Surabaya, tahun 1998
Kelas 3-B, SMP Raksana-Surabaya.
Guru-guru mengadakan pertemuan mendadak, yang menyebabkan seluruh siswa-siswi diinstruksikan untuk belajar mandiri di kelas masing-masing.
Nyatanya hanya segelintir anak yang belajar atau mengerjakan tugas. Sebagian besar malah duduk berkelompok-kelompok untuk mengobrol. Terutama anak-anak lelaki, hampir semuanya pergi ke belakang kelas, duduk bergerombol dan mengobrol di situ.
Awalnya aku berusaha untuk fokus membaca sebuah buku paket Fisika, materi pelajaran yang paling susah masuk ke otakku. Tetapi pada akhirnya aku menyerah, karena suara-suara obrolan lebih berisik dan mengganggu konsentrasi. Maka lebih baik, aku juga ikut mengobrol saja dengan teman-teman wanita yang duduk persis di samping dan di belakangku.
"Sammy, siniii," suara seorang anak lelaki berteriak ke arah pintu kelas, membuat seisi kelas semua menoleh ke pintu.
Manusia satu itu datang lagi, keluhku dalam hati.
Dia, Samuel Banera Putra biasa disapa Sammy, anak kelas A. Dia dulunya warga kelasku, tetapi memasuki kelas-3 beberapa anak kelas A pindah ke sekolah lain karena beberapa alasan, maka Sammy dan dua teman kelas kami lainnya dipindahkan ke kelas A untuk pemerataan jumlah siswa di tiap kelas.
Sampai saat itu, perasaanku terhadapnya biasa saja, tetapi beberapa minggu belakangan baru aku menyadari ada sesuatu dengan makhluk itu. Entah kenapa, aku merasa sulit menjelaskannya.
Di beberapa kesempatan ketika kami kebetulan berpapasan dia menyunggingkan senyuman aneh yang membingungkan. Dia juga sering sekali datang ke kelasku yang pada dasarnya adalah kelas dia dulunya. Masalahnya tiap kali aku menoleh ke belakang tempat dia mengobrol dengan anak laki-laki di kelasku, dia seringkali kedapatan sedang memandangku. Itu terjadi bukan sekali, dua kali. Tetapi sering.
"Kamu itu belum move on yaa dari kelas-B?" aku curi-curi dengar apa yang mereka bicarakan dengan Sammy.
"Hahaha, nggak gitu juga," Sammy tertawa menanggapi pertanyaan mereka.
"Perasaan Riko dan Stefan jarang sekali main kesini, kamu malah keseringan," komentar yang lainnya. Riko dan Stefan adalah teman kelas kami yang juga dipindahkan ke kelas-A bersama Sammy.
Kudengar Sammy hanya menanggapi perkataan mereka dengan tertawa. Aku tahu mereka cuma bercanda, mereka juga senang Sammy sering berkunjung asal jangan pas jam pelajaran. Ketika jam istirahat atau jam kosong seperti ini, aku anggap tidak jadi masalah kalau Sammy sering datang.
Bagi aku pribadi, akhir-akhir ini malah seperti ada yang kurang kalau Sammy lama tidak berkunjung, entah kenapa aku jadi menanti-nantikan hal tersebut.
Di kelasku juga ada Erik yang merupakan teman akrab Sammy sejak kelas-1, jadi mungkin itu juga yang menyebabkan dia sering berkunjung.
"Wii, kamu nonton sinetron Karmila nggak semalam?" Rita yang duduk di bangku belakangku bertanya.
"Nggak Rii, semalam aku mengerjakan tugas ekonomi, nggak sempat nonton," sahutku.
"Seru banget semalam Wii," Ina yang duduk di sebelah Rita menimpali.
"Gimana, semalam gimana?" karena penasaran, aku pun bertanya kelanjutan cerita sinetron tersebut.
Alhasil, kami merumpi membicarakan sinetron Karmila. Seperti perempuan pada umumnya, walaupun sama-sama menonton tidak lengkap rasanya kalau tidak kemudian membahasnya dengan detail dari segala sisi baik dari sisi tokoh protagonis maupun antagonis.
Di sela-sela obrolan itu, aku sempat melirik ke belakang ke kumpulan anak laki-laki. Benar saja, Sammy ketahuan sedang menatapku.
Kali ini dia malah berbisik kepada Erik, entah apapun itu, kemudian mereka berdua serempak melihat kepadaku lalu tersenyum.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments