Bab 15

Mereka berdua pergi ke tempat yang ingin di datangi oleh Calya, sebuah tempat yang khusus disediakan Alvin untuk Calya dan Rach sebelumnya, sebuah vila di taman bunga yang cantik.

“Calya hentikan, kenapa kamu ke sini?” Alvin bertanya, dia tahu bila saat ini Calya tengah sakit hati. Namun bila mereka datang ke sana, mungkin akan semakin membuat Calya sakit saja. 

Alvin berusaha membujuk Calya untuk ikut pulang kembali bersama dengannya, namun Calya malah menepis tangan Alvin.

“Kamu memesan tempat ini dengan uang bukan? Bila tidak menggunakannya maka hanya akan buang-buang uang Vin!” Tegas Calya dengan isaknya.

“Please Calya, aku melakukan ini demi kebaikan mu. Kita pulang ya?” Ajak Alvin lagi berusaha membujuk.

“Bila kamu ingin pergi, maka pergilah. Aku akan tetap di sini Vin, aku akan menikmati apa yang telah kamu berikan.” Alvin terdiam, Calya juga sudah masuk ke area Vila dengan tangisnya.

Jelas Alvin tidak hanya diam mematung tak berguna, dia langsung mengejar Calya ke Vila tersebut. Sebuah tempat yang sangat indah, di hiasi dengan banyak bunga yang menawan.

Alvin memang sengaja menghias tempat itu dengan tangannya sendiri, dia ingin memberikan salam perpisahan untuk Calya sekaligus akan memberikan perusahaan A kepada Calya.

Botol anggur berhiaskan kelopak mawar nampak berada di atas meja, Calya histeris di buatnya dan membuka satu demi satu pintu di sana. Hingga tatapannya jatuh pada sebuah kamar yang mungkin di sediakan untuk Calya dan Rach berbulan madu.

Sebuah kasur besar berseprai putih di sana, kelopak mawar dan aneka hadiah dan perhiasan berada di atas kasur tersebut. Alvin memijit pelipisnya sendiri, Calya menyambar semua hadiah itu dan menyimpannya dengan baik, dia terisak di atas kasur dengan air mata yang terus mengalir.

“Kenapa harus aku yang mengalami semua ini? Tuhaaan!” Histeris Calya, Alvin menepuk pundak Calya dan memeluknya erat.

Meski masih terisak namun Calya nampak sudah jauh lebih tenang, hingga tatapan Calya tertuju pada sebuah kamar mandi. Bathub nampak harum mewangi dengan air mawar dan kelopak mawar yang indah, ada juga lilin aromaterapi yang belum menyala.

Alvin ingat saat membuat itu dia sambil menangis dan jelas sambil di ledek oleh Vanessa dan Kodoi yang menemaninya, Vanessa bahkan sempat mengatakan pada Alvin untuk menculik Calya saja, namun Alvin bukan pria seperti itu.

Meski gaya menculik dan memaksa memang sudah menjadi khas dari Alvin, namun untuk urusan cinta dia tidak bisa melakukan itu. Dia ingin di cintai dengan tulus dan tanpa paksaan sama sekali.

Vanessa dan Kodoi jelas mengutuk perbuatan Alvin itu, padahal pria itu bisa saja menculik Calya dan membawanya pulang ke Indonesia untuk di jadikan istri. Untuk urusan cinta bisa belakangan bukan? Yah bila kata Kodoi, cinta kreditan.

Cinta yang tumbuh perlahan seperti bayar kredit namun pada akhirnya akan di miliki seutuhnya setelah lunas pembayaran. Seperti cintanya pada Vanessa yang terus perlahan dan mengikis kesombongan wanita itu hingga akhirnya jatuh ke dalam pelukannya.

Alvin jelas tak menggubris dua orang gila itu, meski sebenarnya saat ini Alvin-lah yang telah gila. Padahal selama ini Alvin memang sudah menunjukkan perhatiannya pada Calya dalam bentuk banyak hal. Namun Calya sangat tidak peka dan tidak mengerti maksud di balik kebaikannya.

Selain itu, Alvin juga sangat salah. Sebagai seorang pria seharusnya dia mengatakan saja perasaannya, itu juga yang selalu di ucapan oleh Vanessa setiap saat. Vanessa selalu saja mengatai Alvin dengan banyak ucapan yang tidak sedap di dengar, itu semua di lakukan Vanessa semata-mata untuk memancing Alvin mengutarakan perasaannya sendiri pada Calya.

Di cintai begitu besar oleh seorang pria, wania mana yang tidak akan bahagia menerimanya. Bahkan Vanessa sangat mendambakan cinta sebesar itu. Namun Alvin yang berfikir dengan lurus selalu saja mendahulukan ketulusan, perse*tan dengan ketulusan, padahal selama ini Alvin selalu saja ugal-ugalan dalam menjalakan tugas stang berada di markas.

"Vin, Tidak semua wanita itu peka, ada kalanya seseorang harus mengatakan cinta bukan hanya dalam bentuk tindakan namun harus dengan kepastian dari ucapan. Kamu pria paling bodoh di seluruh dunia Vin, aku bahkan malu menjadi bawahan mu. Seorang pemimpin yang bodoh malah memimpin bajak orang bijak. Memalukan!" Umpat Vanessa, namun Alvin tak bergeming dia tetap dalam prinsipnya.

.

.

Alvin memperhatikan Calya yang turun ke dalam bathub dan menangis terisak. Kedua kakinya di tekuk dan dia menangis sejadi-jadinya.

Alvin merasa teriris melihatnya, dia menyentuh punggung Calya yang basah, dan mengusap rambut Calya yang sudah acak-acakan.

“Sekarang aku sudah tidak cantik lagi Alvin, tidak akan ada pria yang mau menikahi ku.” Ucap Calya dalam isaknya, Alvin menggelengkan kepalanya.

“Tidak Calya, kamu pasti akan menikah.” Alvin mengusap kedua pipi Calya, Calya menikmati belaian lembut itu dengan hati yang berdebar.

Alvin tertegun saat melihat telapak tangannya yang di kecup oleh Calya, Alvin mengusap bibir itu dengan lembut dan menempelkan kening mereka.

Entah siapa yang memulai namun tanpa mereka sadari bibir mereka telah menyatu, Alvin merasakan dadanya bergejolak hebat, Alvin menghentikan ciuman itu.

“Sudah Calya, ayo pergi!” Ajak Alvin, dia takut bila setan menguasi dirinya.

“Aku mohon Alvin, lakukanlah bersama ku.” Isak Calya, Alvin tahu maksud ‘lakukan’ yang di ucapan oleh Calya.

“Tidak Calya, bila aku melakukannya maka kamu akan menyesal.” Alvin menggelengkan kepalanya dan beranjak pergi, namun kakinya tertahan saat lengan Calya melingkari pahanya. 

“Aku mohon Alvin, aku mohon.” Ucap Calya, ada perasaan ingin dalam hati Alvin namun dia tak sanggup bila harus melakukannya tanpa perasaan sama sekali, one night stand memang cukup populer di kalangan atas. Namun Alvin tak ingin semakin menyiksa Calya dengan melakukan itu dalam keadaan seperti itu.

Alvin mengusap rambut Calya dan kembali menunduk, Calya memeluk Alvin dan tak ingin melepaskan pria itu.

“Kamu tahu bukan, apa konsekwensinya bila melakukan ini dengan ku?” Bisik Alvin, Calya menganggukkan kepalanya.

“Aku mohon Alvin, aku mohon!” Ucap lagi Calya dengan suara serak, Alvin mengecup kening Calya dan menggelengkan kepalanya.

“Tidak Calya, kamu tidak mencintai ku. Kamu harus melakukan ini dengan pria yang kamu cintai.” Ucap Alvin berusaha tersenyum meski hatinya teriris.

“Apa kamu mencintai ku, Alvin?” Tanya lagi Calya hingga jawaban berupa sebuah anggukan di dapatkan oleh Calya.

“Aku sangat mencintai mu Calya, bahkan aku sanggup menyerahkan segalanya yang ada di hidup ku untuk mu. Tapi kebahagiaan mu adalah hal paling berharga bagi ku.” Lirih Alvin, Calya tersenyum dan kembali mengecup bibir Alvin.

Kecupan itu awalnya lembut dan perlahan secara berulang-ulang, hingga kecupan itu semakin menyita waktu dengan durasi yang lebih panjang. Nafas Calya sampai terengah di buatnya, Alvin mengusap bibir Calya dengan lembut.

“Jangan pergi, lakukanlah bersama ku Alvin!” Bujuk lagi Calya semakin menuntut, seperti ciumannya saat ini. Lidahnya kian masuk dan menuntut untuk mendapatkan balsam dari Alvin.

“Kamu akan menyesal Calya,” Bisik Alvin, Calya menggelengkan kepalanya.

“Tidak Alvin, aku tidak akan pernah menyesalinya.” Ucap Calya, Alvin akhirnya mengangkat tubuh Calya yang sudah basah dan membawanya ke atas ranjang.

“Bila tak ingin pulang, aku akan pulang lebih dulu.” Ucap Alvin hendak pergi, Calya menghentikan langkah Alvin dan menggelengkan kepalanya.

“Aku mohon Alvin!” Bujuk lagi Calya, dia ingin menghabiskan malam berharga bersama Alvin kali ini.

Ehem!

Komen dong, aku tambahin kalo ada yang komen lope...

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***