Bab 9

Alvin menuju ke apartemen Calya dan merapikan belanjaannya, dia mendapati Calya yang tertidur dengan pulas di kamarnya.

Entah setan dari mana datangnya yang membuat langkah Alvin berjalan menuju kamar itu, tangannya bergerak meski nuraninya berontak. 

Alvin mengecup kening Calya dan langsung menutup mulutnya sendiri sebelum akhirnya pergi, dia merasakan dadanya yang berdegup tak karuan, mungkin saat ini sedang ada yang mengadakan hajatan di dalam jantungnya, karena tak mau diam dan tenang. Jantungnya berdegup tak karuan seolah tengah mengadakan konser dangdut.

“Sudah Alvin, jangan buat masalah!” Kutuk Alvin pada dirinya sendiri yang langsung kabur dengan berjalan layaknya robot menuju ke kediaman lamanya.

Calya juga terbangun di tengah malam, dia merasakan kepalanya pening bukan main. Calya mengompres kepalanya dengan handuk hangat dan malas untuk memasak.

Calya ingin mengutuk makhluk yang sudah membuatnya gila kemarin, dia bahkan tak ingat apa saja yang sudah dia lakukan.

Calya benar-benar malu untuk bertemu dengan Alvin. Bahkan keesokan paginya dia bekerja seperti biasanya dan saat sore hari dia menghabiskan waktunya untuk membaca.

“Calya?” Suara ketukan pintu terdengar, Calya melihat orang di luar dari celah dan tersenyum saat tahu bila itu Alvin.

“E-ehem!” Calya berusaha menguatkan hatinya untuk bertemu Alvin, dia takut di ledek dan membuat dirinya kembali merasa malu. Karena dari semua manusia yang ada di dunia ini, Alvin adalah satu-satunya manuisa yang mengetahui banyak aib-nya.

Secara tidak langsung Alvin tahu bila dirinya di tolak oleh banyak pria, di usir oleh keluarga, bahkan sering mendapatkan rundungan di sekolah saat mereka di Jakarta.

Semua itu komplit di ketahui oleh Alvin, bila nasi goreng paket komplit mungkin Alvin adalah nasi goreng paket istimewa ples telur.

Calya membuka pintu setelah menekan jantungnya yang berdegup tak karuan, Alvin nampak menghela nafas dan memberikan sebuah obat sakit perut dan juga penghangat perut serta pembalut.

“Besok jadwal datang bulan mu bukan? Jangan bekerja bila merasa sakit.” Ucap Alvin, Calya terdiam sejenak. Untuk pertama kalinya setelah begitu banyak perhatian yang di tunjukan oleh Alvin dia dapat merasakan jantungnya berdegup tak karuan dan kedua pipinya memanas.

“Sudah, aku mau pulang lagi. Oh ya, kunci pintunya dengan benar.” Calya terpaku, dia mengigit bibir bawahnya ingin menghentikan langkah Alvin, namun dia bukan wanita yang seberani itu alhasil dia hanya dapat mengangguk dan tersenyum.

Di luar apartemen Alvin tersenyum puas dan dadanya yang sedang berkoplo akhirnya berusaha kembali tenang, Alvin memang sengaja mampir karena khawatir pada Calya. Dia sangat ingin tinggal dekat dengan Calya, namun dia juga bukan seorang pria bebas yang bisa seenaknya.

Alvin adalah sosok yang di targetkan banyak orang sebagai orang yang di takuti sekaligus juga buronan para polisi dan mafia, bukan perkara mudah baginya untuk datang pada Calya. 

Calya tersenyum lembut saat mendapatkan perhatian dari Alvin, memang sangat manis tingkah Alvin itu. Calya juga tak tahu ada motif apa yang tersembunyi di balik kebaikan Alvin terhadapnya, namun dia cukup sedar diri karena dia tidak cukup cantik untuk di sandingkan bersama dengan Alvin.

Calya keesokan paginya kembali bekerja dan membawa penghangat tangan serta obat sakit perut yang di berikan oleh Alvin, benar tebakan Alvin rupanya. Siang hari itu Calya benar-benar datang bulan, dia menahan sakit di perutnya dan tetap bekerja.

Hingga sore hari Calya melihat Alvin bersama sosok wanita yang sangat cantik nampak mendatangi sebuah cafe, untuk pertama kalinya Calya merasakan dadanya sesak luar biasa.

(Nyalain musik galau ala Korea kayanya dapet juga nih)

‘Mungkin, inilah yang di sebut parah hati.’ Ucap Calya membatin, dia menghela nafas perlahan beberapa kali. Sesak sekali hatinya mengetahui bila Alvin memanglah Alvin, pria yang memiliki banyak kekasih.

Calya berjalan pulang, yang jaraknya sangat dekat dari perpustakaan Negara. Bayangkan saja, perpustakaan Negara berhadapan langsung dengan gedung pencakar langit perusahaan A dan di sampingnya berdiri apartemen kelas atas yang saat ini di tinggali Calya.

Namun Calya merasa sangat ingin tahu dengan apa yang di perbincangan oleh Alvin dan wania itu, Calya beberapa kali keluar masuk dan menjadi bingung sendiri yang alhasil dua memutuskan untuk ke kafe saja dan mencari tahu.

Calya masuk ke dalam cafe tersebut dan memesan beberapa makanan manis, Alvin sadar bila saat itu Calya berada di sana. Calya berpura-pura tidak mengenal Alvin saat dia akan duduk di belakang kursi Alvin.

Greb!

Alvin menghentikan langkah Calya dan mengambil lengan gadis itu, dia menariknya dan mendudukan Calya di sampingnya.

“Apa yang kamu lakukan bodoh!” Pekik Calya dengan suara kecil.

“Ini Calya, bagaimana menurut mu? Apa dia masih punya kesempatan untuk mendapatkan perombakan?” Ucap Alvin pada wanita di hadapannya.

“Oh, jadi ini wanita yang sering kamu bicarakan itu ya? Hai Calya, aku Vanessa.” Vanessa mengulurkan tangannya dan di sambut baik oleh Calya.

“Sering di bicarakan?” Tanya Calya, dia menatap Alvin dan Vanessa bergantian.

“Haaa, kamu sendiri tidak sadar ya? Dia itu pengge- hurt!” Alvin memasukan sebuah kue berukuran besar ke dalam mulut Vanessa hingga wanita itu terdiam seketika.

“Jaga bicara mu bila tak ingin aku kurangi biayanya!” Ancam Alvin, Vanessa terkekeh dan mengacungkan jempolnya.

“Dia seorang seniman yang lumayan menurut ku, kita akan memulainya kapan?” Tanya Alvin, Calya yang kebingungan nampak terdiam begitu saja.

“Sekarang, dan kamu sebaiknya diam saja menjaga rumah.” Ucap Vanessa, Calya tertegun sejenak dan Alvin nampak cemberut.

“Hari ini kita akan belanja, dan menghabiskan uang Tuan Muda Bagaskara. Ayo sayang!” Vanessa merangkul tangan Calya, namun Calya langsung kembali pada Alvin dan menyertakan kunci apartemennya. Alvin tersenyum sejenak sebelum Calya akhirnya di bawa pergi oleh Vanessa.

Bernama Asli Vanessa, dia seorang wanita yang dulu di jadikan sebagai wanita penghibur dan pemuas nafsu oleh para Mafia penjual manusia.

Alvin yang merasa kasihan akhirnya membawa Vanessa dan melatihnya bela diri dan senjata, hingga Vanessa saat ini menjadi tangan kirinya yang handal.

Bukan hanya berkemampuan di bidang seni, Vanessa juga cakap dalam berbagai bidang teknologi. Dia hebat meretas meski tak sehebat tangan kanan Alvin yang bernama samaran Kodoi entah apa nama aslinya namun semua orang memanggilnya demikian.

Siang itu Alvin mengajukan agar Vanessa mau merubah sedikit tampilan kolot Calya, Vanessa setuju saja toh dia juga sudah cukup malas hanya diam saja.

Vanessa akhirnya memulai pekerjaannya untuk membuat Calya tampil sedikit berubah, dia juga akan menjadi tutor dalam hal merias dan berprilaku anggun bagi Calya.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***