Ketika Mantan Kembali
Tasya sedang menikmati kesendiriannya dengan menatap keluar jendela ruangan kerjanya di rumah ini. Sesekali wanita berusia 41 tahun itu menghela napas dan ingatannya kembali pada beberapa jam yang lalu ketika ia secara tak sengaja bertemu dengan sosok dari masa lalunya yang ia pikir tak akan pernah ia temui lagi. Desta, pria dari masa lalunya yang ia pikir sudah mati karena saking lamanya tak muncul untuk bertanggung jawab kini tiba-tiba muncul dan memohon dirinya untuk bisa bertemu dengan sang putri.
"Bagaimana bisa dia mengatakan itu? Anaknya?"
Tasya tertawa sumbang ketika mengingat apa yang dikatakan oleh Desta padanya tadi. Tasya menggelengkan kepalanya, pintu ruangan kerjanya diketuk dari luar dan kemudian muncul asisten pribadinya yang mengatakan bahwa saat ini sudah saatnya pulang dan Tasya pun gegas keluar dari ruangan kerja ini. Tasya melangkah keluar dari ruangan kerja dan turun menggunakan lift, di lobi nampak beberapa pegawai menundukan kepala memberikan hormat padanya dan dibalas dengan anggukan kecil dan senyum tipis dan di lobi juga mobil sudah menantinya. Gegas saja Tasya masuk ke dalam mobil dan setelah ia sudah masuk ke dalam mobil itu maka ia segera menghembuskan napasnya berat.
"Tenangkan dirimu."
Tasya hanya bisa mengatakan itu pada dirinya sendiri dan perjalanan dari kantor menuju rumah tak terlalu lama hingga akhirnya ia tiba juga di rumah dan pintu utama rumah dibukakan oleh asisten rumah tangga yang sudah siap menyambutnya di pintu.
"Selamat datang Nyonya."
"Apakah Wikka sudah pulang?"
"Sudah Nyonya."
"Baiklah kalau begitu."
Tasya gegas pergi menuju kamarnya untuk berganti pakaian dan mandi setelahnya barulah ia keluar kamar untuk makan malam. Di meja makan itu nampak sudah banyak makanan yang tersaji di depannya namun semua itu sama sekali tak menggugah seleranya yang menjadi fokusnya adalah Wikka.
"Bagaimana harimu, sayang?"
"Menyenangkan, Ma."
Wikka mulai bercerita mengenai hari ini yang ia lakukan tentu dengan pengawasan ketat dari orang suruhan Tasya.
****
Malam mulai beranjak naik dan Kevin baru saja tiba di rumah ketika pukul 11 dan ia menemukan Tasya masih terjaga malam ini, sesuatu hal yang tak biasanya wanita ini lakukan.
"Apa yang membuatmu masih terjaga?"
"Ayahnya Wikka, dia datang menemuiku dan mengatakan ingin bertemu dengannya secara langsung."
Kevin nampak menatap sekilas ke arah Tasya kemudian ia melanjutkan kegiatannya membuka kancing kemeja kerja yang ia kenakan seharian ini. Kevin sama sekali tak begitu tertarik dengan topik bahasan Tasya barusan.
"Sepertinya kamu sama sekali tak tertarik dengan obrolanku barusan."
"Aku lelah, besok saja kita bicarakan."
"Kenapa tak sekalian saja tidur dengan wanita itu?"
Kevin tertawa mendengar apa yang menjadi ucapan Tasya barusan, Kevin mengatakan bahwa ia pulang karena merindukan Tasya.
"Alasan, selama 10 tahun kita menikah kamu sama sekali tak mencintaiku."
"Kalau aku bilang mulai mencintaimu, bagaimana?"
"Hentikan! Pendusta sepertimu masih mau mencoba menipuku?!"
Kevin tersenyum dan menggelengkan kepala, ia gegas masuk ke dalam kamar mandi dan mulai mengguyur tubuhnya di bawah air shower yang mengalir sementara Tasya masih larut dalam pemikirannya sendiri mengenai apa yang terjadi padanya tadi siang.
"Tidak, semua akan baik-baik saja."
Tasya selalu mengatakan itu untuk menguatkan dirinya sendiri karena ia yakin memang itulah yang akan terjadi jika ja meyakininya.
****
Keesokan paginya, Kevin dan Tasya bicara empat mata di dalam ruangan kerja Kevin di rumah ini. Tasya sama sekali tak tertarik dengan pembicaraan apa pun dengan Kevin namun Kevin memaksa Tasya untuk mau bicara empat mata dengannya maka Tasya pun tak punya pilihan lain.
"Sebentar lagi ada pemilihan kepala daerah."
"Aku tahu itu."
"Baguslah kalau kamu sudah tahu, berarti kamu juga tahu kan keinginanku?"
"Maksudmu?"
"Bukankah kamu katanya tahu?"
"Berhenti bermain-main denganku, Kevin!"
"Baiklah, aku ingin kamu mengajukan diri sebagai calon Gubernur untuk pemilihan kepala daerah mendatang."
Sontak saja Tasya terkejut dan tak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Kevin barusan, apakah ia tak salah dengar?
"Apakah kamu tak salah mengatakan itu?"
"Tentu saja tidak, lagi pula aku juga sudah bicara ini dengan papi dan papa. Mereka sama sekali tak keberatan bahkan cenderung menyetujuinya."
"Kamu meminta pertimbangan papi dan papa namun tak meminta persetujuanku?!"
"Kamu hanya perlu bekerja sama denganku saja, apa sulitnya? Aku sudah mau bekerja sama denganmu menjadi papa bagi Wikka dan sudah seharusnya kamu bekerja sama denganku dan menuruti apa yang aku inginkan!"
"Jangan mengungkit soal status anakku! Aku tak memintamu menjadi papanya Wikka!"
"Namun kita sudah menikah dan aku adalah papanya kan?"
****
Tasya tak habis pikir dengan Kevin yang memintanya maju dalam pemilihan kepala daerah sebagai Gubernur walau sebenarnya ia sendiri juga agak tertarik dengan tawaran Kevin namun ia sama sekali tak punya gambaran apa pun mengenai pemerintahan karena selama ini ia bekerja di butiknya saja. Tasya datang ke kantor sang papa untuk bicara mengenai apa yang Kevin katakan padanya di meja makan tadi, kedatangan Tasya di kantor tentu saja bukan hal baru, beberapa pegawai langsung menyapanya ketika di lobi dan Tasya hanya tersenyum sekilas dan masuk ke dalam lift menuju ruangan papanya yang ada di lantai paling atas gedung ini.
"Papaku ada di dalam?" tanya Tasya pada sekretaris sang papa yang ada di mejanya.
"Iya Mbak, Pak Andri ada di dalam."
Tasya gegas masuk ke dalam ruangan kerja sang papa tanpa permisi dan ketuk pintu dulu seperti apa yang seharusnya dilakukan.
"Ada apa kamu ke sini?"
"Mengenai Kevin."
Andri menatap ke arah putrinya heran, Tasya kemudian duduk di sofa dan Andri pun juga gegas duduk di sebelah Tasya.
"Ada apa dengan suamimu?"
"Dia bilang sudah bertemu Papa untuk membicarakan masalah pilkada."
"Oh soal itu, rupanya dia sudah mengatakannya, ya?"
"Papa setuju dengan idenya?"
"Tentu saja Papa setuju, bagaimana mungkin Papa tak setuju? Lagi pula adikmu juga akan maju sebagai calon Wali Kota di pilkada nanti."
"Maksud Papa?"
****
Andri mengatakan bahwa perusahaannya dan perusahaan besan membutuhkan kekuatan menancapkan pengaruhnya di wilayah ini oleh sebab itu mereka setuju mendirikan sebuah dinasti di wilayah ini untuk keamanan dan kenyamanan mereka dalam berbisnis. Selama ini yang menjadi kepala daerah selalu yang bersebrangan dengan mereka dan itu membuat bisnis mereka tak berlangsung dengan baik.
"Bisnis dan politik adalah satu kesatuan dan inilah alasan kenapa banyak orang yang ingin menjadi kepala daerah, kamu seharusnya bersyukur karena tak perlu mengeluarkan satu sen pun dari kantong pribadimu karena semua sudah diatur oleh Papa dan mertuamu, tugasmu hanya menarik simpati rakyat dan gunakan citra baikmu untuk mendulang suara, mudah saja kan?"
"Tapi apakah aku bisa?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
Mika Su
penasaran lanjutannya
2024-05-20
1