"Terpengaruh apa?" tanya seseorang yang tiba-tiba muncul dari belakang Tama.
Tama menoleh ke arah sumber suara, dia terlihat begitu senang ketika tahu kalau orang itu adalah Kiara.
"Tam, kenapa tidak di jawab?" Kiara memberikan tatapannya kepada Tama. "E..tidak Kia, maksudku terpengaruh sinar matahari, iya sinar matahari," jawab Tama dengan sedikit gugup.
Kiara menatap ke arah langit malalui jendela yang ada di perpustakaan tersebut. "Kenapa dengan sinar matahari? Bukannya dari dulu emang seperti itu."
"Sudah, lupakan soal matahari!" kata Tama. Dia berusaha untuk mengalihkan pembicaraan.
"Ohya, kenapa kamu balik ke sini lagi?" tanya Tama.
"Ponselku ketinggalan," jawab Kia sambil melihat ke arah kursi yang menjadi tempat duduknya tadi.
"O..jadi ponselmu ketinggalan, biar aku bantu cariin ya," Tama menawarkan diri.
Tama mengikuti Kiara yang berjalan ke arah tempat duduknya tadi. Mereka mencari bersama-sama ponsel Kiara yang ketinggalan.
"Dimana ya," gumam Kiara.
"Bukannya itu ponsel Kia yang ketinggalan?" batin Tama, dia melihat ponsel yang Kia cari ada di kolong meja. Tiba-tiba terlintas satu ide jahil di kepala Tama. Dengan cepat dia mengambil ponsel milik Kiara dan menempelkan sesuatu di ponsel milik teman yang diam-diam dia cintai.
"Dengan begini kemanapun kamu pergi, aku pasti akan mengetahuinya," batin Tama lagi.
"Nih Kia, ponsel kamu!" Tama memberikan kembali ponsel milik Kiara yang sudah di tempeli dengan sebuah cips.
"Terimakasih ya, Tam," ucap Kiara. Dia mengambil ponsel miliknya dari tangan Tama.
"Ohya Tam, nanti aku gak pulang bareng kamu dan Mikha ya. Aku ada janji sama Zeno," kata Kiara memberitahu.
Tama hanya membalasnya dengan mengacungkan jempolnya.
"Aku pamit duluan ya, Tama. Ada mata kuliah pagi!" Kiara setengah berlari meninggalkan perpustakaan tersebut.
*****
"Sampai kapan aku harus berdiam diri seperti ini? Dasar cowok nyebeliin!!" rutuk Mikha dalam hati. Dia benar-benar sudah merasa lelah karena sudah hampir 3 jam, dia berdiri di ruangan Dion.
Dion melirik ke arah Mikha, dari gerakan tubuhnya, dia tahu kalau Mikha sudah kecapean akibat terlalu lama berdiri.
"Kalau mau duduk, duduk saja!" suruh Dion. "Aku masih kuat kok, bukankah kamu bilang kalau ini memang pekerjaanku," jawab Mikha. Dia tidak mau terlihat lemah, apalagi di hadapan Dion.
"Kalau begitu terserah kamu," ucap Dion cuek. Dion kembali fokus dengan pekerjaannya. Berkali-kali Mikha menggerak-gerakkan kakinya bergantian, tanda memang sebenarnya dia sudah merasakan pegal di kakinya.
"Gerakan kakimu benar-benar mengganggu pekerjaanku," kata Dion. Seketika Mikha kembali diam.
"Aku ada meeting hari ini, aku tidak mau klienku malah kabur karena melihat kamu di sini. Kamu boleh pergi sekarang!" suruh Dion.
Ingin rasanya Mikha memaki laki-laki yang sedang duduk di hadapannya. Tapi dia urungkan, karena kakinya sudah terasa sangat pegal. Dia ingin secepatnya keluar dari ruangan Dion dan beristirahat.
"Kenapa masih di sini?" Dion memberikan tatapan tajamnya kepada Mikha.
"Iya, ini juga mau pergi," jawab Mikha kesal. Namun karena terlalu lama berdiri saat akan melangkahkan kakinya, Mikha hampir saja terjatuh. Untungnya dengan cepat Dion menolongnya. Hingga posisi mereka seperti orang yang hendak berpelukan. Tanpa sengaja manik mata keduanya beradu, cukup lama mata itu saling tatap.
Hingga suara seseorang mengagetkan keduanya. Dion dan Mikha segera membenarkan posisi mereka.
"Sayang, apa yang sedang kamu lakukan?",suara itu adalah suara kekasih Dion, Cantika.
"Heh, cewek kampungan. Apa yang kamu lakukan dengan pacarku?!" Cantika menarik tangan Mikha dengan kasar. Sebenarnya Mikha ingin membalas perbuatan Cantika, tapi dia sedang malas untuk melakukan perdebatan dengan artis itu. Mikha ingin secepatnya ke luar dari ruangan itu untuk mengistirahatkan kakinya yang pegal.
"Maaf, Pak. Saya permisi, besok saya akan ke sini lagi," pamit Mikha kepada Dion.
"Heh, cewek kampungan! Kamu belum jawab pertanyaanku tadi?"
Mikha hanya memutar bola matanya, dia langsung berjalan ke luar meninggalkan ruangan Dion.
"Hei, tunggu! Jangan pergi kamu!" seru Cantika. Dion menahan tangan kekasihnya itu agar tidak mengejar Mikha.
"Sayang, siapa cewek itu? kenapa dia ada di sini?" tanya Cantika kepada Dion.
"Bukan siapa-siapa, dia di sini hanya untuk membayar hutangnya," jawab Dion. Dia melangkahkan kakinya menuju kursi kebesarannya.
"Hutang? Kapan gadis itu berhutang padamu?" tanya Cantika yang ikut duduk di depan Dion.
"Dia menabrak mobilku, tapi tidak bisa membayar biaya perbaikannya. Jadi dia bekerja denganku sampai semua hutangnya lunas," jelas Dion.
"Begitu, ya? Tapi kenapa tadi kalian berpelukan?" tanya Cantika dengan wajah cemberutnya.
"Tadi aku hanya menolongnya karena dia hampir jatuh," jawab Dion. Dion kembali fokus dengan pekerjaannya.
"Sayang, kamu masih marah soal tadi pagi?" tanya Cantika.
"Iya, aku memang masih marah sama kamu. Sudah berapa kali aku mengajakmu untuk menikah, tapi jawaban kamu tetap sama. Kamu selalu bilang ingin fokus dengan karirmu." Dion berjalan menghadap ke arah jendela.
"Sayang, kita bicarakan hal lain saja ya. Aku tidak ingin membahas tentang pernikahan." Cantika memeluk Dion dari belakang.
"Percayalah, saat aku siap nanti aku pasti akan memintamu untuk menikahiku," ucap Cantika dengan menyandarkan kepalanya di punggung kekasihnya Dion.
"Baiklah," jawab Dion. Dia membalikkan tubuhnya agar bisa berhadapan dengan kekasihnya.
Perlahan tapi pasti jarak di antara bibir ke duanya semakin dekat. Saat bibir itu hampir menyatu, tiba-tiba ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments
Zainab ddi
iya Cantika tuh persis cewek2 yg yg mata duitan
2022-07-24
0
🐝⃞⃟𝕾𝕳 YULI HARTATI 𝕱𝖘
tiba tiba Mikha balik lagi 🤣
2021-06-16
1
Siti Suhaerah
cantika nunggu apa lg sih di ajakin nikah kok g mau
2021-03-31
0