Keputusan Azka

"Lagian ini sudah malam Tuan, lebih baik kita kembali. Tak enak juga bertamu malam-malam," ujar Pak Lurah pada Alva yang sepertinya kekeuh ingin bertemu dengan wanita yang telah membuat nasi bungkus yang dirinya makan.

"Yasudah, besok pagi anda harus kembali menemani saya untuk bertemu dengannya." Pinta Alva.

Pak Lurah mengangguk, pria paruh baya itu pun berbalik dan mengajak Alva untuk segera pergi dari sana. Sementara Alva, dia akan berbalik. Namun, matanya justru menatap ke arah sepasang sepatu laki-laki yang ada di depan pintu. Kening pria itu mengerut dalam, dia mengangkat pandangannya kembali ke arah pintu itu.

"Tuan, ayo! Banyak nyamuk disini!" Seru Daniel yang sudah berjalan jauh dari sana.

Dengan langkah ragu, Alva beranjak pergi. Meninggalkan rumah yang tidak dia ketahui jika itu di tempati oleh Yara. Setelah memastikan Alva pergi, Yara kembali membuka suara. Dia menatap Azka dengan tatapan khawatir, sekaligus takut.

"Apa Mas Alva sudah tahu tempat persembunyian Kakak? Azka, kakak takut sekali. Bagaimana ini?"Ujar Yara dengan panik.

"Kakak tenang dulu, jangan panik. Menurutku, Bang Alva belum tahu kalau kakak yang ada di rumah ini. Aku tidak tahu bagaimana dia bisa disini tapi yang jelas, dia datang karena hal lain. Kalau tahu kakak tinggal disini, bukan hanya mengetuknya. Tapi dia juga pasti akan mendobraknya, percayalah." Terang Azka berdasarkan pemikirannya.

"Besok mereka akan kembali, kita harus apa?!" Seru Yara.

Azka terdiam, dia berpikir keras. Sementara Yara, dia langsung masuk ke kamar anak kembarnya. Untuk sekarang, yang lebih dia khawatirkan kedua anaknya. Yara tidak mau si kembar bertemu dengan ayah mereka. Yara lebih tidak sanggup lagi jika harus berpisah dengan mereka saat ini.

Lama berpikir, Azka pun memutuskan jika dia yang akan mengambil keputusan. Pria itu segera mengambil ponselnya dari dalam saku celananya dan menelpon seseorang. Tak butuh waktu lama, orang yang di telpon pun mengangkat panggilannya.

"Bro, bisa jemput gue sekarang?"

Yara yang sedang menatap kedua anak kembarnya yang masih tertidur terkejut saat mendapati Azka tiba-tiba masuk dengan raut wajah tegangnya. "Kak, bersiaplah! Kita akan pergi malam ini juga!"

"Apa?!"

.

.

.

Yara memasangkan jaket pada putrinya yang masih tertidur lelap. Sementara Jovan, anak itu memang mudah sekali terbangun. Jadi, saat ini dia memasang sendiri jaketnya dengan raut wajah kantuknya. Walaupun mengantuk, Jovan tetap memaksa membuka matanya.

"Kita mau kemana Bunda?" Tanya Jovan saat melihat Azka meraih Vara ke dalam gendongannya.

"Kita akan pergi, ayo!" Ajak Yara seraya menggandeng tangan sang putra.

Mereka telah di tunggu oleh sebuah mobil berwarna putih yang terparkir di depan rumah. Tak lama, keluarlah seorang pria seumuran dengan Azka. Pria itu langsung membantu Azka memasukkan koper-koper milik Yara ke dalam bagasi mobilnya. Sementara Azka, dia membuka pintu mobil bagian penumpang dan meminta Yara masuk. Keadaan malam yang sangat sepi dan sunyi membuat mereka bisa pergi tanpa di ketahui siapapun.

Azka menyusul masuk ke dalam mobil, dia duduk di bangku sebelah kemudi seraya memangku Vara yang masih tertidur. Di kursi belakang, Yara memeluk putranya yang terlihat sedikit takut. Apalagi, saat ini mereka menumpang di mobil orang.

"Jadi, kita balik ke Bandung?" Tanya teman Azka itu.

"Ya," jawab Azka dengan singkat.

Mobil pun melaju pergi, meninggalkan rumah yang selama ini Yara tempati. Rumah yang menjadi saksi kelahiran si kembar empat tahun yang lalu. Rumah itu memiliki banyak kenangan yang tak bisa Yara ceritakan semuanya. Untungnya, saat dia meninggalkan kediamannya itu, Yara sudah membayar full uang sewa rumah itu tahun ini.

"Oh iya, kak. Kenalkan, dia Owen. Temanku di komunitas motor, dia juga yang telah memberitahu keberadaan kakak." Celetuk Azka secara tiba-tiba.

"Eh iya, salam kenal. Terima kasih atas bantuanmu, Owen." Ujar Yara dengan ramah.

"Sama-sama, Kak. Aku gak sengaja liat Kakak jualan kue di pasar, aku juga salah satu pembeli kue Kakak loh." Sahut Owen tak kalah ramah.

Yara mengerjapkan matanya, "Oh iya? Kok aku gak inget yah." Gumam Yara. Wajah Owen sangat asing menurutnya, tapi entahlah. Mungkin saja Owen pernah membeli darinya tapi dia yang tak sadar.

Mungkin karena sudah tengah malam, Yara tertidur seraya memeluk putranya. Begitu pun dengan Jovan, anak itu kembali melanjutkan tidurnya yang sempat tertunda di dalam pelukan sang Bunda. Sementara Azka, dia tetap membuka matanya. Tangannya tak berhenti mengelus kepala Vara, dan sesekali mengecek apakah keponakannya itu tertidur dengan nyaman di pangkuannya atau tidak.

"Awalnya aku ragu jika dia adalah kakakmu, sampai akhirnya aku mencoba mencocokkan foto yang kamu sempat berikan padaku beberapa waktu lalu. Walaupun sudah lima tahun berlalu, tak banyak berubah darinya. Hanya saja, kakakmu terlihat lebih kurus." Ujar Owen memecah keheningan perjalanan.

"Ya, kakakku sangat menderita. Ini semua karena ulah pria tak bertanggung jawab itu. Dia menjadikan kakakku sebagai mesin pencetak anak untuknya dan istri pertama nya. Dia menipu kami, dan membiarkan kakakku ketakutan sendirian." Ucap Azka dengan tatapan penuh kebencian.

"Yaaah, yang namanya jalan hidup seseorang itu sudah di atur sedemikian rupa. Bisa saja, kakakmu akan kembali bersama suaminya dan mereka ...,"

"Itu tidak akan pernah terjadi! Aku orang pertama yang akan menentang hubungan mereka!" Sela Azka dengan menatap tajam ke arah temannya itu.

Sementara itu, di hotel. Tampak Alva sedang berdiri di depan balkon kamar hotelnya. Pria itu membiarkan tubuhnya terkena angin malam. Tatapan matanya mengarah pada langit, dimana malam itu terlihat mendung karena tak ada bintang yang menghiasinya. Sejenak, Alva menghela nafas pelan, dia memikirkan tentang perkataan Pak Lurah sore tadi.

"Namanya Yara, dia yang membuat nasi bungkus untuk para pekerja." Ujar Pak Lurah yang membuat Alva terkejut bukan main.

"Yara?!" Seru Alva dengan mata membulat sempurna.

"Ya, apa anda mengenalinya?" Tanya Pak Lurah dengan kening mengerut.

Alva menggeleng pelan, "Bisa anda antar saya untuk menemuinya? Saya ingin memastikan sesuatu." Ujar Alva dengan yakin.

Alva menghela nafas berat, dia ragu saat dirinya melihat sepatu laki-laki yang ada di depan pintu rumah Yara. "Mungkin saja beda orang, tadi saja ada sepatu pria. Tapi, katanya dia janda." Gumam Alva.

Rasanya, Alva semakin di buat penasaran. dia tak sanggup jika menunggu sampai pagi. Pria itu pun menatap ponselnya yang sedari tadi dia genggam. Kemudian, dia mencari sesuatu di galeri ponselnya.

"Astaga, aku lupa jika semua fotoku dengan Yara sudah hilang bersamaan dengan ponsel ku sebelumnya. Ck!" Alva berniat ingin memastikan, apakah Yara yang di maksud adalah Yara yang sama? Atau justru berbeda orang. Sayangnya, ponselnya yang sebelumnya telah hilang. Jadi, dia tak menyimpan kenangan apapun bersama dengan Yara

Tok!

Tok!

Tok!

Alva menoleh ke dalam kamarnya, pria itu mengerutkan keningnya dalam. Siapa malam-malam begini mengetuk pintu kamarnya tanpa jeda. Padahal, kamar hotelnya tersedia bell. Mengapa pintunya harus di ketuk? Alva pun memutuskan untuk melihat siapa yang datang ke kamarnya malam-malam seperti ini.

Cklek!

"Kamu?" Kaget Alva saat melihat Daniel yang datang ke kamar hotelnya dengan hanya memakai celana pendek tanpa mengenakan baju. Terlihat, pria itu sedang mengatur nafasnya yang terdengar memburu.

"Tuan hah ... hah ... Nyonya ... Nyonya kritis!"

"APA?!"

___

Jangan lupa dukungannya🥰🥰

Terpopuler

Comments

◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ

◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ

dan nyonya yang dimaksud adalah.....

2025-02-06

3

Her Liana

Her Liana

nyonya siapa? istri atau ibunya Alva?

2024-12-10

1

🌹Erna 2 🌹

🌹Erna 2 🌹

nyonya, siapa nih? istri pertama Alva apa ibunya Alva?

2024-11-26

2

lihat semua
Episodes
1 Buku nikah di ruang kerja Mas Alva
2 Keputusan Yara
3 Si kembar yang menggemaskan
4 Hampir bertemu
5 Kerinduan si kembar
6 Kedatangan Azka
7 Keputusan Azka
8 Kembali pulang
9 Tragedi
10 Pertemuan yang tak terduga
11 Hubungan kita belum selesai
12 Hubungan kita selesai, Mas!
13 Lepaskan salah satunya!
14 Tingkah si kembar
15 Pertemuan pertama Alva dan Jovan
16 Keputusan Yara
17 Di luar rencana
18 Berduka
19 OM ALPAAA!
20 Terungkapnya keberadaan si kembar
21 Balasan kecil dari Azka
22 Rindu Ayah
23 Lujaaaaakk!
24 Bertemu cucu
25 Kehebohan Grace
26 Kelakuan Alva yang meresahkan
27 Kita paloan yah
28 Kecemburuan Alva
29 Jangan buat Bunda menangis, Ayah
30 Kediaman Elgard
31 Dua puluh tujuh hari sebagai syarat
32 Perdebatan Azka dan Alva
33 Perjanjian
34 Ajakan makan malam
35 Tak pantas mencintainya
36 Tamparan tak di sengaja
37 Kelakuan keluarga Elgard
38 akta si kembar
39 Ku cemburu
40 Pergi bersama
41 Suasana yang hangat dan haru
42 Keadaan hati
43 Jovan sakit
44 Selalu dengan kehebohan
45 Tangisan tanpa suara
46 Kepasrahan Alva
47 Rekam hati seorang anak
48 Andaikan
49 Kembali ke rumah lama
50 Akhir dari persyaratan
51 Jenguk cucu
52 Tidak siap berpisah
53 Kejutan di hari sidang
54 Bukan perpisahan yang diinginkan
55 Tak ingin kehilangan
56 Ingin bertemu ayah
57 Masih mencintainya
58 Hati yang terluka
59 Takut
60 Hanya ketakutan
61 Si kompor meleduk
62 Rindu yang tak bisa di jelaskan
63 Terbayang akan penyesalan
64 Mulai membaik
65 Bertemu lagi
66 Onty cama angkel ngapain?
67 Kebahagiaan yang di inginkan
68 Rumah baruuu
69 Dia yang sangat menggemaskan
70 Pertemuan tak sengaja
71 Aku percaya dengan Istriku
72 Pesanan Oma
73 Aku ingin kejutanku sayang
74 Akhirnya ....
75 Wajah berseri Alva
76 Kedatangan Tuan Arlo
77 Respon si kembar
78 Tentang Tuan Arlo
79 Tidak kalah pedas
80 Kejutan di luar Kejutan
81 Pilihan Alva
82 Ingin bertemu
83 Lebih takut kehilangan kalian
84 Ego Tuan Arlo
85 kelakuan si kecil
86 Mual~
87 Calon adik si kembar
88 Vara yang merajuk
89 Ketegasan Alva
90 Calon debay~
91 Keanehan Malven
92 Lindunya nanti dulu, Vala lapal
93 Tendangan calon baby
94 Gara-gara si Owen
95 Copan kah begitu?
96 Pertama masuk sekolah
97 Mengidam
98 Paksu merajuk
99 Diresmikan
100 Gara gara Pr
101 Tuan Arlo
102 Obrolan santai
103 Jujur dan percaya kunci segalanya
104 Keposesifan Alva
105 Kehamilan Fanny
106 Gara gara kambing
107 Kehangatan keluarga
108 Penyesalan Tuan Arlo
109 Mencintaimu
110 Lahiran mendadak
111 Ezhar Zeroun Elgard
112 Ekstra part 1
113 Ekstra part 2
114 Ekstra Part 3
115 Ekstra part 4
116 Ekstra part 5
117 Ekstra part end
118 KARYA BARU: BERONDONG PILIHAN SINGLE MOM
119 Bonchap
120 Bonchaaap
121 Bonchap MalVa
122 Bonchap MalVa
123 Bonchap MalVa
124 Bonchap MalVa
125 Bonchap MalVa
126 Bonchap MalVa
127 Bonchap MalVa
128 Bonchap MalVa
129 Bonchap MalVa
130 Bonchap MalVa
131 Bonchap MalVa
132 Bomchaap MalVa
133 Bonchap Malva
134 Bonchap MalVa
135 IF YOU COME BACK
136 KARYA BARU!
137 Cinta Yang Kamu Pilih (Promosi)
Episodes

Updated 137 Episodes

1
Buku nikah di ruang kerja Mas Alva
2
Keputusan Yara
3
Si kembar yang menggemaskan
4
Hampir bertemu
5
Kerinduan si kembar
6
Kedatangan Azka
7
Keputusan Azka
8
Kembali pulang
9
Tragedi
10
Pertemuan yang tak terduga
11
Hubungan kita belum selesai
12
Hubungan kita selesai, Mas!
13
Lepaskan salah satunya!
14
Tingkah si kembar
15
Pertemuan pertama Alva dan Jovan
16
Keputusan Yara
17
Di luar rencana
18
Berduka
19
OM ALPAAA!
20
Terungkapnya keberadaan si kembar
21
Balasan kecil dari Azka
22
Rindu Ayah
23
Lujaaaaakk!
24
Bertemu cucu
25
Kehebohan Grace
26
Kelakuan Alva yang meresahkan
27
Kita paloan yah
28
Kecemburuan Alva
29
Jangan buat Bunda menangis, Ayah
30
Kediaman Elgard
31
Dua puluh tujuh hari sebagai syarat
32
Perdebatan Azka dan Alva
33
Perjanjian
34
Ajakan makan malam
35
Tak pantas mencintainya
36
Tamparan tak di sengaja
37
Kelakuan keluarga Elgard
38
akta si kembar
39
Ku cemburu
40
Pergi bersama
41
Suasana yang hangat dan haru
42
Keadaan hati
43
Jovan sakit
44
Selalu dengan kehebohan
45
Tangisan tanpa suara
46
Kepasrahan Alva
47
Rekam hati seorang anak
48
Andaikan
49
Kembali ke rumah lama
50
Akhir dari persyaratan
51
Jenguk cucu
52
Tidak siap berpisah
53
Kejutan di hari sidang
54
Bukan perpisahan yang diinginkan
55
Tak ingin kehilangan
56
Ingin bertemu ayah
57
Masih mencintainya
58
Hati yang terluka
59
Takut
60
Hanya ketakutan
61
Si kompor meleduk
62
Rindu yang tak bisa di jelaskan
63
Terbayang akan penyesalan
64
Mulai membaik
65
Bertemu lagi
66
Onty cama angkel ngapain?
67
Kebahagiaan yang di inginkan
68
Rumah baruuu
69
Dia yang sangat menggemaskan
70
Pertemuan tak sengaja
71
Aku percaya dengan Istriku
72
Pesanan Oma
73
Aku ingin kejutanku sayang
74
Akhirnya ....
75
Wajah berseri Alva
76
Kedatangan Tuan Arlo
77
Respon si kembar
78
Tentang Tuan Arlo
79
Tidak kalah pedas
80
Kejutan di luar Kejutan
81
Pilihan Alva
82
Ingin bertemu
83
Lebih takut kehilangan kalian
84
Ego Tuan Arlo
85
kelakuan si kecil
86
Mual~
87
Calon adik si kembar
88
Vara yang merajuk
89
Ketegasan Alva
90
Calon debay~
91
Keanehan Malven
92
Lindunya nanti dulu, Vala lapal
93
Tendangan calon baby
94
Gara-gara si Owen
95
Copan kah begitu?
96
Pertama masuk sekolah
97
Mengidam
98
Paksu merajuk
99
Diresmikan
100
Gara gara Pr
101
Tuan Arlo
102
Obrolan santai
103
Jujur dan percaya kunci segalanya
104
Keposesifan Alva
105
Kehamilan Fanny
106
Gara gara kambing
107
Kehangatan keluarga
108
Penyesalan Tuan Arlo
109
Mencintaimu
110
Lahiran mendadak
111
Ezhar Zeroun Elgard
112
Ekstra part 1
113
Ekstra part 2
114
Ekstra Part 3
115
Ekstra part 4
116
Ekstra part 5
117
Ekstra part end
118
KARYA BARU: BERONDONG PILIHAN SINGLE MOM
119
Bonchap
120
Bonchaaap
121
Bonchap MalVa
122
Bonchap MalVa
123
Bonchap MalVa
124
Bonchap MalVa
125
Bonchap MalVa
126
Bonchap MalVa
127
Bonchap MalVa
128
Bonchap MalVa
129
Bonchap MalVa
130
Bonchap MalVa
131
Bonchap MalVa
132
Bomchaap MalVa
133
Bonchap Malva
134
Bonchap MalVa
135
IF YOU COME BACK
136
KARYA BARU!
137
Cinta Yang Kamu Pilih (Promosi)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!