamdan segera mandi.

Lepas maghrib, mereka akan belajar mengaji dengan Haji Umar. Ini merupakan kegiatan wajib. Tak ada toleransi bagi mereka yang sengaja tak mau ikut.

Cahaya bulan menerobos melalui celah ventilasi. Cuaca semakin dingin.

Jam sudah menunjukkan pukul 12 malam.

Hamdan belum bisa tidur. Dia resah dengan keadaan dirinya sendiri.

Hamdan sekamar bertiga dengan anak yatim lainnya. Teman sekamarnya masih kecil. Mereka berdua masih kelas tiga SD.

Hamdan bangkit.

Memar ditubuhnya sudah mulai pulih. Dia sudah tidak merasakan nyeri sedikit pun.

Dia tak habis pikir dengan dirinya. Sudah hampir dua tahun dia belajar silat tapi ilmu pukulan dan tendangan dasar saja masih sering salah seolah-olah tubuhnya tidak menerima ilmu bela diri.

Pada hal, jika menyangkut pelajaran lain, ota*nya tidak ada masalah.

'Apa benar aku tidak punya bakat dalam ilmu silat?' Semangat Hamdan menjadi lemah.

'Tapi bagai mana mungkin? Aku ingin menjadi kuat. Aku ingin ikut bertanding mewakili sekolah bahkan aku ingin bertanding mewakili Kabupaten.'

'Jika terus begini bagai mana aku bisa menjadi kuat?'

Hamdan menjambak rambutnya dengan geram.

Dia berdiri. Lalu mengambil posisi push up.

Hamdan mulai push up hingga kedua tangannya tak mampu lagi menumpu berat tubuhnya.

Nafas Hamdan terengah-engah.

Bukannya berhenti, dia malah melanjutkan dengan gerakan sit up.

Hamdan terus menyiksa dirinya sendiri hingga ke batasnya.

Tubuh Hamdan dibasahi oleh keringat.

Untung saja kedua anak itu tidur dengan nyenyak sehingga tidak ada yang mempertanyakan prilaku Hamdan yang abnormal itu.

...****************...

Masa sekolah adalah masanya anak-anak muda untuk bersuka cita.

Masa sekolah adalah masa pubertas.

"Lihat! Lihat! Itu si Dewi."

"Dia cantik sekali."

"Selain cantik, dia juga kaya. Coba kamu lihat mobilnya. Bukan kah itu mobil keluaran terbaru?"

"Kalau saja aku bisa jadi pacarnya. Aku rela tak makan selama setahun."

"Kalau itu yang terjadi, maka tanggal hari ini di tahun depan akan menjadi peringatan kemat*anmu."

Hamdan baru saja sampai di gerbang sekolah saat terdengar obrolan para siswa sekolah SMA Selat Panjang.

Dia langsung menoleh ke arah Dewi.

Pandangannya sangat rumit.

Setiap kali melihat sosok Dewi, tubuh Hamdan langsung kaku. Nafasnya pun sesak. Dia benar-benar tersihir oleh kecantikan Dewi yang aduhai.

"Duk...!"

Minggir kau bocah!"

Hamdan langsung terjajar ke pintu gerbang karena didorong oleh seseorang.

"Hei! Jangan cari pasal!"

Hamdan meradang.

"Kenapa? Tidak senang?"

"Memang aku tak senang." Hamdan berang.

Pemuda itu bergerak maju.

Tangan kanannya secepat kilat menarik kerah Hamdan.

"Coba kamu ulangi sekali lagi!"

"A-aku ti-dak s-senang."

Hamdan berusaha menarik nafasnya yang terasa sesak akibat kerah bajunya mencekik leher.

"Ooo kamu tak senang ya. Ambil ini!" Pemuda itu mendorong Hamdan hingga memepet ke gerbang.

Hamdan meronta untuk melepaskan diri tapi tak bisa.

Dia mencoba menendang. Karena jaraknya terlalu dekat tentu saja tendangannya tidak akan berhasil.

Namun saat dia mengangkat kakinya, lututnya tanpa sengaja mengenai area terlarang pemuda yang bernama Rangga itu.

Rangga meringis menahan sakit.

Tangannya bergerak cepat.

"Plak!!! Plak!!!"

Tangan kirinya menampar wajah Hamdan, kiri-kanan.

Keributan itu sontak mengundang siswa lain mendekat. Mereka ingin tahu apa yang terjadi.

Ternyata Dewi juga penasaran. Dia dengan perlahan melangkah pergi, melihat situasi.

Wajah Hamdan sudah babak-belur. Dia tidak mampu melawan tapi dia juga tidak akan menyerah.

Pada hal yang dilawannya adalah Rangga. Siswa terganteng kelas tiga dan juga atlet bela diri sejenis karate.

"Siswa bod*h mana yang berani cari gara-gara dengan si Rangga itu?"

"Entah lah. Wajahnya bengkak jadi sulit dikenali."

Hamdan ingin melawan tapi tidak mampu.

Rangga sedikit pun tidak memberikan kesempatan.

"Apa yang terjadi, Rangga?"

Rangga menghentikan tindakannya.

"Eh, Dewi. Mengapa kamu ada di sini?" Rangga tersenyum manis. Tidak nampak lagi ekspresinya yang garang tadi.

"Siswa ini memandang kamu hingga meneteskan air liur. Aku rasa, dia punya pikiran kotor terhadap kamu sehingga aku berinisiatif memberikan sedikit teguran terhadapnya."

"Eh, siapa sangka dia malah melawan. Jadi terpaksa aku harus memberikan pelajarannya sedikit."

"Benar kah?" Mata Dewi membulat.

Dia memandang ke arah Hamdan.

"Siapa kamu?"

Hamdan berdebar melihat Dewi sedekat ini.

Dia melupakan rasa sakitnya saat melihat wajah pujaan hati yang sedang memandang ke arahnya.

"Jawab pertanyaannya, bocah!"

Rangga menendang kaki Hamdan.

"Eh, bukan kah dia si Hamdan. Siswa kelas dua. Dia sekelas sama kita, Dewi."

Seorang siswi menjelaskan kepada dewi. Dia adalah gadis cantik berkulit putih.

Namun dibandingkan dengan sang Dewi, kecantikannya seolah-olah memudar.

"Ooo jadi ternyata ini si Hamdan. Siswa yang tak naik tingkat selama dua dalam kegiatan ekskul silat."

"Jadi ini si bod*h yang tidak punya bakat bela diri itu."

"Siswa seperti dia bermimpi ingin mendapatkan Dewi. Dia terlalu banyak bermimpi."

"Kamu Hamdan?"

Di bawah pesona Dewi, Hamdan hanya bisa mengangguk.

"Mau kah kamu menjadi pacarku?"

Hamdan mengerjap tak percaya. Dia hanya bisa ternganga.

Para siswa yang lain pun sangat terkejut.

"Dewi??"

"Ha ha wajah mu itu membuat aku mau munt*h." Dewi terkekeh. Dia tahu banyak orang yang menyukainya tapi dia tidak menyangka ada orang yang senaif siswa di hadapannya ini.

"Kamu Hamdan kan? Mengingat kita adalah teman sekelas, aku akan memberikan sebuah nasehat kepadamu."

"Sebaiknya kamu cuci muka dan berkaca terlebih dahulu sebelum menyukai seseorang."

"Orang seperti kamu, jangan kan untuk menjadi pacar aku, sedangkan untuk membawa sepatu aku saja tidak layak."

Setelah berkata begitu, Dewi langsung berlalu diikuti oleh siswa yang lain.

Sambil berjalan, mereka memandang Hamdan dengan pandangan cemooh.

"Ha ha....Hamdan...Hamdan..."

"Kasihan sekali kamu ya. Kamu ini ibarat pungguk merindukan bulan. Jangan pernah bermimpi untuk mendapatkan Dewi."

"Kamu harus melewati aku dulu sebelum berani merayu Dewi."

Hamdan ditinggal sendirian. Baru sekarang dia merasakan sekujur tubuhnya sakit semua.

Hamdan meringis menahan sakit. Dia hanya bisa menggertakkan giginya menahan marah. Bukan marah kepada Dewi, tapi marah kepada Rangga.

Karena hatinya sudah terpaut kepada Dewi, ucapan Dewi yang penuh penghinaan itu dianggapnya hanya angin lalu.

Hamdan benar-benar telah terbius.

Terpopuler

Comments

Bahrul Ulum

Bahrul Ulum

cinta itu lebih panjang umurnya dr pd hidup manusia

2024-11-08

0

Dirman Ha

Dirman Ha

aduhh kalau begini pengemis cinta namanya

2025-01-12

0

Doni Gunawan

Doni Gunawan

lanjut

2025-01-14

0

lihat semua
Episodes
1 Tidak Berbakat
2 Penghinaan
3 Fitri
4 Kuota
5 Diusir dari Panti
6 Penjaga Gudang
7 Munculnya Harimau Putih
8 Undangan Dewi
9 Konspirasi
10 Binasa???
11 Hadiah Tersembunyi
12 Pertolongan
13 Cinta Ditolak
14 Bertemu Harimau Putih
15 Sakit Hati Karena Dimanfaatkan
16 Andaikan Kamu Punya Handphone
17 Merasa Bersalah
18 Kekuatan Cinta
19 Hukuman
20 Kecewa
21 Mengundurkan Diri
22 Memberi Pelajaran Kepada Fadil dan Kawan-kawan
23 Perlunya Ilmu Kebatinan
24 Ingin Balas Dendam
25 Sudah Tiada?
26 Terbongkar
27 Masalah Bertubi-tubi
28 Daftar Nama Cabang Silat
29 Proses Pembukaan Mata Batin
30 Memberi Peringatan dan Menghajar Rangga
31 Daftar Nama Berubah di Saat-saat Terakhir
32 Perasaan Dewi
33 Perjalanan Jiwa
34 Kalah dengan Sangat Cepat
35 Didiskualifikasi
36 Pertarungan
37 Berjuang Sendirian
38 Babak Final
39 Curang
40 Mulai Serius
41 Hukum Rimba
42 Latihan Rutin
43 Menghina
44 Tidak Terima
45 Istirahat Selama Tiga Tahun
46 Dendam Kesumat
47 Tawaran dari Pak Rico
48 Menolong Buk Sonia
49 Membujuk
50 Mengobati Karmila 1
51 Tanto Yang Malang
52 Sepupu Yang Menyebalkan
53 Kesembuhan Karmila
54 Penyergapan
55 Melaksanakan Misi Perdana
56 Membuat Kenangan
57 Hadiah
58 Perkelahian di Simpang Pusara
59 Cemburu?
60 Latihan dimulai
61 Tarung
62 Aturan
63 Tuduhan
64 Dikeluarkan dari Tim
65 Bos Jang
66 Diguna-guna?
67 Dipanggil Kembali
68 TTM
69 Keberangkatan
70 Di Dalam Perjalanan
71 Latihan Menjelang Pertandingan
72 Apa Yang Kalian Berdua Lakukan?
73 Kesalahpahaman Yang Disengaja
74 Babak Penyisihan
75 Berakhirnya Babak Penyisihan
76 Semi Final Dimulai
77 Masuk Final
78 Tuk Megat
79 Pertandingan Final 1
80 Pertandingan Final 2
81 Pertandingan Final Selesai
82 Seni Regu
83 Keadaan Memburuk
84 Medali Emas Kedua
85 Bang Dino Yang Sekarat
86 Konflik di Rumah Sakit
87 Tiga Medali Emas
88 Malam Yang Menyeramkan
89 Pertolongan Yang Ditolak
90 Pulang
91 Amelia
92 Menginap di Tanjung Buton
93 Salah Paham
94 Tiba di Selat Panjang
95 Telaga Bening
96 Bermain Api
97 Ilmu Pelet
98 Usir Dia Sekarang
99 Pingsan
100 Misi Gagal
101 Pertarungan Yang Adil
102 Bos Aheng Merugi
103 Dilarang Bertindak
104 Musibah Dalam Perjalanan
105 Terlambat
106 Duel
107 Ada Udang Disebalik Bakwan
108 Penggerebekan
109 Rencana Curang
110 Pelatihan khusus
111 Menghasut
112 Menuju Bengkalis
113 Masalah Keluarga
114 Dua Orang Pengganti
115 Satu Lawan Dua
116 Evaluasi
117 Evaluasi Yang Tak Jadi
118 Hilang Ingatan
119 Serangan?
120 Tunggu Saja Kamu, Hamdan!
121 Ilmunya Tidak Bisa Dihentikan.
122 Perjalanan Ke Bandung
123 Permintaan
124 Aturan Pertandingan Yang Tidak Menguntungkan
125 Pertandingan dimulai
126 Perkuat Markas atau Pindah
127 Mimpi Aneh
128 Meditasi Mendalam
129 Tragis
130 Kecewa
131 Diskualifikasi
132 Melawan Serangan Tenaga Dalam
133 Final Seni Tunggal
134 Menuju Impian
135 Pengumuman
Episodes

Updated 135 Episodes

1
Tidak Berbakat
2
Penghinaan
3
Fitri
4
Kuota
5
Diusir dari Panti
6
Penjaga Gudang
7
Munculnya Harimau Putih
8
Undangan Dewi
9
Konspirasi
10
Binasa???
11
Hadiah Tersembunyi
12
Pertolongan
13
Cinta Ditolak
14
Bertemu Harimau Putih
15
Sakit Hati Karena Dimanfaatkan
16
Andaikan Kamu Punya Handphone
17
Merasa Bersalah
18
Kekuatan Cinta
19
Hukuman
20
Kecewa
21
Mengundurkan Diri
22
Memberi Pelajaran Kepada Fadil dan Kawan-kawan
23
Perlunya Ilmu Kebatinan
24
Ingin Balas Dendam
25
Sudah Tiada?
26
Terbongkar
27
Masalah Bertubi-tubi
28
Daftar Nama Cabang Silat
29
Proses Pembukaan Mata Batin
30
Memberi Peringatan dan Menghajar Rangga
31
Daftar Nama Berubah di Saat-saat Terakhir
32
Perasaan Dewi
33
Perjalanan Jiwa
34
Kalah dengan Sangat Cepat
35
Didiskualifikasi
36
Pertarungan
37
Berjuang Sendirian
38
Babak Final
39
Curang
40
Mulai Serius
41
Hukum Rimba
42
Latihan Rutin
43
Menghina
44
Tidak Terima
45
Istirahat Selama Tiga Tahun
46
Dendam Kesumat
47
Tawaran dari Pak Rico
48
Menolong Buk Sonia
49
Membujuk
50
Mengobati Karmila 1
51
Tanto Yang Malang
52
Sepupu Yang Menyebalkan
53
Kesembuhan Karmila
54
Penyergapan
55
Melaksanakan Misi Perdana
56
Membuat Kenangan
57
Hadiah
58
Perkelahian di Simpang Pusara
59
Cemburu?
60
Latihan dimulai
61
Tarung
62
Aturan
63
Tuduhan
64
Dikeluarkan dari Tim
65
Bos Jang
66
Diguna-guna?
67
Dipanggil Kembali
68
TTM
69
Keberangkatan
70
Di Dalam Perjalanan
71
Latihan Menjelang Pertandingan
72
Apa Yang Kalian Berdua Lakukan?
73
Kesalahpahaman Yang Disengaja
74
Babak Penyisihan
75
Berakhirnya Babak Penyisihan
76
Semi Final Dimulai
77
Masuk Final
78
Tuk Megat
79
Pertandingan Final 1
80
Pertandingan Final 2
81
Pertandingan Final Selesai
82
Seni Regu
83
Keadaan Memburuk
84
Medali Emas Kedua
85
Bang Dino Yang Sekarat
86
Konflik di Rumah Sakit
87
Tiga Medali Emas
88
Malam Yang Menyeramkan
89
Pertolongan Yang Ditolak
90
Pulang
91
Amelia
92
Menginap di Tanjung Buton
93
Salah Paham
94
Tiba di Selat Panjang
95
Telaga Bening
96
Bermain Api
97
Ilmu Pelet
98
Usir Dia Sekarang
99
Pingsan
100
Misi Gagal
101
Pertarungan Yang Adil
102
Bos Aheng Merugi
103
Dilarang Bertindak
104
Musibah Dalam Perjalanan
105
Terlambat
106
Duel
107
Ada Udang Disebalik Bakwan
108
Penggerebekan
109
Rencana Curang
110
Pelatihan khusus
111
Menghasut
112
Menuju Bengkalis
113
Masalah Keluarga
114
Dua Orang Pengganti
115
Satu Lawan Dua
116
Evaluasi
117
Evaluasi Yang Tak Jadi
118
Hilang Ingatan
119
Serangan?
120
Tunggu Saja Kamu, Hamdan!
121
Ilmunya Tidak Bisa Dihentikan.
122
Perjalanan Ke Bandung
123
Permintaan
124
Aturan Pertandingan Yang Tidak Menguntungkan
125
Pertandingan dimulai
126
Perkuat Markas atau Pindah
127
Mimpi Aneh
128
Meditasi Mendalam
129
Tragis
130
Kecewa
131
Diskualifikasi
132
Melawan Serangan Tenaga Dalam
133
Final Seni Tunggal
134
Menuju Impian
135
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!