Dokter rese

Saat mereka sedang makan tiba-tiba Dokter Rian masuk untuk memeriksa keadaan Johan.

‘’Wah, lagi pada sarapan nih, maaf ya ganggu. Saya akan periksa Johan dulu ya’’ sapa Dokter Rian.

‘’Iya Dok, mari makan Dok?’’ sahut bu Maryam.

Dokter Rian menutup gorden dan mulai memeriksa Johan, sedangkan ketiga wanita itu melanjutkan untuk makan. Tak lama kemudian si Dokter keluar dari balik tirai, di sambut oleh bu Maryam yang telah selesai sarapan.

‘’Bagaimana keadaannya Dok?’’ tanya bu Maryam dengan wajah berharap.

‘’Dari pada berbicara di sini, lebih baik ke rungan saya, bu. Nanti akan saya jelaskan semuanya’’ ucap si Dokter dengan serius, membuat detak jantung bu Maryam berdegup kencang.

‘’Dok, apa kondisinya sangat parah?’’ ucap bu Maryam lagi.

‘’Mari ke ruangan saya’’ sahut si Dokter.

‘’Baiklah, Dok.’’ Sahut bu Maryam lemah lalu menarik nafas panjang diiringi langkah lesu, ia mengikuti Dokter tersebut menuju ke ruangannya.

‘’Ayo masuk? Ibu yang tenang ya, duduk dulu di kursi’’ kata Dokter setelah mereka sampai di ruangannya dan menyuruh bu Maryam untuk duduk.

‘’Iya Dok, sebenarnya apa yang terjadi dengan Johan? Dia baik-baik saja kan Dok?’’ ucap bu Maryam dengan suara gemetar.

‘’Sabar dan tenang dulu, bu. Johan sebenarnya tidak dalam kondisi yang mengkhawatirkan, dia baik-baik saja’’ jelas Dokter tersebut.

‘’Lantas, mengapa Dokter mengajak saya ke sini?’’ tanya bu Maryam yang bingung dan penasaran.

Namun si Dokter hanya diam, tidak menjawab pertanyaan bu Maryam. Seolah merenung, matanya tertuju pada wajah wanita itu. dan menatapnya dengan begitu dalam.

‘’Kamu masih cantik, kelihatan masih muda’’ puji Dokter itu dengan suara lirih.

‘’Apa, Dok!? Aku tidak bisa mendengarnya?’’ ucap bu Maryam mencoba meresapi apa yang baru saja di ucapkan Dokter Rian yang terdengar sayup-sayup.

Dengan mengumpulkan keberaniannya, Dokter Rian mengungkapkan perasaannya.

‘’Sebenarnya saya mengajak kamu ke sini, karena ingin kenal lebih dekat dengan kamu’’ ucap Dokter tersebut.

‘’Hahaha...Dokter ini ada-ada saja, emang gak takut godain istri orang?’’ ucap bu Maryam yang merasa terkejut.

‘’Siapa yang istri orang? Kamu janda, kan?’’ balas Dokter dengan tegas.

Bu Maryam tersentak kaget dan terenyuh dengan ucapan Dokter tersebut, ( darimana dokter ini tahu kalau aku janda? ) gumamnya dalam hati.

‘’Hah, tahu dari mana kalau aku janda, Dok? Jangan asal ngomong ya’’ ucap bu Maryam berkilah berusaha menyembunyikan rasa terkejutnya.

‘’Sudahlah, saya tahu kok. intinya saya ingin lebih mengenalmu, bisa kan?’’ kata Dokter tersebut.

Bu Maryam bingung dengan perasaannya, dalam hatinya pertanyaan dan perasaan bercampur aduk, namun di saat yang sama ada secercah harapan dan kebahagiaan yang mulai tumbuh.

( Mungkin ini saat yang tepat untuk memberi kesempatan pada sebuah cinta yang sudah lama menghilang. ) gumam bu Maryam dalam hatinya.

‘’Aku kira ada sesuatu yang penting dok, jika hanya seperti ini lebih baik aku kembali ke kamar Johan. Permisi dok’’ kata bu Maryam yang melawan kata hatinya, dia belum siap untuk memulai kisah cinta yang baru lagi.

Bu Maryam beranjak dari duduknya dan melangkah keluar ruangan meninggalkan Dokter tersebut, lalu menuju ke kamar Johan.

( Lihat saja, aku akan membuat kamu tertarik padaku. Aku pasti bisa merasakan dan menikmati tubuhmu, hahaha..) gumam Dokter Rian dalam hatinya yang di penuhi oleh nafsu birahinya.

Sementara di kamar Johan suasana nampak hening karena Intan dan Mira sama sekali tidak saling sapa. Mereka mempunyai pandangan yang berbeda mengenai Johan dan egois dengan pendapat mereka masing-masing.

‘’Bagaimana mbak? Apa kata Dokter?’’ tanya Mira yang langsung menghampiri bu Maryam ketika baru saja masuk kedalam kamar.

‘’Sudahlah, gak penting!’’ kata bu Maryam dengan nada yang dingin.

Intan pun terkejut dengan ucapan ibunya, ‘’apa maksud ibu, itu tidak penting?’’ kata Intan yang heran.

‘’Intinya Johan baik-baik saja, sebentar lagi dia akan sadar’’ balas bu Maryam, mencoba menyembunyikan kekesalan hatinya kepada Dokter Rian.

( Aku tidak ingin mereka sedih karena keadaan Johan, jadi biarlah mereka tidak tahu tentang kebusukan dokter itu, aku anggap tidak terjadi apa-apa. ) gerutu bu Maryam dalam hatinya.

‘’Syukurlah, mbak’’ ucap Mira lega, menahan air mata yang hampir menetes.

Intan juga nampak memiliki perasaan yang sama dengan Mira. Kemudian bu Maryam merenung sejenak dan mencari obrolan untuk mengubah topik pembicaraan.

‘’Tan, bisakah kamu hubungi Vany? Beritahu dia mengenai keadaan Johan di sini’’ ucap bu Maryam.

Intan tersenyum cerah dan senang karena ibunya menyuruh untuk menghubungi Vany. Rasanya lega semoga mereka menjadi kekuatan yang di butuhkan Johan untuk menghadapi masalah ini.

Dengan semangat pula Intan menelpon Vany dengan ponsel milik Johan, ingin memberitahukan tetang keadaan Johan sekarang ini.

‘’Halo kak, ini aku Intan’’ kata Intan.

‘’Kok kamu menelfon pakai nomor Johan? Lalu dimana Johan sekarang? Kenapa gak ada kabar sama sekali?’’ jawab Vany dengan pertanyaan yang beruntun karena ia sangat resah.

Intan menarik nafas dalam-dalam dan mengumpulkan keberanian untuk menjelaskan situasi yang tidak mengenakan tersebut.

‘’Kak, aku minta kamu dengarkan baik-baik ya. Ada sesuatu yang sangat penting perlu aku sampaikan’’ ujar Intan di sambungan telefon.

‘’Kak Vany bisa ke sini gak? Ke rumah sakit susilo’’ sambung Intan di dalam panggilan tersebut. Sambil menelan ludah di tenggorokan untuk bersiap menghadapi reaksi dari Vany.

‘’Loh, siapa yang sakit Tan?’’ tanya Vany dan terdiam sejenak hatinya berdebar kencang.

‘’Astaga! Mas Johan, Tan? Mas Johan kenapa?’’ tanya vany lagi dengan suara bergetar, sembari meneteskan air mata, ia yakin kalau yang sedang di rawat adalah Johan.

‘’Kakak ke sini aja ya, aku tunggu?’’ jawab Intan yang merasa tak enak hati.

‘’Baiklah Tan, aku siap-siap dulu mau ke sana’’ sahut Vany berusaha mengendalikan perasaannya yang gelisah.

Intan lalu menutup panggilan tersebut. Vany tidak mampu menahan kesedihannya, walau dia belum  mengerti dengan jelas apa yang terjadi pada Johan. Namun karena rasa cintanya yang begitu besar pada lelaki itu, hati Vnay sudah diliputi gelisah yang menghantui.

Tangan Vany bergetar dan air matanya menetes di kedua pipi, ‘’ kamu kenapa mas? Semoga kamu baik-baik saja’’ ucapnya lirih sambil berganti baju.

Vany bersiap menuju ke rumah sakit, ia langsung menjalankan mobilnya dengan perasaan yang sedih dan gelisah. Di runag inap rumah sakit, Johan terbaring lemah tak sadarkan diri dengan mata yang masih terpejam.

‘’Ibu tak kuat melihatmu seperti ini, Han. Sadarlah nak, buka mata kamu dan bicara sama ibu seperti dulu’’ ucap bu Maryam lirih sambil membelai rambut Johan.

Sementara itu Intan juga sedang berbicara dalam hatinya, ( aku janji, mas. Setelah ini kita akan pergi dari kota ini. Kau tidak perlu bersusah payah untuk bisa menjadi orang sukses.) itu yang ada di dalam hatinya Intan.

BERSAMBUNG...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!