Mikha langsung terdiam saat menyadari siapa orang yang baru saja dia pukul.
"Ma..maaf, Pak. Aku tidak tahu kalau itu Anda," ucap Mikha kepada orang tersebut yang ternyata adalah Dion.
"Ternyata selain resek, kamu juga bar-bar ya," kata Dion sambil mengusap kepalanya yang baru saja kena pukul.
"Bukan bar-bar, Pak. Tapi lebih tepatnya waspada," ucap Mikha. "Bapak tahukan artinya waspada?"
"Ayo, aku antar pulang!" seru Dion tanpa ingin menanggapi pertanyaan Mikha.
"Jadi Pak Dion ke sini karena mengkhawatirkan aku?" tanya Mikha.
"Untuk apa aku mengkhawatirkanmu?" elak Dion. "Aku hanya melindungi nama baik perusahaanku. Jika kamu kenapa-napa di lingkungan perusahaanku, pasti perusahaanku yang kena imbasnya dan aku tidak menginginkan itu terjadi."
"Terserah Pak Dion deh, tapi terimakasih karena Pak Dion sudah bersedia ke sini untuk mencariku," ucap Mikha di sertai senyum manisnya.
"Senyummu itu terlalu jelek, jadi jangan tersenyum di hadapanku," kata Dion.
Senyum yang sempat Mikha sunggingkan seketika memudar. "Dasar cowok nyebelin!" rutuk Mikha dalam hati.
"Heh, kenapa sekarang kamu malah diam seperti patung?!" protes Dion ketika melihat Mikha yang terdiam.
"Cowok nyebelin!" Mikha berdiri tepat di hadapan Dion dengan berdecak pinggang. "Aku tersenyum salah, diam juga salah. Terus mau kamu apa?" tanya Mikha kesal.
Dion menatap Mikha tajam, bahkan dia sengaja mencondongkan wajahnya ke arah Mikha hingga wajah mereka terpaut beberapa senti saja.
"Apa begitu caramu berbicara dengan atasanmu?!" Dion lebih menekankan kata-katanya.
"Maaf ya, Pak Dion yang terhormat. Anda lupa kalau ini sudah bukan lagi jam kerja? Jadi tidak ada kewajiban lagi bagiku untuk bersikap hormat pada Anda," jawab Mikha yang membalas tatapan tajam Dion.
"Jadi kamu berani melawanku?" tanya Dion yang semakin mendekatkan wajahnya. Mikha langsung menutup matanya saat jarak mereka tinggal satu senti lagi.
Namun saat tidak terjadi sesuatu pada dirinya, Mikha kembali membuka matanya.
"Ayo aku akan mengantarmu pulang!" ajak Dion yang sudah berjalan meninggalkan Mikha.
"Dasar cowok nyebelin!" umpat Mikha kembali.
"Kenapa masih diam? Apa kamu mau, aku meninggalkanmu di sini?" tanya Dion yang sudah masuk ke dalam mobilnya.
"Iya, aku datang," jawab Mikha dengan sedikit berlari menuju ke arah mobil Dion.
Mikha membuka pintu belakang mobil Dion, dia langsung duduk di jok belakang mobil tersebut.
"Hei, kamu pikir aku sopirmu apa?!" tanya Dion dengan nada yang setengah membentak. "Pindah ke depan!"
"Bener-bener nih orang ya, bikin aku naik darah saja," batin Mikha. Mikha segera turun dari mobil Dion, kemudian dia masuk kembali melalui pintu depan. Dengan wajah masam Mikha duduk di jok depan di sebelah Dion.
"Pakai seatbeltnya!" seru Dion lagi, namun karena seatbelt yang akan Mikha kenakan menyangkut sesuatu, Mikha kesulitan untuk memakainya.
"Dasar cewek resek, apa sih yang sebenarnya kamu bisa? Memakai seatbelt saja tidak becus," ejek Dion. Mikha berusaha menarik kembali seatbelt itu namun tetap saja tidak bisa. Dion menghela napasnya, dia mencondongkan badannya ke arah Mikha untuk membantunya memakai seatbelt.
Jarak wajah Dion yang sangat dekat dengan Mikha, membuat gadis itu mau tidak mau harus memperhatikan wajah Dion.
"Ternyata cowok nyebelin ini tampan juga," batin Mikha sambil terus menatap wajah bosnya tersebut.
"Hei, cewek resek! Jangan menatapku seperti itu!" tegur Dion saat melihat Mikha terus diam sambil menatapnya.
"Ih, pede banget! Siapa juga yang mau natap wajah cowok nyebelin kayak kamu," sangkal Mikha.
"Btw terimakasih, karena sudah mau mengantarku," ucap Mikha saat Dion selesai membantunya memakai seatbelt. Mikha segera mengalihkan pandangannya ke arah jendela, dia tidak mau wajahnya yang sudah berubah merah terlihat oleh Dion.
"Di mana alamat rumahmu?" tanya Dion lagi.
"Jalan saja lurus, nanti aku akan memberimu aba-aba di mana kita harus belok atau pun berhenti," jawab Mikha.
Dion mulai menghidupkan mesin mobilnya, dan dengan kecepatan sedang mobil tersebut mulai meninggalkan halte.
Setelah kurang lebih 20 menit perjalanan, Mikha meminta Dion untuk menghentikan mobilnya di pertigaan jalan raya.
"Apa kamu yakin akan turun di sini?" tanya Dion.
"Iya, aku turun di sini saja," jawab Mikha.
"Ohya Pak, boleh aku pinjam ponsel Anda sebentar! Aku akan meminta adikku untuk menjemputku di sini!"
Dion langsung memberikan ponsel miliknya kepada Mikha. Selesai menelpon adiknya, Mikha langsung mengembalikan ponsel tersebut.
"Terimakasih ya, Pak. Sebentar lagi adikku akan datang," ucap Mikha. Mikha pun segera turun dari mobil milik Dion.
"Apa aku menunggumu di sini sampai adikmu datang?" tanya Dion yang sebenarnya mulai mencemaskan Mikha.
"Tidak usah, dia tidak akan lama kok," cegah Mikha, dia tidak mau Dion tahu tentang identitasnya.
"Baiklah, aku pergi sekarang. Lagian kalau terjadi sesuatu padamu di sini, itu sudah bukan urusanku," ucap Dion sebelum dia akhinya benar-benar pergi meninggalkan Mikha.
Selang beberapa menit kepargian mobil Dion, Keenan tiba di lokasi untuk menjemput kakaknya.
"Kak, apa itu mobil orang yang mengantar Kakak barusan?" tanya Keenan sambil menunjuk ke arah mobil yang semakin menjauh.
"Iya, dia teman Kakak dan kebetulan dia juga ada urusan," jawab Mikha berbohong. Dia segera mengambil helm yang ada di tangan adiknya. Dia langsung naik ke atas motor begitu memakai helm di kepalanya.
"Ayo jalan!" seru Mikha pada adik laki-lakinya. Motor yang di kendarai Keenan pun berjalan meninggalkan tempat itu.
*****
(Di tempat lain)
Kiara yang sedang berbaring di kasur miliknya langsung terperanjat ketika tiba-tiba pernyataan Tama tadi siang kembali terngiang di kepalanya.
"Sadar Kia! Sadar! Kamu dan Tama adalah sahabat, jangan rusak persahabatanmu dengan perasaan cinta!" Kiara berusaha untuk mengingatkan dirinya sendiri. "Kia, ingat kamu adalah pacar Zeno sekarang! Jangan memikirkan pria lain selain dia!"
Kiara bahkan sampai memukul kepalanya sendiri dengan tangan.
"Kia, ada apa Sayang?" tanya Dewi yang baru saja masuk.
"Tidak apa-apa kok, Bun." jawab Kiara, Dewi duduk di tepi ranjang putri sulungnya tersebut.
"Ada apa Bunda ke kamar Kia?" tanya Kiara pada ibunya, Dewi.
"Bunda cuma mau ngasih tahu, besok malam kita sekeluarga di undang makan malam oleh om Rangga dan tante Bintang," kata Dewi memberitahu.
"Memang ada acara apa Bun?" tanya Kiara
"Katanya mumpung om Harry dan tante Dinda ada di sini. Selain itu tante Ana dan om Alex juga akan datang bersama anak mereka," jelas Dewi.
"Wah, aku senang karena akan bertemu dengan Alea anak dari Tante Ana dan Alex. Juga Davina dan Davika, anak dari om Harry dan tante Dinda. Aku sangat merindukan mereka Bunda," ucap Kiara bersemangat.
"Aku juga senang karena akan bertemu dengan Keenan. Sudah lama aku tidak bertemu dengan dia," sambung Arya yang tiba-tiba muncul dari balik pintu.
"Jadi, besok malam kita semua akan ke tempat tante Bintang dan om Rangga. Bunda juga sudah sangat merindukan sahabat-sahabat Bunda," ucap Dewi sambil tersenyum. Dia sudah tidak sabar ingin bertemu dengan ke dua sahabatnya tersebut.
# **Tetap like, komen dan vote ya, Author tunggu🤗🤗
# Rekomendasi novel yang cucok😁👍**:
Makasih😘😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments
Zainab ddi
reunian ni yee
2022-07-24
0
세 티아 루크 미🐝
enak kali ya punya saudara kaya si Tama sama si Keenan😍😍
jdi kepengen🤤🤤🤩🤩
2021-06-24
1
🐝⃞⃟𝕾𝕳 YULI HARTATI 𝕱𝖘
wah bakalan salting besok nih Tama ketemu sama kia
2021-06-16
1