Malam harinya, Xuan Ji menghabiskan waktunya menenggak arak di rumah bordil Bulan Purnama. Dia masih memikirkan perkataan Xue Yao, kalau Yin Ji ternyata datang ke Kota Tianfeng ini dan telah menjadi Tetua Sekte Taixu.
Mau tak mau besok dia akan melihat wanita yang ia cintai itu. Bagaimana cara ia menyapa Yin Ji, apa ia berpura-pura menjadi sosok yang berbeda dan hanya kebetulan memiliki nama Xuan Ji yang sama.
“Kenapa aku harus menyapa wanita yang sudah dimiliki oleh Pria lain?” gumam Xuan Ji yang sudah meneguk belasan kendi arak.
Wanita penghibur cantik berbisik pada rekannya sembari menatap Xuan Ji.
Xuan Ji memasuki rumah bordil Bulan Purnama masih mengenakan Jubah Sekte Pedang Abadi, sehingga para wanita penghibur menduga ia memiliki banyak Koin Emas di cincin dimensinya.
Wanita penghibur yang mengenakan hanfu merah ketat sehingga lekukan tubuhnya yang indah terlihat, berjalan menuju Xuan Ji. Dia duduk di kursi kosong di sebelah Xuan Ji sembari tersenyum menggoda dan menuangkan arak dari kendi ke gelas kecil.
“Tuan … apa kamu ingin aku membantumu menghilangkan rasa lelahmu?” goda wanita penghibur itu sembari mendekatkan wajahnya ke wajah Xuan Ji.
Xuan Ji menoleh ke arah wanita cantik itu dan menggelengkan kepala. “Aku sudah terlalu tua, adik kecilku sudah tidak bertenaga lagi.”
“Ha-ha-ha … Anda pandai bercanda Tuan,” sahut wanita penghibur itu. “Bukankah Tuan memiliki energi spiritual yang bisa dialirkan ke sana. Bahkan Tuan bisa menghiburku hingga aku menjerit-jerit minta ampun,” godanya lagi.
Xuan Ji menghela nafas panjang dan berkata, “Kaisar Iblis itu bukan hanya mengutukku menjadi Pria tua. Dia juga membuat si dia tak berfungsi kecuali hanya untuk mengalirkan air asin.”
“Eh?” Wanita penghibur itu tak menyangka Xuan Ji akan menyalahkan Kaisar Iblis yang telah binasa sepuluh tahun yang lalu untuk menolak dirinya. “Oh, sepertinya Tuan sudah terlalu mabuk, sebaiknya Tuan kembali ke penginapan agar bisa menyaksikan murid-murid Tuan saat kompetisi Beladiri besok.”
Wanita penghibur itu segera pergi dan menggoda laki-laki lain.
“Ya, sebaiknya aku pulang saja,” gumam Xuan Ji mengalirkan energi spiritual ke otaknya sehingga pikirannya kembali jernih. “Orang-orang yang dulu kukenal sepertinya sudah tidak mendatangi rumah bordil ini,” gumamnya lagi setelah memperhatikan para Pria yang bermain judi.
Dulu ia sering menghabiskan harta Klan Xuan di meja judi itu dan ia dijuluki Raja Kalah nomor satu di benua Tianlong, karena persentase kemenangannya hanya satu persen saja dan sisanya selalu kalah.
Dia teringat beberapa tuan muda Klan besar yang sering bermain judi dengannya, tetapi sebagian besar dari mereka tewas saat melawan Kaisar Iblis. Sementara yang masih hidup kemungkinan sudah menjadi Tetua di Klan masing-masing.
“Oh, ya, Klan Zi dulu dihancurkan oleh Klan Duan.” Xuan Ji tiba-tiba teringat saat ia merekrut Zi Rouyan yang saat itu melarikan diri dikejar oleh Kultivator Klan Duan.
Klan Duan saat ini pasti sudah memperhatikan gerak-gerik muridnya itu, karena Klan Duan berada tak jauh dari Kota Tianfeng.
Saat ia memikirkan Klan Duan tersebut, ia melihat seorang Pria berusia Empat Puluhan tahun berjalan menuju lantai dua rumah bordil Bulan Purnama.
Xuan Ji tentu mengenali Pria itu, karena Pria itu satu generasi dengannya dan sama-sama menuntut ilmu beladiri di Sekte Taixu.
Saat ekspedisi penaklukan Kaisar Iblis, Pria bernama Duan Lie itu tidak ikut karena ia menjalankan misi berbeda bersama beberapa tuan muda Klan besar.
Xuan Ji yakin mereka sengaja diberikan misi berbeda agar sebagian generasi muda berbakat tidak musnah di tangan Kaisar Iblis. Namun, ia merasa Sekte Taixu tak adil, karena yang tidak ikut itu adalah para calon penerus Ketua Klan serta Kultivator pintar yang cocok menjadi guru atau Tetua Sekte. Walaupun ia berasal dari Klan Xuan, ia tetap ikut karena dianggap tuan muda tak berguna walaupun basis Kultivasi-nya mencapai Ranah Kaisar Surgawi.
“Apa yang dilakukan Duan Lie di sini?” gumam Xuan Ji penasaran, karena di masa lalu Duan Lie tidak pernah menginjakkan kaki ke rumah bordil Bulan Purnama.
Karena penasaran apa yang dilakukan Duan Lie di lantai kedua rumah bordil Bulan Purnama, Xuan Ji pun melangkahkan kaki ke lantai dua.
Tidak seperti lantai satu yang bebas dimasuki oleh siapapun asalkan memiliki uang, lantai dua dikhususkan untuk pelanggan yang berasal dari Klan besar dan hanya tuan muda untuk Klan kecil.
“Maaf, Anda tidak bisa memasuki lantai dua.” Petugas Keamanan Rumah Bordil Bulan Purnama mencegat Xuan Ji, karena jubah yang ia kenakan berasal dari Sekte tak terkenal.
Sudut bibir Xuan Ji memancarkan seringai tipis. Lalu ia menunjukkan Plakat Klan Xuan sehingga Petugas Keamanan itu tercengang melihatnya.
“Maaf tuan, silahkan masuk!” seru Petugas Keamanan itu sembari membungkukkan tubuhnya.
Beberapa pelanggan yang duduk di lantai dua tidak menyangka Pria tua yang mengenakan Jubah Sekte tidak terkenal ternyata berasal dari Klan Xuan.
Xuan Ji hanya melambaikan tangan sambil melirik ke arah Duan Lie yang sudah duduk di pojok kanan. Pemuda tampan segera menangkupkan tinju untuk menunjukkan rasa hormat padanya, begitu juga dengan Pria seusai dengan Duan Lie yang telah lebih dulu di sana bersama Pemuda itu.
“Oh, ya, siapa Pemuda yang mengenakan pakaian berlambang Klan Duan itu?” Xuan Ji bertanya pada Petugas Keamanan Rumah Bordil Bulan Purnama.
Pria berbadan besar yang merupakan Petugas Keamanan Rumah Bordil Bulan Purnama itu menoleh ke arah yang ditunjuk oleh Xuan Ji. “Oh, dia adalah tuan muda Klan Duan, Duan Xiyuan. Dia murid Sekte Taixu dan salah satu calon yang difavoritkan menjuarai Kompetisi Beladiri.”
“Oh, anak nakal yang dimanjakan oleh Klan Duan,” gumam Xuan Ji dan masih terdengar oleh Petugas Keamanan itu.
Pria besar itu mengerutkan keningnya karena tidak menyangka Xuan Ji akan mencibir murid Sekte Taixu, padahal ia sendiri hanya Tetua Sekte tak terkenal.
Xuan Ji segera duduk di dekat pojok kanan, lalu memesan satu kendi arak termahal dan tiga puluh tusuk sate.
Tiga Kultivator Ranah Kaisar Matahari yang duduk di meja yang sama dengan Xuan Ji kebingungan melihatnya. Mereka tidak menyangka Pria tua itu akan duduk tanpa permisi lebih dulu.
Kalau rumah bordil Bulan Purnama tidak didukung oleh Aliansi Beladiri, maka mereka sudah menendang Pria tua itu. Apalagi senyumannya terlihat menjijikkan.
“Apa semua anggota Klan Duan kita sudah diberitahu kalau Zi Rouyan mengikuti kompetisi Beladiri ini, Paman Lie?” tanya Duan Xiyuan dengan suara pelan, tetapi Xuan Ji masih mendengar perkataannya.
Duan Lie menganggukkan kepala dan berkata, “Aku dengar kamu menyuruh seseorang mengikuti murid Sekte Pedang Abadi?”
“Iya, aku tidak tahu mereka ternyata satu Sekte dengan Zi Rouyan,” sahut Duan Xiyuan.
“Lain kali jangan suruh seseorang mengikuti mereka. Nanti Tetua yang bersama mereka curiga pada kita,” kata Duan Lie.
Duan Xiyuan menganggukkan kepala sembari tersenyum masam.
“Cukup sampai di sini saja pembahasan tentang mereka. Kamu tidak perlu tahu apa yang akan dilakukan oleh Klan Duan kita pada mereka, yang perlu kamu fokuskan adalah meraih peringkat tinggi saat kompetisi Beladiri nanti,” kata Duan Lie.
Dia tidak memberitahu keponakannya itu tentang rencana yang akan dilakukan Klan Duan pada Zi Rouyan, karena tidak ingin rahasia mereka bocor seperti saat penghancuran Klan Zi setahun yang lalu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
KEVIN NASRI
wah kakek ji kasim ternyata
2024-10-28
1
Reymundo Hidayat
rencana akan gagal
2024-09-20
1
shadow life
ok
2024-09-16
0