Kamelia melajukan sepeda motornya menuju Galery. Sedangkan Fadil berdiri di balkon kamarnya. Ia memperhatikan kepergian Kamelia.
"Hem.. sederhana!" Ujar Fadil seraya tersenyum smirk.
Fadil pun masuk ke dalam, ia mencukur bulu-bulu yang tumbuh di pipinya dan menyisakan sedikit jenggotnya. Membuatnya lebih segar dan tampan berlipat-lipat menurut dirinya sendiri.
Di Galery
Kamelia sampai agak telat di sana. Mini sudah sampai 30 menit yang lalu.
"Mbak Mini maaf aku telat."
"Iya nggak pa-pa, macet ya?"
"Nggak kok Mbak, hanya tadi ada insiden."
"Apa?"
Kamelia pun menceritakan kepada Mini tentang kejadian di rumah antara dirinya dan Fadil.
"Haha, ya ampun Mel...kamu ini ada-ada saja! Oh jadi Den Fadil sudah pulang?"
"Iya Mbak."
"Den Fadil itu orangnya usil, beda dengan den Fatan dan non Fatin. Tapi pada dasarnya mereka baik kok. Keluarga mereka baik semua."
"Huf... syukurlah kalau begitu Mbak."
Kamelia dan Kini melanjutkan pekerjaan masing-masing.
Sudah jam 5 sore, Kamelia pun pulang dari Galery. Ia melajukan sepeda motornya dengan santai karena sedang libur shalat alias datang bulan.
Saat sore menjelang Maghrib, Kota Surabaya memang sangat macet karena banyak orang baru pulang kerja dan kuliah. Kamelia selalu menikmati perjalanannya. Ia bersyukur bisa mengenal Fatin dan keluarganya yang sangat baik. Meski mereka kaya, namun mereka tidak sombong. Bunda Salwa sering mengajak Kamelia jalan saat hari minggu. Bahkan Kamelia selalu diajak makan bersama mereka, namun ia malu. Ia lebih memilih makan di depan paviliun bersama asisten rumah tangga.
Akhirnya Kamelia sampai di rumah. Ia memarkirkan sepeda motor di garasi. Pintu garasi dalam sudah ditutup, akhirnya Kamelia melewati pintu depan.
"Assalamu'alaikum..."
Tidak ada sahutan, mungkin orang rumah sedang shalat. Kamelia pun terus melangkahkan kakinya masuk ke dalam.
"Wa'alaikum salam."
Kamelia dikagetkan dengan sahutan tersebut. Saat ia mendongak, ternyata Fadil yang menjawab salam. Kamelia menundukkan kepalanya.
"Cucianku sudah aku titip ke bi' Jum. Jangan lupa dicuci yang bersih ya?"
"Iya, den."
"Au..." Fadil memegang pinggangnya.
"A-ada apa den?"
"Pinggangku sakit, gara-gara jatuh tadi!"
"Ma-maafkan saya den, saya akan bertanggung jawab."
"Kamu yakin akan bertanggung jawab? Mau menikahi saya?"
"Hah?" Kamelia mendongak, matanya melotot karena terkejut.
"Haha... sudah, sudah, jangan dipikirkan! Aku sudah minta bi' Jum panggil tukang urut. Jadi kamu tidak perlu bertanggung jawab, aku tidak hamil!" Random sekali jawaban Fadil.
Fadil pun berlalu dari hadapan Kamelia. Ia tidak ingin terlalu lama berdekatan dengan Kamelia. Bagaimana pun mereka bukan mahram. Dan Fadil sangat mengerti hal itu.
Fadil meraba dadanya.
"Ah kenapa hanya berbincang dengannya, detak jatungku berdebar kencang." Batin Fadil.
Sementara Kamelia langsung masuk ke kamarnya. Setelah membersihkan diri ia menemui bi'Jum.
"Bi' tadi den Fadil bilang baju kotornya sudah dikasih sama bibi', mana bi'?"
"Oh iya ini!"
"Makasih bi'!"
"Tunggu Mel!"
"Ada apa bi'?"
"Kamu jangan ambil hati ya sikap den Fadil yang memintamu mencuci bajunya ini mungkin dia cuma ingin memberimu sedikit pelajaran."
"Tidak kok bi', aku ngerti. Lagian cuma cuci baju kok."
"Ya sudah, sana."
Kamelia pergi ke tempat mesin cuci. Ia mulai memasukkan baju-baju Fadil. Bau parfum Fadil yang menempel di bajunya menyeruak di penciuman Kamelia.
"Segar sekali baunya." Monolognya.
Kamelia sambil memeriksa, mungkin ada noda bandel yang perlu ia kucek dan sikat. Namun tidak disangka di dalam salah satu celananya, ia menemukan beberapa lembar uang.
"Astaga, ada uangnya. Den Fadil ini ceroboh juga. Kan jadi basah."
Setelah menjemur pakaian, Kamelia kembali ke paviliun. Ia membeber uang yang ditemukan di saku Fadil. Lalu ia nyalakan kipas kamarnya. Di dalam kamar itu sebenarnya sudah ada AC, namun Kamelia tidak kuat. Ia lebih memilih menggunakan kipas angin.
"Ya Allah... ini sih lumayan, ada lima ratus dua puluh lima ribu. Besok aku kembalikan kepada orangnya."
Sementara itu di kamar Fadil, ia sedang shalat Isyak seorang diri karena orang tuanya sedang menjemput Opa dan Omanya. Winda dan Windi juga ikut bersama mereka. Setelah shalat, Fadil turun ke bawah untuk makan malam.
"Bi' Jum... apa makan malamnya sudah siap?"
"Sudah den, mau makan sekarang?"
"Ia bi', perutku sudah keroncongan dari tadi. Aku makan duluan saja. Kalau nunggu Bunda pulang bisa pingsan aku."
"Haha... aden nih bisa saja. Ya sudah tunggu sebentar bibi' siapkan dulu!"
Fadil pun duduk di meja makan menunggu hidangan makan malam.
Kamelia memakai jilbab instannya dan pergi ke dapur. Sebelum makan sendiri, ia memang sering membantu bi' Jum dan Bi' Mirna menyiapkan sarapan dan makan malam.
"Aku bantu bi'."
"Iya Mel."
Kamelia membawa nampan berisi gulai iga dan sambalnya. Ia terkejut, ternyata di meja makan sudah ada Fadil. Kamelia pun meletakkan gulai tersebut di meja, kemudian kembali lagi ke dapur. Ia tidak tahu kalau saat ini Fadil sedang memperhatikannya dari belakang.
Kamelia berpostur tubuh mungil dengan tinggi 155 cm dan berat badan 50 kg dan berkilt kuning langsat. Ia juga memiliki lesung pipi di sebelah kanan dan tahi lalat kecil di dagu kanannya.
"Sudah den, silahkan dimakan." Suara Bi' Jum mengagetkan lamunan Fadil.
"Eh iya, terima kasih bi'. Jadi aku makan sendiri nih bi'?
"Lha iya den, kan yang lain belum pada datang."
"Ya sudah bi' jum duduk saja di depanku, temani aku makan."
"Tapi den..."
"Ayolah bi'... nanti kalau aku sudah beristri biar istriku yang menemani."
"Haha... si aden ini ada saja jawabannya."
Bi' Jum pun menemani Fadil makan.
Kamelia makan bersama bi' Mirna di belakang.
Setelah makan malam, nampak Fadil sedang duduk di sofa ruang tengah. Ia sedang menonton televisi.
Kamelia mengambil uang yang ia temukan di saku Fadil dan ingin mengembalikannya.
"Bi'Jum aku nemu uang ini di saku den Fadil. Tolong bibi' kembalikan."
"Mel, kamu kembalikan sendiri ya, kan kamu yang menemukan."
"Tapi..."
"Nggak pa-pa, itu den Fadil lagi nonton TV!"
"Ah iya bi'."
Kamelia melangkah ke ruang tengah untuk menemui Fadil.
"Maaf den, saya mengganggu."
Fadil menoleh ke sumber suara, kemudian mengecilkan volume televisi.
"Ada apa?"
"Ini uang aden ketinggalan di sakunya, tadi sudah saya kipasi. Jadi sudah hampir kering, den." Ujar Kamelia seraya memberikan uang tersebut.
Fadil pun menerimanya.
"Terima kasih."
"Iya den, sama-sama."
Kamelia membalikkan badan, hendak kembali ke kamarnya.
"Eh tunggu!"
Kamelia berhenti tanpa berbalik lagi.
"Kenapa lagi, den?"
"Ini untuk kamu!" Fadil memberikan sebagian uang itu kepada Kamelia.
"Tidak perlu, den!"
"Nggak pa-pa, ambillah!"
"Tapi den..."
"Kalau kamu tidak menerimanya, aku akan menambah tugasmu!"
"Eh iya, baik. Terima kasih den." Buru-buru Kamelia mengambil uang tersebut dan pergi ke belakang.
Fadil tersenyum melihat tingkah Kamelia.
"Den, itu tukang urutnya sudah datang!"
"Oke bi', suruh langsung ke kamar."
Fadil pun naik ke atas dan masuk ke kamarnya.
Bersambung....
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
Sophia Aya
mampir Thor
2025-01-04
1
🌷💚SITI.R💚🌷
lanjuut
2024-10-28
1
bunda syifa
ko' minyak Thor
2024-08-21
1