(Keesokan harinya)
Mikha mengerjapkan matanya perlahan. Dia merasa ada sesuatu yang menimpa di atas dada yang membuat napasnya sedikit terasa berat.
"Eh, tangan siapa ini?" gumam Mikha seraya melihat ke arah sampingnya.
"Aaaa!" suara teriakan Mikha membuat orang yang tidur di sebelahnya terbangun karena kaget.
"Berisik!" Dion membekap Mikha dengan telapak tangannya.
"Em! Em!" Mikha memberikan kode agar Dion menyingkirkan tangannya dari mulutnya.
Dion segera menyingkirkan telapak tangan yang menutupi mulut Mikha.
"Kenapa kamu tidur di sini?!" Mikha bertanya sambil memelototkan matanya. Dia juga menutupi dada yang sempat di sentuh oleh Dion dengan selimut. Walau sebenarnya dada itu masih tertutup rapat oleh pakaian yang ia kenakan.
Dion bangkit dan duduk menghadap ke arah Mikha. "Hei, kamu lupa atau hilang ingatan? Kita ini sudah menikah semalam?!"
Mikha terdiam sejenak seraya mengingat beberapa kejadian yang sempat dia lupakan semalam.
"Eh, bukannya aku tidur di sofa semalam kenapa aku bisa berada di atas tempat tidur?" tanya Mikha yang akhirnya mengingat kejadian yang terjadi tadi malam. "Apa kamu yang sengaja memindahkan aku ke sini?" Mikha kembali memelototkan matanya menatap Dion.
"Kurang kerjaan amat aku memindahkanmu ke sini!" elak Dion. "Aku justru senang kalau kamu tidur di sofa, jadi tempat tidur ini akan semakin terasa sangat nyaman."
"Nyaman apanya? Buktinya tadi kamu memelukku bahkan kamu juga menyentuh itu," gumam Mikha lirih.
"Aku tidak sengaja," ucap Dion, "Lagian kita inikan pasangan sah, melakukan yang lebih dari itu juga tidak di larang. Malahan di wajibkan."
"Apa kamu mau kita melakukannya sekarang?" goda Dion dengan menaik turunkan alisnya.
"Sana main sama bantal!" Mikha melemparkan bantal yang ada di sampingnya ke muka Dion. Dia langsung turun dari tempat tidur dan berlari masuk ke dalam kamar mandi.
"Tidak enak kalau sama bantal," goda Dion lagi.
"Bodo!" suara Mikha terdengar kesal dari dalam kamar mandi.
Melihat tingkah Mikha yang kesal membuat Dion semakin ingin menggodanya. Baru saja masuk ke dalam kamar mandi, Mikha kembali ke luar.
Dia berjalan sambil melilitkan handuk di pinggangnya, padahal dia masih memakai baju lengkap.
"Kenapa?" tanya Dion saat melihat tingkah aneh istrinya.
"Cowok nyebelin apa kamu bisa membantuku?" tanya Mikha seraya menunjukkan gigi-gigi putihnya.
"Kalau kamu sudah tersenyum begitu pasti ada sesuatu." Dion menatap Mikha dengan tatapan penuh selidik.
"Bukan hal aneh kok. Aku cuma mau memintamu membelikan aku pembalut."
"Apa!?"
"Ish, jangan berteriak! Aku tidak tuli!" Mikha menutup telinga dengan kedua telapak tangannya.
"Kamu menyuruhku untuk membeli pembalut?" tanya Dion untuk meyakinkan dirinya kalau dia tidak salah mendengar barusan.
Mikha menjawabnya dengan anggukan.
"Ogah," jawab Dion mantap.
"Ya sudah, aku akan membelinya sendiri. Tapi jangan salahkan aku, kalau besok ada artikel bertuliskan 'Istri pengusaha kaya raya Dion Sebastian pergi ke mini market mengenakan handuk yang melilit di pinggangnya'. Aku sih tidak akan malu, toh aku tidak telanjang." Mikha melirik ke arah Dion, dia tahu kalau laki-laki itu sedang memikirkan perkataannya.
"Iya-iya, aku belikan." Dion akhirnya setuju untuk membelikan Mikha pembalut.
"Kamu tunggu di sini, jangan kemana-mana!" seru Dion kepada Mikha.
Lagi-lagi Mikha membalasnya dengan senyuman.
Mikha begitu puas saat berhasil membuat Dion menuruti permintaannya, sebenarnya dia bisa saja menyuruh pelayan hotel untuk membelikannya pembalut. Karena itu biasa dia lakukan saat terjadi hal seperti ini. Tapi kali ini dia sengaja ingin mengerjai laki-laki angkuh yang sekarang berstatus sebagai suami sahnya.
Tidak lama, Dion pergi ada suara ketukan dari pintu kamarnya.
"Siapa?" tanya Mikha.
"Ini aku Kee," jawab orang itu yang ternyata adalah adiknya Keenan.
"Masuklah!"
Keenan segera membuka pintu kamar kakaknya.
"Kak, Daddy menyuruh Kak Mikha dan Kakak ipar sarapan bersama."
"Bilang sama daddy, aku akan datang setelah suamiku pulang dari minimarket."
"Kakak ipar ke mini market? sepagi ini? untuk apa?" tanya Keenan, dia yakin kakak perempuannya sedang mengerjai suaminya.
"Rahasia," jawab Mikha dengan senyum yang dia tahan. Saat ini dia sedang membayangkan, bagaimana seorang Dion Sebastian sedang kebingungan mencarikan pembalut untuknya.
"Ya sudah, aku ke sini cuma mau nyampein itu." Setelah mengatakan itu Keenan ke luar dari kamar kakaknya.
*****
Sesuai dengan prediksi Mikha, Dion sedang kebingungan di depan sebuah mini market. Sudah beberapa kali dia masuk ke dalam mini market kemudian keluar lagi tanpa membeli apa-apa. Selama berpacaran dengan Cantika, tidak pernah sekalipun dia di suruh oleh kekasihnya untuk membelikannya pembalut.Dan polah Dion yang ke luar masuk ke dalam mini market tersebut menjadi perhatian bagi pengunjung lain.
"Pak, maaf. Ada yang bisa saya bantu?" akhirnya seorang karyawan mini market menghampiri dirinya.
"E...maaf, bisakah Anda membantu saya memilih pembalut!" Dion membuang rasa malunya untuk meminta bantuan kepada karyawan tersebut.
"Pembalut?!" tanya karyawan itu tidak percaya, dia menatap Dion dari bawah hingga ke atas. "Kelihatannya saja galak, ternyata dia romantis juga," ucap karyawan itu dalam hati.
"Bapak mau yang bersayap apa yang biasa?" tanya karyawan itu lagi.
"Memang ada ya, pembalut yang memiliki sayap?" tanya Dion yang memang tidak mengetahui bentuk sebuah pembalut.
"Ada Pak. Ukurannya pun berbeda-beda. Bapak mau yang mana? Yang ukuran standar atau yang panjang?"
Karena bingung Dion membeli semua merk pembalut dengan berbagai ukuran, baik yang bersayap ataupun yang tidak. Dion segera memasukkan semua pembalut yang dia beli ke dalam bagasi mobilnya. Dia pun segera kembali ke hotel tempat dia menginap.
*****
Mata Mikha terbelalak saat melihat semua pembalut yang di bawa oleh suaminya.
"Hei, Cowok nyebelin memangnya kamu mau jualan pembalut apa. Kenapa kamu membeli pembalut sebanyak ini?"
Mikha menggelengkan kepalanya melihat banyaknya pembalut yang di beli oleh suaminya.
"Akukan tidak tahu merk apa yang biasa kamu pakai, makanya aku membeli semua merk dengan berbagai bentuk dan ukuran," jawab Dion.
"Bagaimana cara kamu membelinya?" tanya Mikha, dia penasaran bagaimana seorang Dion mencari pembalut di mini market. Pasti akan ada banyak orang yang menatapnya, apalagi dia membeli pembalut sebanyak ini.
"Sudah tidak usah banyak tanya, tinggal pakai saja yang biasa kamu pakai dan yang lainnya bisa kamu berikan kepada pelayan di hotel ini!" seru Dion.
Mikha menyuruh seorang pelayan hotel untuk datang ke kamarnya. Dia menyuruh pelayan itu untuk membawa semua pembalut yang tidak dia pakai.
"Non, kenapa Non Mikha tidak menyuruh saya saja?" tanya pelayan yang biasa melayani Mikha. "Biasanya Non Mikhakan selalu menyuruhku jika memang Non Mikha butuh pembalut dadakan."
Mendengar itu Dion memberikan tatapan tajamnya kepada Mikha. Akhirnya dia sadar kalau istrinya sedang mengerjai dirinya.
Gleg! Mikha menelan ludahnya dengan susah payah, dia yakin Dion sudah tahu kalau dia sedang mengerjai dirinya.
Setelah pelayan itu ke luar, Dion mengunci pintu kamarnya. Dion mulai melangkahkan kakinya mendekati Mikha. Satu langkah Dion berjalan ke arahnya, satu langkah pula Mikha melangkah mundur menjauhi suaminya. Hingga akhirnya langkah Mikha terhenti, saat tidak ada ruang lagi di belakangnya.
"Aku..aku..,"
Mikha menutup matanya saat Dion mulai mengangkat tangannya ke udara. Dia yakin kalau suaminya itu sangat marah karena ulahnya.
**➡️ Tetap berikan like, komen dan votenya ya, Author tunggu😁
➡️ Baca juga novel favorit author di bawah ini**:
Tererengkyu🤗🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments
Zainab ddi
😂😂😂emang enak Dion pagi2 Uda dikerjain
2022-07-26
0
세 티아 루크 미🐝
Tama dilangkahin ni sama si Mikha🤣🤣
2021-06-24
0
Vic
hehe suka bngt sama mika,lucuu
2021-04-06
1