18. Sensitif

"Aku sungguh tidak tahu yang Mas Andi bicarakan. Kalau sudah tidak ada yang lain, silahkan Mas Andi pulang. Aku ingin istirahat." Jenny beranjak menuju pintu, mempersilahkan agar Andi segera keluar dari rumahnya.

"Tidak usah mengelak, Jen. Aku yakin itu kamu. Apa kamu tahu? Di situs-situs ilegal, mereka menawarkan sejumlah uang kepada siapa saja yang tahu keberadaan mu," ucap Andi tanpa beranjak dari tempat duduknya.

Andi justru kembali memutar video itu lalu sengaja melihatnya di depan Jenny. "Tubuhmu ... ah ... Aku juga ingin merasakannya," desah Andi.

"Berapa mereka membayarmu untuk melakukan ini? Aku juga mau melakukannya!" tanya Andi yang sekarang mengarahkan matanya pada Jenny, mata dengan tatapan kotor penuh gairah dan nafsu.

"Aku benar-benar tidak tahu yang kamu katakan! Sebaiknya Mas Andi pulang kalau tidak ada yang ingin dibicarakan," kata Jenny dengan tangan mencengkeram gagang pintu kuat-kuat untuk menahan kemarahannya.

"Masih ingin menyangkal rupanya. Bagaimana kalau aku perlihatkan video ini pada Satya. Kira-kira bagaimana reaksinya? Apa yang akan dia katakan? Hmm ... aku jadi penasaran. Bagaimana menurutmu?" Ini hanya pertanyaan biasa tetapi terdengar sangat menakutkan bagi Jenny. Apakah Andi berusaha mengancamnya?

"Apa yang sebenarnya kamu inginkan?!!"

Andi tertawa penuh kemenangan. "Seperti yang tadi aku katakan, aku ingin menikmati tubuhmu sama seperti laki-laki yang ada di video itu." Andi berjalan mendekati Jenny. "Ayo, kita lakukan sekarang. Mumpung tidak ada orang!" berusaha menarik tangan Jenny.

"Dasar gila! Aku tidak sudi tangan kotormu itu menyentuh tubuhku!"

"Aku memang gila karena sangat menginginkan tubuhmu, meskipun kamu sedang hamil. Itu semakin membuatku bergairah. Aku penasaran bagaimana rasanya bercinta dengan perempuan hamil," menyeringai mesum.

Jenny tidak mengerti. Sudah puluhan laki-laki hidung belang yang dia temui, tetapi cuma Andi yang memiliki pikiran psikopat seperti ini. Dia ingin bercinta dengan istri dari adik sepupunya sendiri?!! Dan juga sedang hamil?!! Orang gila macam apa ini?!!

"Pergi dari sini sekarang!!! Kamu membuatku jijik!!!" geram Jenny.

"Kamu berani berkata seperti itu kepadaku?!! Apakah itu artinya kamu menantangku? Baik kalau begitu, aku akan memperlihatkan video ini pada Satya dan seluruh warga kampung agar mereka mengusirmu!" ancam Andi, mulai marah dengan penolakan Jenny.

"Jen, kenapa berdiri di depan pintu. Apa kamu ingin menyambutku?" tiba-tiba suara Satya terdengar dari luar. Jenny merasa sangat lega.

Mendengar suara Satya, Andi pun kembali ke tempat duduknya.

"Sat, akhirnya kamu pulang juga. Ini, di dalam ada Mas Andi."

"Oh ... Benarkah?" Satya segera masuk ke dalam rumah dan melihat Andi duduk di kursi sambil memainkan handphonenya. "Tumben Mas Andi datang ke rumah. Ada perlu apa?" tanya Satya.

Andi berlagak biasa saja. "Tidak apa-apa Sat, hanya main saja. Sudah lama aku tidak main ke rumahmu."

Sungguh saat ini Jenny sangat berharap Andi segera pergi dari rumah ini. Tetapi laki-laki itu begitu menyebalkan, dan sepertinya belum ingin beranjak dari duduknya, meskipun ada Satya.

"Bagaimana kabarmu, Sat? Sudah lama kita tidak mengobrol." Padahal mereka masih sepupu, tetapi hubungan kedua keluarga ini tidak begitu dekat karena sikap sombong Andi dan keluarganya.

"Aku melihat sebuah video dan itu mengingatkan aku pada istrimu. Jadi aku datang kemari untuk memastikannya. Kamu mau melihatnya?"

"Oh ... Ya? Video apa?" tanya Satya dengan polosnya. Andi tampak serius menyentuh-nyentuh layar handphonenya. "Ini lihatlah sendiri!" Andi menyodorkan handphonenya kepada Satya.

"Apa kamu juga sudah melihatnya, Jen?" Satya menoleh kepada Jenny. Gadis itu menggeleng tetapi disertai tatapan memohon dan Satya tahu artinya. "Sepertinya nanti saja Mas, aku akan lihat melalui handphoneku. Mas Andi kirimkan saja linknya kepadaku," kata Satya mengembalikan handphone itu kepada Andi. Melihat gelagat Jenny yang aneh, Satya mengerti apa yang harus dia lakukan.

"Kamu harus melihatnya sekarang!" Andi bersikeras. Dia kembali menyodorkan handphonenya ke depan mata Satya kali ini dengan layar yang sudah memutar video yang dia maksud. Mau tak mau Satya pun melihatnya.

Jenny hanya bisa pasrah dan berdiri mematung di depan pintu. Dalam hatinya dia mengutuk Vero. Pasti Vero yang menyebarkan video itu, video pergumulannya dengan Sean yang direkam secara diam-diam oleh Sean.

"Tidakkah wajah gadis dalam video itu terlihat sangat familiar? Katakan sesuatu Sat!" Andi tersenyum puas. Dia ingin memberi pelajaran Jenny karena tidak mau meladeni keinginannya. Jadi Andi menunjukkan video itu pada Satya, berharap Satya marah lalu mengusirnya.

Satya tidak menjawab. Dia hanya melihat video itu sekilas lalu mendorong handphone itu menjauh dari depannya.

"Pantas Mas Andi belum menikah sampai sekarang, rupanya Mas Andi menonton video seperti itu untuk melampiaskan nafsu Mas Andi," ujar Satya dengan tenang.

Andi terkejut mendengar jawaban Satya. Senyum yang tadi tersungging di bibir Andi seketika memudar. Sebuah sindiran telak yang membuat kesombongannya runtuh begitu saja. Tetapi yang lebih mengejutkan adalah ekspresi Satya yang terlihat datar saja. Padahal di video itu terlihat Jenny sedang bercinta dengan seorang laki-laki yang jelas bukan Satya.

"Sat, kamu sadarkan siapa perempuan yang ada di video ini?! Dia ini istrimu loh?!"

"Mas Andi ini bicara apa sih?! Kalau tidak ada yang lain mending Mas Andi pulang saja. Aku dan Jenny mau istirahat. Aku sarankan, sebaiknya Mas Andi segera menikah, jangan sering-sering menonton video seperti itu, nanti Mas Andi jadi bujang lapuk!" ujar Satya masih dengan tenangnya.

Wajah Andi merah padam. Niatnya memperlihatkan video ini kepada Satya untuk memberi pelajaran Jenny, karena telah menolaknya. Tetapi ternyata tidak berjalan sesuai harapannya. Bahkan sekarang dia sendiri yang tersinggung dan merasa dipermalukan oleh Satya.

"Awas saja kalian berdua!!!" batin Andi geram lalu pergi dari rumah Satya.

Satya berdiri, menghampiri Jenny yang mematung di depan pintu sambil menunduk. "Kamu boleh marah dan jijik sama aku Sat, aku tidak akan menyalahkanmu," ucap Jenny tanpa berani menatap Satya. Jenny sendiri merasa jijik dengan dirinya sendiri, apalagi Satya.

Satya menangkup wajah Jenny lalu mengelus pipinya dengan kedua ibu jarinya. Pipi yang masih mulus meskipun Jenny sudah tidak menggunakan perawatan apapun. Satya menatap perempuan di depannya itu dengan penuh kasih, seakan video yang baru saja dia lihat itu tidak mempengaruhinya sama sekali.

"Tidak usah dipikirkan. Aku tidak mau kamu stress, kasihan dia," ucap Satya kemudian mengalihkan tangannya ke perut Jenny, mengusap-usapnya sebentar kemudian mengecupnya.

Satu bulir bening menetes di pipi Jenny tanpa bisa dia tahan. Entah perubahan hormon karena kehamilannya membuat dia sangat sensitif, atau memang ini sesuatu yang patut ditangisi karena sikap Satya yang begitu manis dan sangat protektif.

Terpopuler

Comments

Yuli a

Yuli a

takutnya andi melaporkan posisi jeni kepada Ira. ditukar dengan uang..

2024-12-23

0

Soraya

Soraya

yang sabar ya Satria sama jennie

2024-11-22

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!