Sesampainya di rumah Hani. Nadira langsung memeriksa keadaan bunda Jihan.
"Bunda kok bisa sakit?" tanya Nadira khawatir. Bunda menggeleng kan kepala nya. "Mungkin karena banyak fikiran, akibat kelelahan juga," jawab bunda Jihan.
"Apa yang Bunda fikir kan? Sebaiknya Bunda fokus sama kesehatan bunda," kata Nadira.
"Iyah Nak, kamu benar. Hanya saja anak bunda tidak ada yang bisa mengerti dengan bunda," kata Bunda dengan sangat lesu.
"Apa bunda sudah makan? Sudah minum obat? Hani dan mbak Farah mana?" tanya Nadira.
Bunda menggeleng kan kepala nya. "Bunda tidak tau nak, dari tadi tidak ada satu pun yang melihat keadaan Bunda."
Nadira bisa menebak kalau bunda Jihan belum makan, ia masak bubur yang gampang dan menyuapi bunda.
Nadira mendengar kan semua keluh kesah Bunda Jihan kepada Nadira.
"Seandainya saja aku menjadi istri kak Agam, dengan senang hati aku akan memberikan bunda Jihan cucu, memiliki mertua baik seperti Bunda Jihan adalah impian semua orang," batin Nadira.
"Kamu kenapa diam?" tanya bunda. Nadira menggeleng kan kepala nya.
Seharian Nadira menemani Bunda Jihan.
"Kamu hebat banget Nadira, hanya karena kamu yang ngurus bunda satu hari ini dia sudah mulai mendingin," ucap Hani.
"Huff kamu harus perhatikan Bunda, dia sudah tua lebih butuh banyak perhatian. Kamu sebagai anak harus berbakti. nanti kalau sudah tidak ada baru menyesal," ucap Nadira.
"Iyah-iyah, abisnya aku kesal banget," ucap Hani.
"Iyah aku tau, kalau aku di posisi kamu pasti kesal juga. Hanya karena kakak kamu orang tua mu sakit dan kamu harus mendengar keluh kesah nya," ucap Nadira.
"Kamu adalah teman ku paling pengertian, terimakasih yah," ucap Hani memeluk Nadira.
Tidak beberapa lama Agam pulang. "Bagaimana keadaan Bunda?" tanya Agam.
"Bunda sudah mendingan berkat Nadira kak," jawab Hani.
Agam menatap Nadira dengan tatapan senang, bangga dan juga tatapan cinta sehingga Hani kebingungan melihat nya.
"Ya elah kak Agam, tumben-tumbenan senyum seperti itu sama Nadira, biasanya juga di cuekin," sindir Hani.
Agam menghela nafas panjang. "Nih makanan untuk kalian berdua," ucap Agam.
"Yeiii, makasih kak Agam..." Hani sangat senang di belikan jajanan. Padahal sebelumnya Nadira lah yang mengirim pesan ingin CFC dan juga hamburger.
Agam masuk ke kamar ia melihat istrinya sedang berbaring. Tidak mengatakan apapun, bahkan istrinya tidak menyapa Agam sama sekali.
"Kenapa kamu di kamar saja? Bunda akan tambah marah kalau kamu di kamar," ucap Agam.
Farah menatap Agam. "Dari mana kamu tadi malam mas? Biasanya kalau lagi berantem kamu gak pernah tidur di luar!" ucap Farah.
Agam menghela nafas panjang. "Aku sudah melupakan masalah itu, kamu jangan membahas nya lagi," ucap Agam.
"Semuanya seakan-akan salah ku, aku sudah mengatakan dari awal kalau aku tidak mau punya anak!" ucap Farah.
Agam menatap Farah. "Aku tidak mau berdebat Farah, aku capek sebaiknya kita keluar dan melihat keadaan Bunda!" Agam melepaskan dasi nya dan pergi keluar.
Farah terlihat sangat jengkel. "Kalau aku tau dari awal seperti ini, aku tidak mau menikah dengan nya!" ucap Farah.
Hari semakin malam, Nadira harus pulang.
Sementara Agam tidur di kamar nya bersama istrinya.
"Mas... Aku minta maaf..." Farah tiba-tiba minta maaf duduk di samping Agam.
Agam membuka mata nya melihat ke arah Farah.
"Aku tau aku salah, aku tidak mau kita seperti ini, maafin aku yah," ucap Farah...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments