Perselingkuhan Suamiku
"Sah.."
"Sah.."
"Sah.."
Semua orang yang berada di ruangan hotel Vip bersorak saat melihat kedua mempelai pengantin yang baru saja menyelesaikan ijab Qobul.
"Alhamdulilah.. kalian sudah resmi menjadi sepasang suami istri." ucap pak Herman selaku penghulu pernikahan Ayunika Tias Adi Pratiwi dengan Aldo Dahendra Handoko.
Nika dan Aldo yang sudah resmi menjadi pasangan suami, istri tampak begitu bahagia, bahkan Nika tidak lupa mencium punggung tangan Aldo yang kini resmi menyandang sebagai suaminya. Aldo pun tidak lupa memberikan sebuah kecupan ke arah kening istrinya.
Walaupun Aldo dan Nika hanya kenal beberapa bulan saja tidak seperti anak muda pada umumnya yang menjalin hubungan hingga bertahun-tahun, mereka berdua hanya menjalin asmara sekitar enam bulan saja dan memutuskan untuk menikah.
Acara demi acara terus berlangsung, setelah acara ijab Qobul selesai kini Aldo dan Nika menuju ke tempat untuk menyambut para tamu undangan. Mereka tampak begitu bahagia tersenyum ramah kepada para tamu undangan yang memberi selamat atas pernikahan mereka berdua.
"Sayang.."
"Iya sayang." Nika yang menoleh ke arah suaminya.
"Sepertinya aku sakit perut, apakah aku boleh ijin ke belakang sebentar."
"Sakit perut? apakah kamu sedang tidak enak badan sayang? apakah perlu kita istirahat dulu?." Nika yang tampak sedikit khawatir dengan kondisi Aldo suaminya.
"Ah tidak.. sepertinya aku hanya diare biasa sayang, kamu tidak perlu khawatir, lagi pula masih banyak tamu penting yang harus kita temui."
"Kamu yakin kamu baik-baik saja sayang?." Nika yang kembali menyakinkan suaminya.
"Iya sayang.. aku akan segera kembali, kamu tidak perlu khawatir." Aldo yang mengusap pipi Nika untuk menyakinkan istrinya bahwa dirinya baik-baik saja.
"Ya sudah nanti kalau masih sakit kita istirahat saja ya."
Aldo yang mendengar ucapan Nika hanya mengangguk pelan lalu meninggalkan tempat resepsi untuk menuju ke sebuah toilet yang berada tidak jauh dari tempat acara.
Aldo terus berjalan masuk ke dalam toilet hotel bintang lima tersebut sambil menatap ke arah kanan, kiri, dan belakang untuk memastikan bahwa tidak ada orang yang melihat dirinya masuk ke dalam toilet wanita.
"Arumi.. di mana kamu? keluar lah.. aku tidak bisa lama-lama di sini." panggil Aldo dengan suara yang lirih sambil menoleh kanan dan kiri untuk mencari keberadaan Arumi.
Saat Aldo masih berjalan menyusuri beberapa toilet tiba-tiba ada seseorang yang mendorong tubuhnya ke tembok hingga tubuhnya sedikit terbentur.
"Arumi.. apa yang kamu lakukan?."
"Plak!."
Satu tamparan kini sudah mendarat ke arah pipi kanan Aldo.
"Mana janji mu ke aku? mana? kenapa justru kamu malah menikahi kak Nika? padahal kita sudah menjalin hubungan satu tahun Al.. beberapa bulan kamu tidak ada kabar, apakah itu alasan mu untuk menikahi kakakku!."
"Sutsss.." Aldo yang menutup mulut Arumi dengan telapak tangannya. "Kecilkan suara mu, jika kamu terus berteriak pasti kita akan ketahuan."
Arumi yang tampak emosi langsung saja menepis tangan Aldo. "Aku tidak perduli orang lain melihat kita berdua, sekalian saja kak Nika melihat kita berdua di sini! biar saja dia tahu kalau sebenarnya suaminya itu adalah kekasih adiknya sendiri!."
"Pelan kan suaramu Arumi, pliss.." Aldo yang terus memohon. "Jangan seperti ini.. bukankah aku sudah berkali-kali bilang kepada mu, aku hanya ingin memanfaatkan kakakmu saja, pernikahan ini hanya bohong tidak di dasari oleh cinta."
"Bohong.. kamu itu laki-laki pembohong.. mana mungkin kamu tidak akan menyukai kak Nika.. siapa yang tidak akan suka dengan kak Nika, dia itu sempurna.."
"No.. tidak untuk ku, aku akan tetap mencintai mu, tidak ada yang lain, Nika hanya boneka untuk ku saja. Ingat Arumi aku seperti ini juga untukmu, bukankah kamu sangat membenci kakakmu itu? karena dia selalu menjadi nomor satu di keluarga mu, bahkan 80 persen warisan keluarga mu jatuh kepada Nika.. bukankah kamu ingin Nika musnah dari keluarga mu?."
Arumi yang mendengar ucapan kekasihnya tersebut hanya diam sambil menatap tajam ke arah Aldo. Yang di katakan Aldo memang benar bahwa dari dulu Arumi sangat membenci kakak kandung nya tersebut, secara Nika selalu di perlakukan baik oleh kedua orang tuannya, bahkan selalu memberikan apapun yang Nika mau beda halnya dengan Arumi. Arumi ingin kakaknya tersebut musnah dari keluarganya.
"Bukankah kamu ingin menggantikan posisi kakakmu di keluargamu dan meneruskan ANA grub?."
"Apa yang kamu bicarakan? aku tidak mengerti?." tanya Arumi.
Aldo yang mendengar ucapan Arumi seketika tersenyum.
"Muahh.." Aldo seketika mengecup bibir manyun Arumi begitu saja.
"Kamu itu bodoh apa pura-pura bodoh Arumi sayang, bukankah aku sudah bilang, cara satu-satunya menyingkirkan kakak mu adalah aku menikahinya."
"Apa hubungannya dengan menikahinya?."
Sebelum Aldo menjawab pertanyaan Arumi tiba-tiba ponselnya berdering di genggamannya. Aldo yang mendengar ponselnya berbunyi seketika melihatnya, ia melihat bahwa ada telfon masuk dari Nika.
"Aku minta diam lah.. Nika meneleponku." perintah Aldo.
Aldo seketika langsung mengangkat telfon dari istrinya. Arumi yang mendapat perintah dari Aldo hanya bisa diam walaupun hatinya masih di penuhi rasa amarah yang luar biasa, bahkan semakin merasa benci kepada kakak kandungnya.
Panggilan telfon seketika sudah terputus. "Sepertinya aku harus segera kembali ke gedung, Nika sudah menelfon ku, banyak tamu undangan yang harus aku temui." Aldo yang mengusap pipi Arumi secara lembut, namun dengan cepat Arumi menepisnya.
"Kamu tidak perlu khawatir sayang, aku melakukan ini juga untuk mu dan hubungan kita berdua, aku akan merebut semua milik Nika untukmu, bahkan merebut kebahagian Nika untuk mu, akan ku pastikan bahwa kamu yang menjadi ratu di keluargamu, ikuti saja rencanaku, karena itu untuk kebaikan kita berdua, oke.." Aldo yang kembali mengusap pipi Arumi lalu melangkahkan kakinya.
"Apakah ucapan mu bisa ku pegang? apa jaminannya jika kamu mengkhianati ku?." Arumi yang berbalik arah menatap kepergian Aldo.
Aldo yang mendengar ucapan Arumi seketika menghentikan langkahnya lalu menoleh. "Aku tidak pernah mengkhianati orang yang ku pilih.. jika aku berkhianat aku yang akan mati di tangan ayahmu." jawab Aldo lalu kembali melangkahkan kakinya untuk keluar dari dalam toilet sebelum ada para tamu undangan masuk ke dalam toilet wanita tersebut.
Aldo kembali ke gedung resepsi, untuk melaksanakan foto bersama keluarga serta para teman-teman dan kerabatnya.
Arumi yang dari tadi baru muncul seketika ikut naik ke atas tempat resepsi.
"Arumi.. kamu dari mana saja? kenapa dari tadi kakak tidak melihatmu? kamu bahkan tidak ikut foto dengan papa dan mama."
"Arumi sengaja kak, karena ingin foto bertiga saja dengan kakak dan kak Aldo."
Mereka bertiga pun langsung melakukan foto bersama, kini posisi Arumi berada di samping kakaknya, dengan satu tangan kanannya menyentuh pinggang Aldo, bahkan menggenggam tangan Aldo dari belakang tubuh Nika.
Aldo yang mendapat sentuhan dari Arumi sedikit terkejut bahkan takut jika ada seseorang melihatnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments
Murni Dewita
👣
2024-08-20
0