Agam mendekati Nadira, memeluk nya dengan sangat erat. "Siapa bilang kalau kakak tidak mengingat kamu? Justru saya mempercepat pekerjaan saya agar segera bertemu dengan kamu," ucap Agam.
"Saya sangat merindukan kamu," Agam mencium kening Nadira.
"Tunggu, apa kakak belum ke rumah sama sekali?" tanya Nadira.
Agam menggeleng kan kepala nya. "Kakak tidak menemui Bunda dan mbak Farah terlebih dahulu?" tanya Nadira lagi.
Agam menghela nafas panjang. "Percuma saja saya pulang ke sana, tidak akan ada yang perduli, lagian Bunda sedang tidak di rumah," jawab Agam.
"Kan tetap saja kakak punya istri, mau bagaimana pun kakak tidak boleh mengabaikan istri kakak," ucap Nadira.
"Kenapa sih kamu selalu saja menyuruh saya mengingat istri saya, sementara dia belum tentu mengingat saya!" ucap Agam.
"Ya sudah lupakan saja, aku tidak mau ribut hanya perkara itu!" ucap Agam.
"Kakak sudah makan?" tanya Nadira.
Agam menggeleng kan kepala nya. "Saya sangat lapar," ucap Agam.
"Humm bagaimana yah, aku baru belanja sedikit, aku tidak tau kalau kakak hari ini ke sini. Bagaimana kalau masak mie instan?" tanya Nadira.
Agam sama sekali tidak masalah selagi yang masak adalah Nadira.
Mereka baru saja selesai masak, Agam melihat sekarang rumah yang kemarin kosong melompong sekarang sudah terisi dan semuanya rapi sehingga enak di pandang mata.
"Kamu pinter banget sih sayang," ucap Agam sambil mengelus kepala Nadira.
"Oh iya, kakak ada sesuatu untuk kamu," Agam memberikan paper bag.
"Apa ini kak?" tanya Nadira. Agam menyuruh Nadira membuka nya.
"Wahh, dres ini sangat bagus," Agam memberikan dress itu karena mau ngajak Nadira makan malam di luar yang sudah di rencanakan nya sebelumnya.
"Belakangan ini kak Agam sangat jarang di rumah, begitu juga dengan mbak Farah. Di tambah lagi Bunda sekarang memilih ikut dengan Ayah bekerja di luar kota. Tidak ada lagi kehangatan di rumah ini," batin Hani.
Ia duduk sendirian di ruang tamu. "Nadira juga sudah sangat jarang ke sini," Hani sangat sedih sekali.
Malam hari nya Agam dan Nadira pulang bersama ke rumah mereka.
"Kakak mau tidur di sini?" tanya Nadira.
Agam mengangguk. Nadira terlihat bingung seperti mau menyampaikan sesuatu namun tidak jadi.
"Ada apa Nadira? Apa yang ingin kamu katakan?" tanya Agam.
"Humm apa kita melakukan hal seperti itu lagi?" tanya Nadira sedikit gugup.
"Kenapa kamu bertanya itu?" tanya Agam.
"Aku belum bersih-bersih kak, aku juga baru saja selesai menstruasi, aku takut bau nya tidak enak," kata Nadira.
Agam tertawa kecil, Nadira jadi sangat malu.
Agam tiba-tiba mengangkat tubuh Nadira dan membawa nya ke tempat tidur.
"Saya sangat merindukan kamu," ucap Agam mencium bibir Nadira.
"Apa kamu tau, setelah bertemu dengan mu hari ini semua rasa lelah, penat saya hilang begitu saja."
Nadira tersenyum. "Aku senang kalau kakak merasa seperti itu ketika bersama ku," ucap Nadira.
"Sayang.." ucap Agam menatap Nadira.
"Iyah kenapa?" tanya Nadira.
"Saya tidak bisa menahan lagi, saya tidak berniat seperti itu sebelumnya, namun saya sangat mudah terangsang ketika bersentuhan dengan kamu," ucap Agam.
Karena tidak bisa menahan, Nadira juga tidak menolak akhirnya mereka melakukan nya untuk pertama kalinya di rumah baru itu.
Melihat ekspresi Nadira yang membuat Agam semakin bergairah, kecepatan Agam semakin laju. Nadira sudah meringis kesakitan namun Agam tidak berhenti.
Tangan Agam menggenggam kedua gunung kembar milik Nadira sedikit keras.
"Kak Agam... pelan-pelan, aku tidak tahan lagi," ucap Nadira.
"Aku mau keluar kak," namun Agam meminta Nadira mengeluarkan nya langsung.
Pinggang Nadira terangkat ke atas, Agam tersenyum puas melihat Nadira puas dengan nya.
Agam hampir saja keluar. "Sayang apa sebaiknya kakak keluar di dalam saja?" tanya Agam.
Nadira menggeleng kan kepala nya. "Jangan kak, bagaimana kalau nanti aku hamil?" tanya Nadira.
"Kakak akan menikahi kamu, kamu tidak mau menikah dengan kakak?" tanya Agam.
Agam mempercepat goyangan nya, dan akhirnya sampai di puncak ia mengeluarkan dengan cepat.
"Arrhhh!!!! Terimakasih sayang..." Agam mencium kening Nadira.
Sudah lama Agam tidak merasakan sensasi seperti itu lagi. Karena dengan istrinya ia melakukan hanya karena nafsu semata.
Keduanya sudah sangat lelah, satu jam seperti itu sungguh menguras tenaga keduanya.
Setelah beberapa lama akhirnya Agam ketiduran. Sementara Nadira tidak bisa tidur.
"Aku sangat mencintai kak Agam, aku memberikan semuanya kini kepada nya. Aku berharap kedepannya aku bisa menerima semua resikonya."
Nadira sadar dengan perbuatannya dengan Agam, namun hanya karena cinta ia rela melakukan itu.
Keesokan paginya..
Nadira merasa seseorang sedang menyentuh tubuhnya. Ia membuka matanya ternyata Agam.
"Kak Agam ngapain?" tanya Nadira.
Agam menatap dengan tatapan mata manja.
"Dia tidak bisa menahan lagi, dia bangun sendiri," ucap Agam. Nadira tertawa mendengar nya.
"Ini sudah pagi kak," ucap Nadira.
"ini masih jam lima pagi, sebentar saja," ajak Agam.
Akhirnya mereka melakukan nya.
"Kamu pasti capek, tidak perlu masak pagi-pagi," ucap Agam kepada Nadira yang sedang menyiapkan sarapan pagi.
"Gak apa-apa kok kak, lagian aku ngampus sedikit siang," ucap Nadira.
Agam memeluk Nadira dari belakang.
"Kakak duduk dulu," Nadira menyiapkan semuanya.
Agam sangat terharu dengan perhatian, tanggung jawab Nadira kepada nya.
Selesai sarapan ia pun berangkat bekerja. "Oh iya nanti setelah pulang dari kampus, kakak akan menjemput kamu," ucap Agam.
Nadira menggeleng kan kepala nya. "Gak usah kak, aku ada janji dengan teman ku untuk kerjain tugas di luar," ucap Nadira.
"Hani ikut?" tanya Agam.
"Enggak kak, Hani tidak sama dengan ku," ucap Nadira.
"Baiklah kalau begitu," Agam berangkat.
Nadira juga segera siap-siap ke kampus, namun sebelum siap-siap ia merapikan kamar yang berantakan.
Ia melihat bercak merah yang ada di seprei warna cream nya.
"Loh bukannya aku sudah melakukan nya sebelumnya, kenapa masih berdarah sih?" tanya Nadira.
"Hufff wajar sih, kak Agam sangat ganas ia bahkan tidak memberikan waktu aku bernafas." ia tersenyum mengingat kejadian tadi malam.
Nadira mengganti sprei terlebih dahulu dan setelah itu mandi.
Nadira berangkat ke kampus seperti biasa. "Hai Nadira..." sapa Hani yang menghampiri nya.
"Eh Hani, kok kamu sembab gitu sih?" tanya Nadira.
"Huff entah lah Nadira, aku sangat bingung dengan keluarga ku sekarang yang sudah sangat tidak beraturan, tidak sehangat dulu," ucap Hani.
"Maksudnya?" tanya Nadira.
"Kak Agam sekarang sudah sangat jarang pulang, kamu tau kan kalau tidak ada kak Agam di rumah semua nya terasa sepi."
"Tidak ada lagi yang di segani sehingga rumah sangat sepi." ucap Hani.
Nadira terdiam sejenak, ia jadi merasa bersalah karena dirinya yang membuat Agam tidak pulang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments