Si kembar yang menggemaskan

"KAMU MENGKHIANATI PUTRIKU HAH?! KAMU MENGKHINANATINYA!" Teriak Salma seraya memukuli Alva. Pria itu tak membalas, dia membiarkan ibu mertuanya melampiaskan amarahnya.

"Bu, udah Bu! Udah!" Seru Azka seraya menahan tangan sang ibu yang akan kembali memukuli abang iparnya.

Salma menangis, dia khawatir dengan keadaan putrinya saat ini. Sedangkan Azka, dia menatap tajam Alva yang saat ini tengah menunduk dengan perasaan bersalah. Tak lama, Alva mengangkat pandangannya, dia menatap nanar ke arah ibu mertuanya yang memanggil-manggil nama Yara.

"Bu, maaf. Maafkan Alva, Alva tidak jujur sedari awal jika Alva sudah memiliki istri. Maafkan Alva." Lirih Alva.

Mendengar itu, Salma menghentikan tangisnya, dia menatap penuh kecewa Alva yang masih berani menatapnya. Perlahan, Salma maju melangkah. Tatapannya tak lepas dari pria yang telah menikahi putrinya.

PLAK!

Azka membulatkan matanya, dia segera meminta ibunya untuk menjauh setelah menampar Alva.

"PERGI! PERGI KAMU DARI SINI! SEBELUM PUTRIKU KEMBALI, JANGAN HARAP KAMU MENDAPAT MAAF DARIKU!" Bentak Salma.

"Dan ingat, setelah dia kembali. Ceraikan dia dan kembalikan dia pada Ibu! Kamu tidak berhak membuat putriku menderita!" Ujar kembali Salma seraya menunjuk lemah pada Alva

Alva berbalik, dia beranjak pergi dan tak berani menoleh kembali. Tubuh Salma luruh, Azka pun segera memeluk ibunya dengan menahan tangisnya. "Cari kakakmu Dek, cari kakakmu hiks ... dia pasti tengah terpukul. Dia pasti sedang terpukul saat ini hiks ...." Isak Salma.

"Aku akan mencari kakak Bu, aku akan mencarinya." Ujar Azka dengan menitikkan air matanya.

Alva menatap Azka dan Salma dari balik jendela mobilnya, pria itu menyorot keduanya dengan tatapan sendu. Entah apa yang ada di dalam pikirannya, yang jelas Alva merasa bersalah pada keduanya.

"Yara tahu aku akan mencarinya di rumah ibunya, makanya dia tidak pulang kesini. Lalu, kemana perginya Yara?" Batin Alva, memikirkan kondisi istri keduanya itu.

.

.

.

Lima tahun kemudian.

Seorang wanita cantik terlihat baru saja menghentikan motornya di depan rumah sederhana miliknya. Dia membuka helmnya yang sedari tadi memberatkan kepalanya. Setelah itu, dia turun dari motornya dan mengambil belanjaan yang tadi dirinya beli.

"Eh Bu Yara, belanja Bu?" Seorang tetangga datang dan menyapa wanita yang tak lain adalah Yara.

"Eh Bu Leni, iya nih bu. Si kembar lagi pengen makan ayam, jadinya harus beli dulu ke pasar." Sahut Yara dengan ramah.

"Kebetulan saya masak ayam, sebentar yah saya ambilkan! Tunggu dulu!" Seru ibu itu ketika tahu yang menginginkan ayam tersebut.

"Eh Bu, jangan. Gak usah!" Seru Yara dengan panik. Namun, Bu Leni pergi begitu saja. Meninggalkan Yara yang kebingungan di buatnya.

Prang!

Teng!

Brak!

Kening Yara mengerut dalam, dia mendengar ada suara panci yang di benturkan dengan panci lain. Penasaran, wanita itu segera masuk. Tak lupa, ia membawa serta belanjaan ke dalam rumahnya.

Prang!

"Apa lah abang ini hiks ... di culuhna aku cuci piling telus hiks ... nda cuka juga hiks ... hwek! Ini juga, bicana gocong p4nt4tna! Hitam kali hiks ....,"

Langkah Yara terhenti setibanya dia di kamar mandi. Matanya melotot sempurna saat melihat gadis kecil sedang berjongkok dengan wajan dan beberapa alat masak yang kotor lainnya.

"Astaga! Vara ngapain sayang?!" Seru Yara yang mengejutkan bocah menggemaskan itu.

"Ekheee Bundaaa! Vala capek hiks ... Vala capek hiks ... abang culuh Vala ...,"

"Jangan mengada-ngada kamu!"

Keduanya di kejutkan dengan kedatangan anak kaki-laki tampan yang sedang membawa plastik hitam di tangannya. Yara menepuk keningnya pelan, dia menaruh belanjaannya dan menatap kedua bocah menggemaskan itu.

"Nda ada, ada! Memang adana ada! Abang culuh Vala cuci piling ini cemua, telus ...,"

"Buat lagi slime yang ada di Gotub itu. Buat nah lagi! Ambil panci Bunda buat slime itu! Biar di omelin Bunda kamu!" Omelnya pada si gadis kecil di dekatnya.

Empat tahun yang lalu, Yara berhasil melahirkan sepasang bayi kembar. Anak pertamanya laki-laki, bernama Jovan Alvaro. Sedangkan si bungsu bernama Vara Alviza. Keduanya memiliki sifat yang berbeda. Jovan memiliki pola pikir lebih dewasa, dia bisa dengan cepat belajar. Daya tangkapnya jauh lebih kuat di bandingkan dengan sang adik. Sementara Vara, di usianya yang beberapa bulan lagi akan menginjak tahun ke lima, masih ada beberapa huruf yang belum benar ia ucap.

"Slime?" Tanya Yara dengan bingung.

"Iya, habis sampo sama dia! Bunda tahu ini apa? Ini sampo, sabun cuci piring, sabun mandi, di tambah minyak goreng dia pakai semua bahan buat bikin slime! Buang aja anak begitu Bun! Nyusahin!" Seru Jovan dengan tatapan kesal.

"ABAAANGG JANAN JADI KOMPOOOLL!" Teriak Vara dengan kesal.

Yara menghela nafas berat, dia menatap putrinya yang menunduk seraya memainkan sabun. "Terus, itu kenapa pancinya gosong? Apa kalian bermain api? Sudah Bunda bilang berapa kali, jangan nyalakan kompor. Bunda tau, kalian bisa menyalakannya. Tapi, itu bahaya sayang." Tegur Yara dengan lembut.

"Tuh! Omelin Bunda! Omelin!" Seru Jovan mengompori sang bunda.

"ABANG JANAN KOMPOLIN BUNDAAA DI BILANGNAAA! HUAAA!" Vara yang kesal pun akhirnya menangis keras. Bukannya membantu abang nya malah mengompori bunda mereka.

"Hais, sudah-sudah. Vara cuci tangan dan kaki gih, abis itu ganti bajunya." Titah Yara seraya menggulung tangan bajunya. Dia berniat akan menggantikan putrinya mencuci semua cucian itu.

"KEMBAR! BIBI BAWA AYAM SEMUR NIH!" Seru Bu Leni yang mana membuat tangisan Vara terhenti. Senyumnya merekah, dia segera melakukan apa yang bundanya seru dan menyambut tetangga mereka.

"CEMUUUL, AKU DATAAANGG!" Seru Vara dan berlari menghampiri sang tamu.

Yara menggelengkan kepalanya, dia berjongkok dan bersiap akan mencuci kekacauan yang putrinya buat. Namun, saat menoleh. Dia terkejut mendapati Jovan yang turut berjongkok di sebelahnya.

"Jovan ngapain nak?" Bingung Yara.

"Jovan bantu, Bunda kan udah capek ngurus kita. Masa harus ngurus kekacauan yang adek buat, biar Jovan juga tanggung jawab." Ujar Jovan dengan tatapan seriusnya.

Yara menghela nafas pelan, "Jovan, umurmu sama dengan Vara. Coba berpikir seperti anak seusiamu, jangan cepat dewasa." Ujar Yara dengan tatapan sendu.

"Kalau Jovan kayak Vara, gak ada yang jaga Bunda dan Vara. Kan, Jovan mau jaga kalian." Serunya dengan menampilkan senyumnya.

Yara sungguh terharu, dia mengusap pelan rambut hitam tebal milik putranya dan mengelus pipinya dengan lembut. "Kamu memang pangeran Bunda, yasudah ... ayo kita bereskan kekacauan yang adikmu buat." Seru Yara dengan semangat.

.

.

.

Malam hari, si kembar sedang menonton siaran di televisi. Sementara Yara, dia tengah menghitung uang hasil penjualannya. Selama tinggal di kota kecil ini, Yara menghidupi dirinya dengan berjualan kue yang dirinya ambil dari toko dan menjualnya. Terkadang, dia berkeliling dan menawarkan pada setiap orang, dan terkadang juga dia mendapat pesanan. Walau begitu, Yara merasa hidupnya banyak di berikan kebahagiaan setelah anak kembarnya lahir.

"Si kembar gak lama lagi memasuki usia lima tahun, mereka akan masuk sekolah TK. Biaya masuk sekolah juga gak sedikit, apalagi dua anak. Pendapatan sehari saja paling banyak seratus ribu, dan aku harus membagi untuk keperluan lain." Lirih Yara.

"Bunda."

Yara terkesiap, dia menoleh dan mendapati putranya berdiri di ambang pintu kamarnya dengan sorot mata yang aneh. Yara mencoba tersenyum, dia melambaikan tangannya meminta sang putra mendekatinya. Perlahan, Jovan mendekat, dia duduk di sebelah sang bunda.

"Abang boleh tanya?" Izin Jovan.

"Tentu saja, putra Bunda ini ingin tanya apa hm?" Sahut Yara seraya memegang dagu putranya.

"Dimana ayah? Kenapa ayah menelantarkan kita? Ayah gak pernah nemuin Bunda, abang dan adek. Ayah biarin bunda cari uang sendiri, ayah biarin kita susah. Kenapa ayah jahat sama kita?" Pertanyaan Jovan membuat jantung Yara serasa berhenti berdetak. Mata wanita itu berkaca-kaca, tetapi bibirnya mencoba tersenyum.

"Ehm begini nak, ada hal yang belum saatnya Jovan tahu. Nanti Bunda akan ceritakan, saat umurmu sudah cukup untuk mencernanya. Yah sayang," ujar Yara dengan penuh kelembutan.

Jovan tak membantah, dia mengangguk mengiyakan. Pria kecil itu hanya merasa, mengapa sang ayah tak pernah datang menemuinya? Melihat bundanya yang mengurusnya dan sang kembaran, di tambah harus berjualan agar mendapatkan uang, rasanya Jovan tak tega.

"Kalau gitu, Jovan main sama adek dulu yah. Badan Bunda rasanya pegal, Bunda mau istirahat dulu. Karena kan besok pagi Bunda harus ambil pesanan lagi." Titah Yara.

Jovan beranjak pergi tampa mengucapkan apapun, tak lama dia kembali dengan toples permen di pelukannya. Kening Yara mengerut sempurna, dia tak mengerti apa yang putranya itu maksudkan. Setibanya Jovan di sisi Yara, dia langsung membuka kaleng permen itu dan menuang isinya ke atas kasur.

"Eh ...." Yara terkejut ketika mendapati banyaknya uang dua ribuan dari dalam kaleng itu.

"Bunda, besok libur saja. Jovan masih ada uang, jadi besok Bunda bisa istirahat." Ujar Jovan dengan tatapan polosnya.

Yara menitikkan air matanya, dia menatap kumpulan uang dua ribu itu dengan hati teriris. "Berapa lama kamu tidak jajan sayang? Sehari jajanmu hanya dua ribu, bagaimana bisa kamu tidak menjajaninya." Lirih Yara.

"Jovan enggak suka jajan, jadi semua uang Jovan tabung." Jelas Jovan dengan tersenyum tipis.

Yara memeluk tubuh putranya, air matanya luruh. "Elgard, ayahmu itu keturunan keluarga Elgard. Seharusnya kamu hidup di istananya, bukan hidup sulit bersama Bunda disini. Bunda egois, maafkan Bunda nak. Maafkan Bunda." Batin Yara menangis karena merasa sedih atas kehidupan anak-anaknya.

.

.

.

Hari ini, Yara membantu tetangganya yang sedang mengadakan acara hajatan. Dia bersama ibu-ibu yang lainnya turut membantu menyiapkan stok kue dan juga beberapa minuman untuk tamu yang datang. Di saat asik menata makanan itu, tiba-tiba saja Bu Leni menepuk bahunya.

"Eh, mana si kembar?" Tanya Bu Leni dengan ramah.

"Biasa bu, main sama yang lain." Sahut Yara.

"Seharusnya bawa kesini, apalagi Vara senang banget jajan." Pinta Bu Leni.

"Gak enak Bu sama yang punya acara, apalagi Vara sangat aktif." Balas Yara.

Bu Leni mengangguk pelan, "Oh iya, kamu lagi cari uang tambahan gak? Kebetulan, ada pengerjaan proyek di dekat kantor lurah. Tanahnya pak lurah di jual, buat di bikin hotel. Nah, kebetulan Pak lurah lagi nyari orang yang bisa masak makanan buat para pekerja. Kamu kan masakannya enak, coba aja kamu ajuin ke Pak lurah." Saran Bu Leni.

Yara terdiam, dia memikirkan ucapan Bu Leni ada benarnya. Lumayan, uangnya bisa untuk tambahan tabungan untuk sekolah si kembar nantinya.

"Boleh deh Bu," ujar Yara dengan tersenyum ramah.

"Nah! Nanti habis ini kita ke rumah Pak Lurah!" Seru Bu Leni dengan semangat.

Sementara itu, Vara sedang bermain dengan teman-temannya yang lain. Mereka biasa main dari rumah ke rumah yang lain menghampiri teman yang belum datang.

"Ih panasna, Vala mau pulang aja lah. Mau minta uang Bunda beli es dogel." ujar Vara dan berbalik pergi meninggalkan para temannya. Dia menghiraukan panggilan mereka yang memintanya kembali.

"Minum yang cegel-cegel enak ini, beli es dogel laaaahh ...." Gumam Vara dengan tersenyum lebar.

Bugh!

Tak sengaja, Vara menabrak seseorang. Dia memegangi keningnya yang terasa sakit. Matanya menatap kaki jenjang seorang pria di depannya, perlahan dia mendongak untuk melihat jelas siapa yang menabraknya. Terlihat, seorang pria bertubuh tinggi dengan wajah yang tampan, sedang memandang ke arah Vara yang baru saja menabraknya dari balik kaca mata hitamnya.

"Tinggi kali, cepelti tiang lictlik." Gumam Vara.

"Apa kamu tidak apa-apa?" Tanya pria itu seraya berjongkok di hadapan Vara. Lalu, dia membuka kaca mata hitamnya agar bisa melihat Vara dengan jelas.

"Eh, gantengnaaaa ...." Pekik Vara dalam hatinya.

"Apa yang sakit? Katakan?" Ujar pria itu seraya mengelus kening Vara.

Vara memundurkan langkahnya, "Jangan buat jantungna Vala beldebal-debal cepelti liat uang melah." Celetuk Vara yang mana membuat pria itu tersenyum.

"Namamu Vala?" Tanya pria itu.

Vara menggeleng, "Bukan pake L, tapi L! Gimana ci, kok cama?! Tau lah, pokokna bedaaa!" Vara kesulitan berbicara R.

"Oh, Vara ... Vara yah. Kenalkan, nama om Alva." Ujar pria itu yang tak lain adalah Alva.

Alva menatap lekat ke arah Vara yang tersenyum menatapnya. Lesung pipi yang terletak di pipi kanan gadis kecil itu mengingatkannya pada seseorang.

"Om Alpa, ada indomaletna nda?"

"Eh?!"

Terpopuler

Comments

Alistalita

Alistalita

Lima tahun telah berlalu, kamu tidak egois yara, kamu berhak bahagia bersama sikembar. Lebih baik hidup sederhana daripada serba ada batin tersiksa, Tak semua bisa dibayar dengan uang biarkan Alva dan dayana menyesali perbuatan mereka..
Mungkin proyek pembangunan hotel yang dimaksud bu Leni milik Alva ya🤔 sepertinya takdir akan segera mempertemukan mereka kembali, Semoga Yara kuatt menghadapi mereka...

2024-05-14

163

◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ

◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ

kamu ibu yang hebat yara. jovan anak yg paham tanggung jawabnya. kamu sukses mendidiknya

2025-02-06

3

Yus Nita

Yus Nita

seberapa jauh jarak pisah yg di buat
klu Tuhan sdh berkehendak, pasti ada jalan utk bertemu

2025-02-05

1

lihat semua
Episodes
1 Buku nikah di ruang kerja Mas Alva
2 Keputusan Yara
3 Si kembar yang menggemaskan
4 Hampir bertemu
5 Kerinduan si kembar
6 Kedatangan Azka
7 Keputusan Azka
8 Kembali pulang
9 Tragedi
10 Pertemuan yang tak terduga
11 Hubungan kita belum selesai
12 Hubungan kita selesai, Mas!
13 Lepaskan salah satunya!
14 Tingkah si kembar
15 Pertemuan pertama Alva dan Jovan
16 Keputusan Yara
17 Di luar rencana
18 Berduka
19 OM ALPAAA!
20 Terungkapnya keberadaan si kembar
21 Balasan kecil dari Azka
22 Rindu Ayah
23 Lujaaaaakk!
24 Bertemu cucu
25 Kehebohan Grace
26 Kelakuan Alva yang meresahkan
27 Kita paloan yah
28 Kecemburuan Alva
29 Jangan buat Bunda menangis, Ayah
30 Kediaman Elgard
31 Dua puluh tujuh hari sebagai syarat
32 Perdebatan Azka dan Alva
33 Perjanjian
34 Ajakan makan malam
35 Tak pantas mencintainya
36 Tamparan tak di sengaja
37 Kelakuan keluarga Elgard
38 akta si kembar
39 Ku cemburu
40 Pergi bersama
41 Suasana yang hangat dan haru
42 Keadaan hati
43 Jovan sakit
44 Selalu dengan kehebohan
45 Tangisan tanpa suara
46 Kepasrahan Alva
47 Rekam hati seorang anak
48 Andaikan
49 Kembali ke rumah lama
50 Akhir dari persyaratan
51 Jenguk cucu
52 Tidak siap berpisah
53 Kejutan di hari sidang
54 Bukan perpisahan yang diinginkan
55 Tak ingin kehilangan
56 Ingin bertemu ayah
57 Masih mencintainya
58 Hati yang terluka
59 Takut
60 Hanya ketakutan
61 Si kompor meleduk
62 Rindu yang tak bisa di jelaskan
63 Terbayang akan penyesalan
64 Mulai membaik
65 Bertemu lagi
66 Onty cama angkel ngapain?
67 Kebahagiaan yang di inginkan
68 Rumah baruuu
69 Dia yang sangat menggemaskan
70 Pertemuan tak sengaja
71 Aku percaya dengan Istriku
72 Pesanan Oma
73 Aku ingin kejutanku sayang
74 Akhirnya ....
75 Wajah berseri Alva
76 Kedatangan Tuan Arlo
77 Respon si kembar
78 Tentang Tuan Arlo
79 Tidak kalah pedas
80 Kejutan di luar Kejutan
81 Pilihan Alva
82 Ingin bertemu
83 Lebih takut kehilangan kalian
84 Ego Tuan Arlo
85 kelakuan si kecil
86 Mual~
87 Calon adik si kembar
88 Vara yang merajuk
89 Ketegasan Alva
90 Calon debay~
91 Keanehan Malven
92 Lindunya nanti dulu, Vala lapal
93 Tendangan calon baby
94 Gara-gara si Owen
95 Copan kah begitu?
96 Pertama masuk sekolah
97 Mengidam
98 Paksu merajuk
99 Diresmikan
100 Gara gara Pr
101 Tuan Arlo
102 Obrolan santai
103 Jujur dan percaya kunci segalanya
104 Keposesifan Alva
105 Kehamilan Fanny
106 Gara gara kambing
107 Kehangatan keluarga
108 Penyesalan Tuan Arlo
109 Mencintaimu
110 Lahiran mendadak
111 Ezhar Zeroun Elgard
112 Ekstra part 1
113 Ekstra part 2
114 Ekstra Part 3
115 Ekstra part 4
116 Ekstra part 5
117 Ekstra part end
118 KARYA BARU: BERONDONG PILIHAN SINGLE MOM
119 Bonchap
120 Bonchaaap
121 Bonchap MalVa
122 Bonchap MalVa
123 Bonchap MalVa
124 Bonchap MalVa
125 Bonchap MalVa
126 Bonchap MalVa
127 Bonchap MalVa
128 Bonchap MalVa
129 Bonchap MalVa
130 Bonchap MalVa
131 Bonchap MalVa
132 Bomchaap MalVa
133 Bonchap Malva
134 Bonchap MalVa
135 IF YOU COME BACK
136 KARYA BARU!
137 Cinta Yang Kamu Pilih (Promosi)
Episodes

Updated 137 Episodes

1
Buku nikah di ruang kerja Mas Alva
2
Keputusan Yara
3
Si kembar yang menggemaskan
4
Hampir bertemu
5
Kerinduan si kembar
6
Kedatangan Azka
7
Keputusan Azka
8
Kembali pulang
9
Tragedi
10
Pertemuan yang tak terduga
11
Hubungan kita belum selesai
12
Hubungan kita selesai, Mas!
13
Lepaskan salah satunya!
14
Tingkah si kembar
15
Pertemuan pertama Alva dan Jovan
16
Keputusan Yara
17
Di luar rencana
18
Berduka
19
OM ALPAAA!
20
Terungkapnya keberadaan si kembar
21
Balasan kecil dari Azka
22
Rindu Ayah
23
Lujaaaaakk!
24
Bertemu cucu
25
Kehebohan Grace
26
Kelakuan Alva yang meresahkan
27
Kita paloan yah
28
Kecemburuan Alva
29
Jangan buat Bunda menangis, Ayah
30
Kediaman Elgard
31
Dua puluh tujuh hari sebagai syarat
32
Perdebatan Azka dan Alva
33
Perjanjian
34
Ajakan makan malam
35
Tak pantas mencintainya
36
Tamparan tak di sengaja
37
Kelakuan keluarga Elgard
38
akta si kembar
39
Ku cemburu
40
Pergi bersama
41
Suasana yang hangat dan haru
42
Keadaan hati
43
Jovan sakit
44
Selalu dengan kehebohan
45
Tangisan tanpa suara
46
Kepasrahan Alva
47
Rekam hati seorang anak
48
Andaikan
49
Kembali ke rumah lama
50
Akhir dari persyaratan
51
Jenguk cucu
52
Tidak siap berpisah
53
Kejutan di hari sidang
54
Bukan perpisahan yang diinginkan
55
Tak ingin kehilangan
56
Ingin bertemu ayah
57
Masih mencintainya
58
Hati yang terluka
59
Takut
60
Hanya ketakutan
61
Si kompor meleduk
62
Rindu yang tak bisa di jelaskan
63
Terbayang akan penyesalan
64
Mulai membaik
65
Bertemu lagi
66
Onty cama angkel ngapain?
67
Kebahagiaan yang di inginkan
68
Rumah baruuu
69
Dia yang sangat menggemaskan
70
Pertemuan tak sengaja
71
Aku percaya dengan Istriku
72
Pesanan Oma
73
Aku ingin kejutanku sayang
74
Akhirnya ....
75
Wajah berseri Alva
76
Kedatangan Tuan Arlo
77
Respon si kembar
78
Tentang Tuan Arlo
79
Tidak kalah pedas
80
Kejutan di luar Kejutan
81
Pilihan Alva
82
Ingin bertemu
83
Lebih takut kehilangan kalian
84
Ego Tuan Arlo
85
kelakuan si kecil
86
Mual~
87
Calon adik si kembar
88
Vara yang merajuk
89
Ketegasan Alva
90
Calon debay~
91
Keanehan Malven
92
Lindunya nanti dulu, Vala lapal
93
Tendangan calon baby
94
Gara-gara si Owen
95
Copan kah begitu?
96
Pertama masuk sekolah
97
Mengidam
98
Paksu merajuk
99
Diresmikan
100
Gara gara Pr
101
Tuan Arlo
102
Obrolan santai
103
Jujur dan percaya kunci segalanya
104
Keposesifan Alva
105
Kehamilan Fanny
106
Gara gara kambing
107
Kehangatan keluarga
108
Penyesalan Tuan Arlo
109
Mencintaimu
110
Lahiran mendadak
111
Ezhar Zeroun Elgard
112
Ekstra part 1
113
Ekstra part 2
114
Ekstra Part 3
115
Ekstra part 4
116
Ekstra part 5
117
Ekstra part end
118
KARYA BARU: BERONDONG PILIHAN SINGLE MOM
119
Bonchap
120
Bonchaaap
121
Bonchap MalVa
122
Bonchap MalVa
123
Bonchap MalVa
124
Bonchap MalVa
125
Bonchap MalVa
126
Bonchap MalVa
127
Bonchap MalVa
128
Bonchap MalVa
129
Bonchap MalVa
130
Bonchap MalVa
131
Bonchap MalVa
132
Bomchaap MalVa
133
Bonchap Malva
134
Bonchap MalVa
135
IF YOU COME BACK
136
KARYA BARU!
137
Cinta Yang Kamu Pilih (Promosi)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!