Beberapa hari setelahnya, aku berhasil mengabaikan pikiran itu. Aku mengajar seperti biasa, memeriksa tugas mahasiswa-mahasiswaku, pergi ke perpustakaan untuk me-refresh ilmu dan mengobrol dengan Citra di waktu-waktu luang kami.
Ketika waktu istirahat kami berbeda, maka aku akan pergi sendirian ke kantin untuk makan siang dan minum kopi seperti biasa.
Aku tipe orang yang tidak mudah bergaul dengan orang baru, jadi walaupun sudah dua bulan lebih aku di kampus ini boleh dikatakan aku tidak punya teman lain selain Citra. Lagipula, dosen-dosen disini sibuk dengan urusannya masing-masing. Sebagian besar dari mereka juga lebih suka makan di resto luar kampus daripada di kantin kampus.
Kantin lagi ramai hari ini, tetapi aku seorang diri di meja paling pojok yang biasa aku dan citra tempati. Barangkali mahasiswa-mahasiswa disini sudah hafal, meja itu seperti ibaratnya sudah kami kontrak khusus. Di jam-jam istirahat dari pukul sebelas sampai pukul dua siang, meja ini tidak ada yang menempati.
Mungkin mereka sudah tahu, kalau bukan kami berdua yang akan duduk disini berarti salah satu dari kami.
Seperti hari ini, hari jumat jadwal aku dan Citra tidak ketemu pas istirahat. Ketika dia istirahat nanti, aku waktunya masuk kelas. Alhasil, setelah makan aku sibuk sendiri dengan ponselku sembari menyeruput kopi. Aku melihat foto-foto instagramku ketika masih di Edinburgh.
Ahh, aku rindu sebenarnya tetapi life must go on kan'? tidak mungkin aku berdiam diri terus disana. Menikmati indahnya negeri orang, alam dan peradabannya kemudian ingin memiliki salah satu penghuninya. Sepertinya aku terlalu serakah. Suara hati kecilku.
Selain karena ingin membagi ilmu yang kudapat disana dengan mahasiswa-mahasiswa disini, siapa tahu ada yang termotivasi dengan pengalaman pendidikanku. Aku juga punya perjanjian beasiswa yang harus aku penuhi, agar aku kembali mengabdi di negaraku.
Yang paling utama dari semuanya adalah karena aku ingin bersama ibuku.
Aku dua bersaudara dengan kakak lelakiku yang sekarang bekerja di Kalimantan. Dia sudah settle dengan pekerjaannya disana, belum bisa pindah setidaknya sepuluh tahun ke depan, punya istri orang sana dan sudah memiliki dua orang anak.
Akan tetapi ibuku sendirian di Surabaya. Ayahku sudah meninggal tujuh tahun lalu. Walaupun ada kerabat yang menemani ibu sehari-hari di rumah, tetap saja aku tidak tega membiarkan ibuku kesepian melalui masa tuanya. Aku ingin bersama dengannya.
Itulah alasan utamaku kembali kesini.
Hmm, Edinburgh... Kota yang sudah menyembuhkan luka batinku. Aku akan datang kembali, walaupun hanya sekadar liburan. Batinku.
"Tumben sendirian," sebuah suara datang.
"Oh, iya. Bu Citra lagi ada kuliah," jawabku spontan setelah tahu siapa yang datang.
Pak Sam, segera duduk di kursi di hadapanku. Rupanya dia sudah memesan kopi juga, karena sesaat setelah dia duduk seorang pelayan datang membawanya secangkir kopi.
"Kalian itu memang sahabat sejati," Pak Sam mengomentari pertemananku dengan Citra.
"Ahh, tidak juga. Kebetulan saja kami ketemu lagi di tempat ini," balasku.
"Tidak ada yang kebetulan di dunia ini, semua sudah diatur." Sammy berkata dengan penuh keyakinan.
"Hmm, may be," aku menanggapinya dengan santai karena aku belum sepakat dengan perkataannya.
Sesaat kami terdiam. Hal itu justru menambah kecanggungan di antara kami.
"Masih ada kuliah?," tanyaku basa-basi, biar ada topik pembicaraan.
"Iya, satu jam lagi, sampai jam empat sore," jawab Sammy.
"Oh, masih lama. Aku hanya sampai jam dua hari ini."
"Oh, gitu."
"Iya."Jawabku menutup pembicaraan.
Ingin rasanya kutanya dia, apakah sudah makan? kenapa minum kopi, kalau belum makan nasi?
Tetapi aku menahan diri, itu bukan urusanku lagi.
Ada jeda lagi, cukup lama diantara obrolan kami. Aku tak tahu apa yang harus kutanyakan pada makhluk satu ini. Sebenarnya aku ingin pergi duluan, tetapi kopiku masih setengah cangkir. Aku rasa lebih baik aku scroll instagram saja lagi, daripada kami terus berpandang-pandangan tanpa satu kata pun terucap.
"Apa kabar kamu?," akhirnya dia yang membuka suara.
"Aku baik," jawabku dengan senyuman penuh percaya diri.
"Masih single?" pertanyaannya sedikit membuat tidak nyaman, tetapi aku berusaha biasa saja.
"Iya, betah amat yaa,"
"Yaa, masa kamu nggak punya pasangan Wii?"
"Hmm, punya, tapi yaa gitu,"
"Siapa?, kenapa? ada masalah apa?"
"Kepo ya kamu?"
"Ingin tahu saja,"
"Yaa, begitulah. Tidak tahu mau dibawa kemana,"
"Benar kata orang, perempuan kalau terlalu mandiri serasa tidak butuh laki-laki"
"Ahh, tidak juga. Kebetulan saja aku seperti ini, by the way, kenapa jadi membahas kehidupan pribadiku?"
"Hahaha, maaf. Kamu sih, dulu." Dia tertawa kecil, bermaksud meminta maaf karena sudah menyinggungku.
"Aku dulu kenapa?"
Dia membuka luka lama. Topik yang tidak ingin aku bahas. Paling tidak, tak secepat ini.
Tetapi bukankah aku sudah sembuh?
Sebelum kesini aku sudah tahu bukan? aku akan bertemu dengannya di tempat ini?
Bukankah aku sudah siap menghadapi masa lalu, dan berdamai dengannya?
Menaruh semua itu jauh di belakangku, menjadi hanya sebagai kenangan?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments
valeria la gachatuber
Characternya bikin terikat! 😊
2024-05-22
1