Keesokan harinya.
Kamelia sudah siap untuk berangkat ke Galery. Di rumah orang tua Fadil, keluarga mereka sudah mulai berdatangan untuk bantu-bantu acara hajatan besok siang. Kamelia pamit kepada bi' Jum.
"Mel, kenapa nggak lewat depan?"
"Malu bi', sudah banyak yang datang."
"Ya sudah hati-hati."
"Iya bi', assalamu'alaikum. "
"Wa'alaikum salam. "
Kamelia melajukan sepeda motornya dengan kecepatan sedang. Lagi-lagi Fadil memperhatikannya dari balkon kamarnya.Fadil bahkan senyum-senyum sendiri karena mengingat kejadian kemarin.
"Huft, Lama-lama kayak orang gila!" Batinnya.
Siang harinya, rombongan dari Jakarta sudah sampai di kediaman Abi Tristan. Semua keluarga menyambut kedatangan mereka. Mereka langsung makan siang bersama.
Setelah makan siang, adil langsung bermain dengan keponakannya. Ia memang sangat menyukai anak kecil. Rihana sepertinya sangat nempel dengan Fadil.
"Bang, udah pantes jadi Bapak! Nikah gih!" Ujar Fatin.
"Dih, modal pantes saja gitu?"
"Ya, kan abang sudah mampu lahir dan batin."
"Belum dapat izin dari Abi, tunggu kinerja ku terbukti katanya."
"Kalau begitu selamat berjuang, hehe... "
"Eh dek, kamu mau ke mana?"
"Istirahat, capek. Ada apa?"
"Ah, sudah nggak pa-pa! Sana tidur!"
Suami Fatin pun menyusul masuk ke dalam kamar.
"Maaf den, waktunya anak-anak tidur siang." Ujar salah satu babysitter."
"Oh iya sus."
Fadil pun kembali ke kamarnya untuk tidur siang juga.
Sore harinya
Setelah adzan ashar Kamelia langsung pulang mengingat akan ada acara di rumah, pasti sekarang sudah banyak orang.
Dan benar saja, semua keluarga berkumpul. Mereka sibuk dengan tugas masung-masing. Kali ini Bunda Salwa sengaja membuat sendiri kue sajian untuk acara besok. Jadi tugas mereka di bagi-bagi. Sedangkan para lelaki sedang mengontrol orang tenda yang baru saja datang dan akan memasang tenda. Termasuk Fadil, yang saat ini berada di luar ikut mengawasi orang-orang yang memasang tenda.
Kamelia baru saja sampai di gerbang. Melihat banyaknya orang di rumah itu, Ia buru-buru langsung memarkirkan sepeda motornya ke dalam garasi. Ada sepasang mata yang sedang memperhatikannya.
"Bang, pinjam laptopnya dong! Punyaku rusak." Ujar Winda kepada Fadil. Namun Fadil masih memperhatikan seseorang yang baru saja turun dari sepeda motornya. Winda pun menyenggol lengan Fadil.
"Ish, Bang! Denger nggak sih?" Tegur Winda
"Astaga, apa sih Dek?"
"Dih, ayo abang lihatin siapa?"
"Nggak, itu abang liat yang pegang besi tenda di sebelah sana!" Ujar Fadil, bohong.
"Bang, aku pinjam laptopnya, boleh?"
"Iya, ambil saja di kamar!"
"Nggak ada isi yang macem-macem kan?"
"Ya salam...nggak ada! Abang ini laki-laki sholeh!"
"Ya ampun narsis sekali abangku yang satu ini."
Winda pun meninggalkan Fadil dan masuk ke dalam rumah.
Kamelia masuk melewati garasi. Ia malu jika harus lewat depan, karena banyak sekali orang.
Sampai di kamarnya, Kamelia langsung mandi dan ganti baju. Kemudian ia mengambil jemuran yang ia jemur semalam. Setelah itu ia setrika sambil melipatnya. Kemudian ia membawa baju yang sudah dilipat ke kamar bi' Jum.
"Bi' minta tolong, ini bajunya den Fadil sudah aku lipat."
"MasyaAllah rajin amat kamu, ya sudah aku anterin ke kamarnya."
"Terima kasih bi'."
"Iya sama-sama."
Kamelia kembali masuk ke kamarnya. Ia merasa ngantuk, dan akhirnya tertidur.
Malam harinya, mereka sudah bersantai. Semua kue sudah jadi dan sudah di kemas dalam plastik opp. Besok tinggal menunggu orang katering mengantarkan makanan dan souvenir kue untuk tamu undangan. Malam ini mereka berkumpul bercerita dan bersenda gurau. Mereka terpisah menjadi dua tempat. Para perempuan di ruang keluarga. Dan para lelaki di ruang tamu. Fatin tidak melihat Kamelia sejak sore tadi. Akhirnya Fatin pergi ke paviliun untuk menemuinya.
Tok tok tok
Ceklek
"Eh, Nyonya Fatin. Maaf Nyonya tadi saya ketiduran."
"Kamelia, sudah berapa kali aku bilang jangan panggil Nyonya!"
"Ah iya, Mbak Fatin. Maaf... "
"Aku kira kamu kemana tadi, ayo ikut gabung."
"Malu Mbak. Biar saya bantu-bantu bibi di dapur saja!"
"Nggak usah malu! Itu ada Mini juga baru datang."
"Oh ada Mbak Mini? Sebentar saya mau cuci muka dulu Mbak."
"Oke, aku tunggu di depan."
Terpaksa Kamelia pun keluar dan bergabung dengan yang lainnya. Setelah menyapa yang lain, ia duduk di samping Mini.
Malam ini para perempuan makan rujak buah. Mereka menuruti kemauan Ibu hamil. Sedangkan para lelaki bersantai di ruang tamu, ada yang sambil main catur ada juga yang sambil membicarakan masalah kantor. Mereka juga disuguhi gorengan dan kopi sebagai teman santai.
Setelah selesai rujakan, mereka membereskan perabotan yang dipakai. Sebagian dari mereka masuk ke kamar beristirahat karena sudah malam. Kamelia membantu mencuci piring di dapur karena bibi sudah beristirahat.
Datang Fadil yang sedang membawa piring bekas wadah gorengan para bapak-bapak. Melihat Kamelia sedang mencuci piring, Fadil pun berdeham.
"Ehem... "
Sontak Kamelia menoleh.
"Eh, taruh sini den, piringnya."
"Hem... "
Fadil meletakkan piring tersebut.
"Yang bersih nyucinya, nanti suaminya jenggotan! " Ujar Fadil sebelum akhirnya ia pergi dari dapur.
Kamelia hanya menanggapi dengan senyuman yang tidak dapat Fadil lihat. Karena ia menundukkan kepala.
Tidak lama kemudian, Windi datang menghampiri Kamelia.
"Sini Mbak, biar aku bantu naruh piringnya."
"Tidak usah Non!"
"Nggak pa-pa , Mbak. Kita makan bersama jadi kerjanya juga. Hehe... "
Karena sudah larut malam, mereka pun masuk ke kamar masing-masing dan beristirahat.
Keesokan harinya.
Pagi-pagi sekali Fatan baru tiba dari pesantren. Ia pulang sendiri naik sepeda motor. Selama menjadi mahasiswa dan guru tugas di pesantren, Fatan diperbolehkan membawa kendaraan sendiri.
Hari ini Kamelia libur tidak pergi bekerja, ia hanya akan pergi ke Galery untuk mengambil beberapa gamis yang akan dipakai keluarga Fatin untuk acara nanti siang. Kamelia pergi ke Galery diantar sopir. Fatin melarangnya naik sepeda motor karena barang yang akan dibawa cukup banyak.
Siang harinya.
Halaman depan rumah orang tua Fadil dipenuhi tamu undangan. Di dalam rumah juga dipenuhi sanak saudara yang ikut berpartisipasi dalam acara tersebut.
Acara pun berjalan dengan hikmat dan lancar. Nampak Fadil dan Fatan ikut membantu membawakan minuman untuk para undangan. Namun nahasnya Fadil hampir menabrak tubuh orang yang berjalan di depannya karena pandangannya tidak fokus. Ia melirik Kamelia yang saat ini sedang sibuk membantu menyiapkan hidangan.Beruntung minuman tersebut tidak jatuh, hanya sedikit berguncang. Hari ini memang Kamelia terlihat lebih anggun dengan gamis hitam dan pashmina warna coklat susu.
"Astagfirullah, hampir saja. ... "
"Makanya, Hati-hati dek, pandangan itu ke depan! Tegur Fatan yang berada di belakangnya.
"Memang mau lihat ke mana kalau tidak ke depan Bang?" Sahut Fadil.
"Ya, mungkin saja kamu melihat ke arah lain."
Fadil tak menjawab lagi.
Bersambung....
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
Lastini Tan
mau tanya kalo novel opa Haris apa judul nya ya
2025-01-22
1
Okto Mulya D.
Fatan dan Fadil tuaan mana ya,
2024-08-16
2
Ninik Rochaini
Ini novel kedua yg aq bc...kmrn br nemu yg pny Fatin trs br skrg lanjut pny kembaran ny...novel mu enak dibaca...aq suka
2024-07-04
3