Bintang, Rangga dan kedua anaknya sudah berkumpul di meja makan, aktifitas yang tidak pernah di lewatkan oleh keluarga tersebut.
Bintang mengambilkan piring berikut nasi lengkap dengan lauk di atasnya, kemudian dia memberikannya kepada suami dan kedua anaknya.
"Mommy, kenapa Tama yang di ambilkan terlebih dulu?" protes Mikha saat sang Mommy lebih dulu memberikan piring yang sudah ada nasi dan lauknya kepada saudara kembarnya Tama. Tantu saja setelah terlebih dulu mengambilkan untuk sang suami tercinta.
"Itu tandanya Mommy lebih sayang sama aku ketimbang sama kamu," sela Tama yang sengaja ingin membuat adik kembarnya itu merasa iri.
"Mommy," panggil Mikha, anak gadis keluarga Wijaya itu memajukan bibirnya.
"Mikha, kalian berdua adalah anak kesayangan mommy, jadi mana mungkin mommy lebih menyayangi Tama atau lebih menyayangi Mikha. Karena kasih sayang Mommy pada kalian berdua itu sama," tutur Bintang kepada kedua anaknya.
"Tuh, Tama dengerkan? Mommy itu sayang sama kita berdua, jadi bukan hanya sayang sama Tama doang," timpal Mikha.
"Tapi Tama rela kalau mommy lebih sayang sama adek," imbuh Tama. Dia sengaja mengatakan itu itu untuk menggoda sudara kembarnya itu.
"Tuh kan, Mom. Tama selalu begitu sama Mikha."
"Sudah sudah, kalian lanjutkan makan kalian! Ini sudah siang lho," seru Bintang mengingatkan.
Sudah jadi hal yang lumrah jika Tama dan Mikha selalu berdebat, karena itu memang ciri khas mereka sejak kecil. Namun di luar itu, mereka berdua akan selalu saling melindungi dan menyayangi.
"Tama, bagaimana dengan proyek baru yang kamu tangani?" tanya Rangga kepada anak laki-lakinya.
"Semua lancar, Dad. Tinggal eksekusi saja," jawab Tama.
Tama memang masih berstatus mahasiswa, tapi kemampuan dia dalam berbisnis bisa di bilang sudah cukup mumpuni. Dia mewarisi bakat daddy-nya yang selalu handal dalam menjalankan perusahaan. Bahkan beberapa proyek besar bisa dia dapatkan dengan mudah. Dan saat ini, Tama di percaya oleh Rangga untuk memegang salah satu cabang perusahaan milik keluarga Wijaya.
"Kamu kenapa, Sayang?" tanya Bintang kepada putri cantiknya yang tiba-tiba terdiam.
"Daddy selalu saja Tama yang di tanyain, kenapa Mikha tidak di tanyain juga?" protes Mikha dan kali ini protes itu dia layangkan kepada daddynya. Dan lagi-lagi Mikha memajukan bibirnya.
Rangga menatap istrinya, berharap Bintang akan membantu memberikan jawaban yang tepat untuk putrinya.
"Sayang, apa yang harus daddy tanyakan padamu. Daddykan tidak tahu menahu soal orang sakit dan sejenisnya," ujar Rangga kepada putri cantiknya tersebut.
Saat ini Mikha memang sedang menempuh pendidikan S1nya di fakultas kedokteran. Sementara Tama dia di fakultas ekonomika dan bisnis, karena dia memang bercita-cita melanjutkan perusahaan milik daddy-nya. Tadinya Rangga ingin menyekolahkan anak-anaknya di luar negri, tapi hal itu di tentang oleh istrinya, karena Bintang memang tidak pernah bisa jauh dari anak-anaknya terlalu lama.
"Baiklah, Daddy minta maaf karena tidak bertanya tentang kuliah putri Daddy yang paling cantik ini," ucap Rangga. Dia mencuit hudung putrinya gemas.
Namun Mikha masih memasang wajah cemberutnya.
"Sekarang apa yang Mikha minta agar Mikha mau maafin, Daddy?" tanya Rangga kepada putrinya itu.
"Tapi bener lho ya, Daddy mau memberikan apapun yang Mikha minta," jawab Mikha dengan di sertai senyum manisnya.
"Iya, Daddy janji," jawab Rangga.
"Belikan Mikha mobil dong, Dad! Mikha kan bosen tiap hari harus berangkat dan pulang bareng Tama mulu. Belum lagi jadwal kuliah kita berduakan tidak sama, Mikha harus nungguin Tama jemput pas Tama sudah pulang duluan," pinta Mikha. Dia berharap dengan alasannya tersebut, daddy-nya akan membelikan dia mobil.
"Modus itu Dad," seloroh Tama.
Rangga diam sejenak, dia mempertimbangkan jawaban anaknya barusan.
"Baiklah, siang ini Daddy akan membelikan mobil baru untukmu," kata Rangga dan di sambut teriakan gembira oleh Mikha.
"Yey, akhirnya aku bisa berangkat kuliah dengan mengendarai mobil sendiri," teriak Mikha kegirangan.
"Tapi Daddy tetap tidak mengijinkanmu mengendarai mobil sendiri, Daddy akan carikan sopir pribadi untukmu!" ujar Rangga.
"Itu sama juga bohong, Dad. Apa bedanya coba Mikha berangkat bareng Tama sama Mikha berangkat di antar sama sopir?" Mikha sedikit protes dengan sikap daddy-nya.
"Jelas bedalah, kalau kamu berangkat sama abangmu ini, kamu akan menjadi pusat perhatian karena satu mobil dengan orang ganteng. Tapi kalau sama sopir, kamu akan di tertawakan teman sekampus karena di kira anak kecil," timpal Tama dengan narsisnya di sertai tawa untuk mengejek adik kembarnya itu.
"Tama," tegur Bintang, seketika Tama menghentikan tawanya.
"Pis, Mom. Tama cuma bercanda," kata Tama dengan mengacungkan jarinya membentuk huruf V.
"Tidak usah deh, Dad. Mikha berangkat bareng Tama saja," jawab Mikha yang akhirnya lebih memilih satu mobil dengan saudara kembarnya di banding harus di antarkan oleh sopir.
Mereka pun kembali melanjutkan sarapan mereka. Usai sarapan Tama dan Mikha segera berpamitan untuk berangkat menuju kampus.
"Mas, apa kamu masih tetap mau membelikan Mikha mobil?" tanya Bintang setelah kedua anaknya meninggalkan meja makan.
"Sebenarnya aku kasihan juga sama dia, tapi aku belum tega melepaskan Mikha sendirian ke kampus. Apa lagi dia menuruni sikapmu yang kadang-kadang ceroboh," jawab Rangga
"Iya, aku ceroboh. Makanya tanpa pikir panjang aku mau menerima tawaran mama untuk menikah denganmu," kata Bintang.
"Mulai deh,"
"Salah sendiri Mas Rangga ngatain aku ceroboh," balas Bintang dengan berpura-pura memasang wajah cemberutnya.
"Baiklah, aku minta maaf ya Sayang! Seceroboh apapun dirimu kamu tetaplah yang menjadi satu-satunya wanita yang aku cintai," ucap Rangga dengan menatap manik mata istrinya.
"Baguslah, kalau Mas Rangga mengakui itu," jawab Bintang.
Rangga lebih mendekat ke arah istrinya.
"Tapi Sayang, cepat atau lambat kamu harus tega melepaskan putrimu itu."
"Iya Mas, aku tahu. Tapi untuk saat ini aku benar-benar belum tega melepas putri kita itu," jelas Bintang.
Rangga menggenggam tangan istrinya sembari memberikan tatapan lembutnya.
"Percayalah, Putri kita bisa menjaga dirinya sendiri," ungkap Rangga.
"Iya, Mas," jawab Bintang.
"Sayang, bagaimana kalau sekarang kita buatkan adik lagi untuk mereka bertiga?"
Tanpa menunggu jawaban dari Bintang, Rangga sudah terlebih dulu menggendong tubuh istrinya dan membawanya ke lantai menuju ke kamar mereka.
******
Siang hari di suatu lokasi syuting....
"Cut!"
Suara sang Sutradara untuk menghentiksn proses syuting mereka.
"Bagus Cantika, untuk hari ini cukup sampai di sini!" seru sutradara.
Cantika sang aktris segera mendekati sang sutradara untuk melihat hasil pengambilan gambar yang baru saja selesai dia lakukan.
"Bagus juga hasilnya," komentar Cantika usai melihat hasilnya.
"Sayang," panggil seorang laki-laki sambil melambaikan tangannya.
"Karena sudah selesai aku bisa pergi meninggalkan lokasi syutingkan, Pak?" tanya Cantika.
"Silahkan!" jawab sang sutradara.
Cantika segera berlari mendekati laki-laki yang memanggilnya barusan.
"Sayang, aku senang kamu datang," ujar Cantika seraya menggelayuti lengan laki-laki barusan. Laki-laki itu bernama Dion Sebastian, anak dari Damara Sebastian pemilik salah satu perusahaan terkemuka di kota X.
"Terserah kamu," jawab Dion.
"Kita shopping ya, ada barang yang ingin aku beli!" ajak Cantika dengan nada manjanya.
"Sesuai keinginanmu, Tuan Putri," jawab Dion.
Dion memang selalu memberikan apa pun yang kekasihnya itu inginkan. Bahkan dia tidak akan keberatan jika harus kehilangan puluhan bahkan ratusan juta hanya untuk sekali jalan dengan kekasihnya tersebut.
Dion membawa kekasihnya ke sebuah mall terbesar di kota X. dia mempersilahkan kekasihnya untuk memilih barang yang dia inginkan, tanpa melihat berapa harga barang yang kekasihnya itu inginkan.
Derrrtt derrrtt
Ponsel milik Dion bergetar, tanda ada panggilan masuk di sana. Dion sedikit menjauh dari kekasihnya untuk menjawab telpon tersebut.
"Heh Dion, dengar! Segera bawakan berkas papa yang tertinggal di kantor dan bawa ke perusahaan Wijaya grup. Sebentar lagi Papa ada meeting kerjasama dengan Rangga Wijaya. Ingat jangan sampai kamu terlambat untuk datang!" titah papanya dari ujung telpon sana.
"Tapi, Pa. Sekarang Dion sedang sibuk," jawab Dion berbohong.
"Sibuk apa? Sibuk main dengan teman-temanmu atau sibuk memanjakan pacar artismu itu?" tanya papanya dengan nada yang mulai meninggi.
"Ingat, papa tidak mau tahu. Pokoknya antar semua berkas itu sekarang! Papa tunggu di perusahaan Wijaya!"
"Iya, Pa," jawab Dion kemudian.
Dion kembali mendekat ke arah kekasihnya yang tengah sibuk melihat-lihat bermacam-macam model tas yang ada di etalase.
"Sayang," panggil Dion
"Apa, Sayang?" jawab Cantika tanpa menatap ke arah kekasihnya tersebut, matanya malah lebih sibuk menatap beberapa tas branded di depannya.
"Aku harus kembali ke perusahaan,"
Cantika menatap kekasihnya tersebut.
"Tapikan kita baru saja bertemu,"
"Papa menyuruhku membawakan berkas yang tertinggal. Beliau ada meeting dengan perusahaan Wijaya grup dan meeting itu sangat penting. Jika kerjasama dengan perusahaan Wijaya grup itu berhasil, maka perusahaan papaku juga akan menjadi perusahan yang besar yang bisa setara dengan perusahaan Wijaya grup," Dion berusaha memberikan kekasihnya itu pengertian.
Cantika terdiam sejenak, kemudian dia kembali menatap wajah kekasihnya.
"Baiklah, tapi sebagai gantinya aku mau kamu membelikan aku 2 tas branded ini," jawab Cantika sambil menunjuk ke arah dua tas branded di depannya. Tanpa pikir panjang, Dion memenuhi keinginan kekasihnya tersebut. Padahal satu tas itu saja berharga ratusan juta. Setelah membayar tas yang diinginkan kekasihnya, Dion segera berpamitan untuk meninggalkan kekasihnya itu.
****
Sementara itu di Universitas XX..
Tama segera berlari mencari saudara kembarnya setelah mendapat telpon dari, daddy-nya. Bukan tanpa sebab dia mencari keberadaan saudaranya itu. Tapi dia ingin meminta bantuan dari adik kembarnya itu untuk menyerahkan sebuah file kepada daddy-nya. Sebuah file penting yang daddy-nya itu butuhkan.
"Cepat kamu kasih ini ke daddy!" seru Tama saat menemukan adik kembarnya itu. Dia memberikan sebuah USB yang berisi semua data yang di butuhkan oleh daddy-nya.
"Kenapa tidak kamu saja,"
"Aku ada satu mata kuliah lagi hari ini, jadi aku tidak bisa mengantarkan itu ke daddy," jelas Tama.
"Kamu bisa sekalian mencoba menyetir sendiri," imbuh Tama sambil menyerahkan kunci mobil miliknya, Tama tahu persis kelemahan adik kembarnya itu.
Mikha yang memang sudah dari dulu ingin mengendarai mobil senndiri, langsung bersedia membantu Tama. Dia menerima USB dan kunci mobil dari tangan kakak kembarnya itu. (Eits, Mikha ini sebenarnya sudah pernah belajar menyetir lho sebelumnya. Hanya saja dia tidak pernah di beri ijin untuk membawa mobil sendiri oleh kedua orang tuanya).
"Ingat kamu harus berhati-hati saat menyetir! Jangan ngebut dan harus fokus. Awas jika sampai mobilku kenapa-napa!" Tama sedikit memberikan peringatan kepada saudara kembarnya yang ceroboh itu.
"Iya-iya, tenang saja," jawab Mikha.
Dengan wajah sumringahnya, Mikah segera mengambil mobil milik Tama yang ada di tempat parkir kampus. Dengan sedikit deg-degan, akhirnya Mikha berhasil mengeluarkan mobil tersebut dari halaman parkiran. Setelah itu dia segera melajukan mobil itu menuju ke gedung perusahaan Wijaya grup.
Setelah kurang lebih 20 menit perjalanan, akhirnya mobil yang Mikha kendarai tiba di depan perusahaan Wijaya grup. Mikha mulai melajukan mobilnya memasuki area parkir milik perusahaan Wijaya grup. Namun hal tak terduga terjadi.
Brakkk
Mobil yang dia kendarai menabrak mobil lain yang hendak keluar dari parkiran.
"Gawattt"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments
Zainab ddi
nabrak mobil Dion kali ya
2022-07-24
0
Ray Siddiq
hahahahaahahaha
2021-07-09
0
🐝⃞⃟𝕾𝕳 YULI HARTATI 𝕱𝖘
pasti mobilnya Dion yg ketabrak
2021-06-16
1