Keesokan harinya, kompetisi Beladiri yang diselenggarakan oleh Aliansi Beladiri akan memulai pertandingan untuk kategori Ranah Raja Bumi.
Murid-murid Sekte Pedang Abadi tidak ikut babak kualifikasi seperti pada murid-murid Sekte kecil. Wan Yunsheng dan rekan-rekannya langsung ke babak sistem gugur, di mana 2.048 peserta akan saling mengalahkan.
Walaupun pesertanya banyak, pertandingan itu hanya berlangsung selama satu hari saja.
Untuk menghemat waktu, aliansi beladiri menyediakan puluhan panggung. Saat tengah hari, lokasi pertandingan akan dipindahkan ke tempat latih tanding markas Aliansi Beladiri yang cukup luas dan sekelilingnya memiliki tribun penonton yang dapat menampung puluhan ribuan orang.
Hanya enam belas peserta terbaik yang akan bertanding di tempat latih tanding markas Aliansi Beladiri tersebut.
Saat ini Xuan Ji membawa Wan Yunsheng, Yan Chung, Bing Yun, Yan Xu, Xue Yao, Wu Zhanhui, Tian Qi, dan Meng Meng menuju tempat kompetisi Beladiri berlangsung.
Semua basis Kultivasi-nya murid-murid Xuan Ji telah naik level. Xue Hao telah mencapai Ranah Raja Bintang dan akan bertanding keesokan harinya, sementara Mu Qingqing naik ke Ranah Raja Surgawi, Mu Xian dan Xiao Yue naik ke Ranah Kaisar Bintang.
Di gerbang masuk tempat panggung kompetisi Beladiri terpampang papan daftar peserta yang akan bertanding. Termasuk siapa lawan yang akan mereka hadapi serta nomor panggung tempat mereka bertanding.
Xuan Ji mencari nama-nama muridnya dan keningnya sedikit berkerut saat melihat nama peserta yang akan dilawan oleh si kecil Xue Yao.
“Dari Dua Ribu lebih peserta, kenapa harus murid Sekte Taixu yang akan menjadi lawan tanding Yao‘er,” gumamnya sambil menatap Xue Yao yang terlihat sangat bersemangat dan antusias ingin segera memukul lawannya.
Xuan Ji khawatir murid termudanya itu akan kalah dan sulit membayangkan bila Xue Yao menangis karena tidak bisa menerima kenyataan bahwa ia telah dikalahkan oleh lawan, sebab saat sedang latih tanding bersama kakak seniornya ia tidak pernah kalah karena mereka tidak terlalu serius saat melawannya.
“Lawanku dari Sekte Wudang,” kata Meng Meng dengan raut wajah khawatir. Dia takut dipukuli hingga babak belur, karena Sekte Wudang termasuk salah satu Sekte terkuat di Benua Tianlong.
“Sial! Lawanku dari Sekte Hongmeng.” Tian Qi menggerutu, karena lawannya juga berasal dari Sekte besar.
Dari delapan murid Xuan Ji yang akan bertanding dalam kategori Ranah Raja Bumi tersebut, hanya si gendut Yan Chung yang cukup beruntung karena lawannya berasal dari Sekte kecil.
“Siapapun lawannya hadapi saja dengan hati yang tulus,” kata Yan Chung menghibur rekan-rekannya yang sedang gelisah. “Kalau kita bertarung dengan hati yang tulus, maka kita akan menganggap semua lawan setara dengan kita juga.”
Perkataannya memang baik, tetapi sudut bibirnya memancarkan senyuman tipis sehingga rekan-rekannya merasa ia sedang mengejek mereka. Karena hanya dia yang berpeluang paling besar untuk lolos ke babak selanjutnya.
“Lihat junior Yao‘er, walaupun lawannya berasal dari Sekte Taixu. Dia tetap semangat dan sudah tidak sabar ingin segera naik ke atas panggung.” Yan Chung kembali memotivasi rekan-rekannya.
Xue Yao menganggukkan kepala tanda setuju dengan perkataan Yan Chung. Tangannya sudah terasa gatal dan ingin segera menggunakan Jurus tinju yang baru saja ia pelajari dari Xuan Ji.
Dia tak sabar ingin segera menggunakan Jurus Tinju itu, karena Xuan Ji mengatakan Avatar Palu raksasa akan muncul saat Jurus Tinju itu digunakan. Apalagi gurunya itu mengatakan Jurus Tinju itu merupakan teknik Tinju legendaris yang berasal reruntuhan kuno, padahal aslinya Jurus Tinju itu dibeli oleh Xuan Ji dari Kultivator Pengembara atau tanpa Sekte yang kehabisan uang.
Basis Kultivasi pemilik Jurus Tinju itu juga hanya Ranah Saint saat Xuan Ji membelinya dengan harga Seratus Koin Emas.
Xuan Ji mau membeli Jurus Tinju itu agar Xue Yao tidak sedih karena hanya diajarkan seni beladiri dasar saja. Alasan lainnya adalah Jurus Tinju itu juga cukup sederhana dan mudah dipelajari.
“Baiklah, kalian pergi ke panggung masing-masing. Aku akan menemani Yao‘er ke panggungnya,” kata Xuan Ji karena terompet tanda pertandingan segera dimulai telah berbunyi.
Peserta dari berbagai Sekte Beladiri juga segera menuju panggung masing-masing, sebagian hanya menonton saja karena menunggu giliran mereka naik ke panggung.
“Xuan Ji!”
Seseorang memanggil Xuan Ji ketika ia berada di sebelah panggung tempat Xue Yao bertanding.
Xuan Ji merasa suara yang memanggilnya itu sangat familiar sekali. Diapun segera menoleh ke belakang.
Pria tampan berusia Empat Puluhan tahun mendatanginya bersama gadis berusia belasan tahun.
“Ternyata laporan itu memang benar, kamu menjadi tua setelah pulang dari Utara!” Pria itu tampak tercengang.
Dia sengaja menyebut Xuan Ji pulang dari Utara, bukan setelah mengalahkan Kaisar Iblis. Karena ia merasa Xuan Ji sengaja menyembunyikan identitasnya, bahkan menyembunyikan peristiwa apa sebenarnya yang terjadi di kutub Utara.
“Apa kamu sedang mengejekku, Kakak Kedua?” Xuan Ji mengerutkan keningnya setelah mendengar perkataan Pria itu.
“Kamu tak sopan pada Tetua Ren!” Gadis di sebelah Pria itu marah dan menatap Xuan Ji dengan tatapan tajam. “Pak tua, apakah kamu tahu, Tetua Ren adalah Tetua dari Sekte—”
“Dari mana kamu memungut gadis bermulut kasar ini?” Xuan Ji menyela perkataan gadis belasan tahun itu sebelum ia menyelesaikan perkataannya. “Yao‘er, buat wajahnya nanti berubah menjadi Bakpao.”
Xue Yao yang sudah berada di atas panggung segera menoleh ke arah gadis belasan tahun di sebelah Pria yang mirip dengan lukisan gurunya saat masih muda. “Muehehehe … Kakak cantik, aku akan membuat wajahmu menjadi Bakpao.”
Gelak tawa Xue Yao membuat murid Sekte Taixu itu mengerutkan kening dan tidak menyangka lawan tandingnya ternyata gadis kecil yang terlihat imut, tetapi perkataan yang keluar dari mulutnya sangat kasar seperti Pria tua di hadapannya itu.
“Xuan Qinjun, tidak boleh berkata kasar pada Pamanmu!” Xuan Ren menegur gadis disebelahnya itu. Lalu ia menoleh lagi ke arah Xuan Ji sembari tersenyum lebar, “Gadis ini adalah putri dari Tetua Kedua. Aku tidak menyangka lawannya adalah muridmu.”
Xuan Ren menatap Xue Yao diatas panggung, kemudian ia menghela nafas panjang merasa iba dengan gadis kecil itu. Dia tidak menyangka adiknya akan membawa gadis kecil ke Kompetisi Beladiri.
Walaupun basis Kultivasi gadis kecil itu tinggi, tetapi ia yakin gadis kecil itu belum berpengalaman dalam duel seni beladiri. Bahkan kuda-kuda beladiri Xue Yao terlihat asal-asalan saja.
“Oh, ternyata kamu putri si tua bangka itu. Pantas saja mulutmu lebar.” Xuan Ji mencibir Xuan Qinjun.
“Kau! Dasar Pak tua sialan!” Xuan Qinjun marah karena diejek oleh Pria tua yang terlihat seusia dengan ayahnya, tetapi gurunya malah mengatakan bahwa dia adalah Pamannya. Namun, seumur hidupnya ia belum pernah melihat Pria tua itu di Klan Xuan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
xi ochen
lagian bocil mana paham apa itu reruntuhan kuno wkwkw mau bilang dari manapun selagi master bilang itu tinju hebat, pasti si bocil bangga.
2025-02-22
0
Jan
dasar Guru somplak /Smile//Smile//Smile/
2024-12-02
0
On fire
❤️💕🤍🤍💛💗
2025-02-27
0