Livi masih tebar pesona berharap Fadil meliriknya. Namun Fadil sangat menjaga pandangannya.
Pulang dari pesta, Abi Tristan ingin mengambil alih menjadi sopir. Namun Fadil menolaknya.
"Nggak pa-pa Fadil saja, bi."
"Yakin kamu masih bisa fokus."
"Iya yakin."
Fadil pun melajukan mobil dengan kecepatan sedang. Jalanan lumayan sepi karena sudah hampir jam 12 malam. Di tengah perjalanan, Bunda Salwa dan putrinya tertidur.
Dua hari kemudian.
Pak Frans mengajak Abi Tristan untuk bertemu. Abi Tristan tidak ingin membuatnya kecewa. Ia pun mengiyakan ajakannya untuk bertemu di sebuah restoran milik Abi Tristan.
Saat ini Fadil dan Abinya sudah keluar dari kantor.
"Fadil, kamu pulang duluan! Abi ada perlu."
"Biar Fadil antar."
"Tidak usah! Abi diantar sopir. Kamu pulang saja sendirian. Bawa mobilnya! Abi pakai mobil kantor. "
"Baiklah, bi."
Mereka pun berpisah di parkiran.
Saat mobil yang dibawa Fadil hampir sampai di rumahnya, ada sepeda motor yang yang menabrak mobilnya dari belakang.
Brak...
"Astagfirullahal 'adzim!" Pekik Fadil.
Karena terkejut, ia pun ngerem mendadak. Fadil turun dari mobil dan melihat ke belakang. Ternyata yang menabraknya adalah Kamelia.
"Kamelia?"
"Den, ada apa den?" Security menghampiri.
Kamelia pingsan. Sepertinya kepala terbentur bagian depan motornya.
"Pak, tolong buka pintu mobil!"
"Baik, den!"
Fadil bingung, namun daripada Oak security yang menggendong Kamelia, lebih baik dirinya yang menggendong.
"Maafkan hamba ya Allah, ini darurat." Batinnya.
Fadil buru-buru mengangkat tubuh Kamelia ke dalam mobilnya.
"Pak, tolong bawa masuk motornya! Aku akan membawanya ke rumah sakit."
"Iya den."
Fadil segera melajukan mobilnya ke rumah sakit terdekat. Di tengah perjalanan, Bunda Salwa menelpon Fadil. Fadil pun mengangkatnya. Ia memberitahukan kejadian yang menimpa Kamelia dan dirinya.
"Nanti Fadil kabari lagi, Bun."
"Iya, kamu hati-hati."
"Iya Bun."
Akhirnya Fadil sampai di rumah sakit. Ia memanggil perawat untuk membawa brangkar. Melihat dua perawat laki-laki yang akan membawa Kamelia, Fadil pun melarang mereka untuk membantu mengangkatnya.
"Stop, biar saya yang mengangkatnya!"
Fadil pun mengangkat tubuh Kamelia ke atas brangkar. Kamelia dibawa masuk ke ruang IGD.
"Maaf anda siapa?" Tanya seorang perawat perempuan.
"Saya keluarganya."
"Tuan muda... " Ujar seorang dokter yang mengenali Fadil. Dokter tersebut memang sering dipanggil ke rumah keluarganya.
"Dokter Indra... "
"Iya benar Tuan Muda. Siapa yang anda bawa ini?"
"Oh, keluarga saya. Tolong tangani dengan baik."
Saat diperiksa, Kamelia pun sadarkan diri. Ia memegang kepalanya yang terasa sakit.
"Nona, bagaimana perasaan anda?"
"Pusing dok."
Dokter memeriksanya lagi. Setelah itu dokter keluar menemui Fadil.
"Bagaimana dok?"
"Tuan muda, ia hanya pusing dan shock. Tidak ada luka yang serius. Hanya lututnya memar. Cukup kompres dengan es. Dan dengkulnya luka sedikit, sudah dibersihkan."
"Oh, syukurlah. Jadi tidak perlu dirawat inap dok?"
"Tidak perlu, tuan. Saya akan memberikan resep obat untuknya."
"Terima kasih dok."
"Iya sama-sama, tuan muda."
Fadil pun masuk ke dalam untuk melihat keadaan Kamelia.
"Den... "
"Apa kamu baik-baik saja?"
"Alhamdulillah den. Maaf sudah merepotkan, dan tadi saya tidak sengaja menabrak mobil aden. Eh... pasti penyok ya? Saya harus ganti biaya perbaikannya.. "
"Habis pingsan kamu lebih banyak ngomong ya?"
Kamelia langsung menundukkan kepalanya.
"Ya sudah, ayo kita pulang! Bisa jalan sendiri?"
Kamelia mengangguk.
Ia berjalan sedikit pincang karena menahan lututnya yang masih sakit. Fadil pun mengambil kursi roda.
"Duduklah!"
"Tidak perlu den, saya... "
"Atau kamu mau aku gendong lagi?"
"Eh, tidak-tidak, den!"
Kamelia pun langsung duduk di kursi roda.
"Sudah adzan maghrib, aku mau shalat dulu di musholla sini."
"Saya juga mau shalat, den!"
"Tunggu sebentar!"
Fadil pergi ke koperasi rumah sakit untuk membeli baju. Ia bingung dengan ukuran yang pas untuk Kamelia.
"Mbak, kamu lihat wanita di luar sana!" Ujar Fadil seraya menunjuk ke arah Kamelia dari balik dinding kaca koperasi.
"Iya tuan."
"Ukuran yang pas untuknya."
"Oh, iya Tuan."
Akhirnya Fadil mendapatkan apa yang ia inginkan.
"Ini baju untuk ganti. Tidak mungkin kamu memakai baju yang kotor untuk shalat."
"Terima kasih, den."
"Hem, iya sama-sama."
Kamelia masuk ke kamar mandi, ia berjalan pelan berganti pakaian dan berwudhu'. Fadil menunggunya di musholla. Ia baru saja selesai shalat. Kamelia pun akhirnya keluar dari kamar mandi dan shalat.
Fadil menelpon Bundanya agar tidak khawatir.
"Kamelia baik-baik saja, bun. Ini kami akan pulang setelah selesai shalat."
"Alhamdulillah, Hati-hati dil."
"Iya bunda."
Kamelia sudah selesai shalat. Nampak matanya sembab. Fadil bisa melihatnya dengan jelas.
"Ayo kita pulang!"
"Iya, den."
Fadil membukakan pintu drpan untuk Kamelia.
"Jangan terlalu baik den, aku takut jatuh cinta." Batinnya.
Fadil pun melajukan mobilnya dengan kecepatan rendah.
Di dekat taman kota, Tiba-tiba Fadil menghentikan mobilnya.
"Ada apa, den?"
"Apa yang sedang terjadi?"
"Maksudnya?"
"Kenapa kamu sampai menabrak mobilku? Apa yang sedang kamu pikirkan?"
Bukan menjawab, Kamelia malah menunduk dan memainkan jarinya seperti anak kecil yang sedang ketakutan.
"Jawab, Mel!"
"Tadi saya dapat telpon dari rumah, den. Pikiran saya kacau, jadi kurang fokus nyetirnya. Maafkan saya den, nanti saya ganti kerusakannya."
"Mobilku cuma sedikit ringsek, kamu tidak perlu menggantinya. Nanti biar aku yang bilang sama Abi, kalau ini salahku karena ngerem mendadak."
"Tapi den... "
"Kamu mau menggantinya sepuluh juta?"
"hah... ?"
"Makanya kamu diam saja."
"Ba-baik den."
Fadil ingin menanyakan masalah apa yang sebenarnya terjadi terhadap keluarga Kamelia, namun ia tidak ingin dianggap mencampuri urusan orang lain. Fadil tancap gas untuk melanjutkan perjalanan pulang.
Akhirnya mereka sampai di rumah. Mendengar suara mobil, Bunda Raisya langsung keluar dari rumah. Terlihat Fadil membukakan pintu untuk Kamelia.
"Pelan-pelan.. "
"Mel, kamu tidak apa-apa?" Bunda Salwa menghampirinya.
"Tidak apa-apa Nyonya."
"Fadil, lain kali kamu harus hati-hati! Untung saja Kamelia cuma pingsan, kalau terjadi sesuatu yang buruk bisa nyesel kamu!"
"Iya, bunda."
"Ya Allah den Fadil... terbuat dari apa hatimu? Dengan suka rela kamu mau disalahkan.Aku tidak bisa membalasnya. Sudah dua kali kamu menyelamatkanku." Batin Kamelia.
Kamelia dibawa masuk ke kamarnya oleh bi' Jum dan bi' Mirna.
Abi Tristan baru saja sampai di rumah. Ia melihat keadaan belakang mobil yang sudah ringsek.
"Hem... kita lihat apa alasanmu kali ini dil?" Lirih Abi Tristan. Ia pun melangkah masuk ke dalam rumah.
Sebelum Abinya bertanya Fadil sendiri yang melaporkan kejadian.
"Abi, aku minta maaf. Mobilnya ringsek, besok biar diperbaiki. Tadi aku kurang fokus, jadi ngerem mendadak dan ternyata di belakangmu ada Kamelia. Motornya juga rusak bagian depan."
"Apa yang membuatmu kurang fokus?"
"E... itu, ada kucing yang lewat tadi bi. Iya,... jadi aku bingung mau lanjut atau berhenti. Pada akhirnya aku ngerem mendadak."
"Lain kali, lebih hati-hati. Ini pelajaran untukmu. Hati-hati dalam setiap hal, bukan saat mengemudi saja."
"Iya bi."
Abi Tristan tidak ingin memperpanjang masalah. Ia cukup memeriksa CCTV yang ada di depan gerbang rumahnya.
Bersambung....
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
🌷💚SITI.R💚🌷
ternyata abi tritan cerdas jg jd mengetahui kebojongan fadil tampa menghakimi dia..
2024-10-28
2
Okto Mulya D.
Fadil, Abimu tidak akan percaya begitu saja, catatanmu sudah banyak dan kamu dipantau tahuuuuu..
2024-08-16
2
Jenong Nong
hahaha bang Fadil ...orang buaya mau dikadalin ...🤣🤣❤❤🙏🙏
2024-05-31
2