Keputusan Yara

Sejak itu, Yara memilih mengurung dirinya di kamar. Dia tak ingin bertemu dengan suaminya, bahkan untuk makan pun Yara sulit. Di kamar, Yara hanya bisa menangis. Dia seakan lupa tentang kondisi calon bayinya yang masih terlalu muda. Wanita itu menatap ke arah testpack yang tidak jadi dia perlihatkan pada suaminya.

Tok!

Tok!

Tok!

"Yara! Mau sampai kapan kamu mengurung diri di kamar?! Keluarlah dan makan, kau bisa kehabisan tenaga kalau terus seperti ini!" Seru Alva dari balik pintu.

Yara menaruh testpack miliknya di laci nakas, lalu dia menutupnya kembali sebelum berjalan ke arah pintu.

Cklek!

Alva terkejut dengan keadaan Yara saat ini, wajah istrinya itu terlihat sangat pucat. Bahkan, kantung mata hitam tercetak jelas di bawah mata wanita itu.

"Kenapa wajahmu pucat sekali, apa ...,"

Plak!

Yara menepis tangan Alva yang akan menyentuh pipinya, wanita itu menatap tajam ke arah suaminya yang memandang dingin ke arahnya. "Lebih baik kamu pergi dari rumah ini, dan kembali pada istri pertamamu! AKu tidak mau di cap sebagai perusak rumah tangga orang! Cukup lepaskan aku sekarang juga!" Sentak Yara dengan tatapan tajam.

Alva tersenyum, tetapi senyumannya terlihat menyeramkan bagi Yara. Pria itu melangkah maju, yang mana membuat Yara terpaksa memundurkan langkahnya. "Aku memang jarang pulang untuk menemui mu, tapi ... bukankah kita masih berhubungan tiga minggu yang lalu? Siapa tahu, saat ini Kamu sedang hamil. Sebelum bercerai, aku harus pastikan jika tak ada benihku yang kamu bawa." Ujar Alva. Reflek, Yara memegang perutnya.

Pria itu berbalik, "Aku harus kembali ke Jakarta, jangan lupa jaga kesehatan. Mungkin, aku akan kembali di pekan ini dan membawamu ke dokter kandungan." Ujar Alva dan meninggalkan Yara yang menatapnya dengan sorot mata penuh kebencian.

Yara benci di bohongi, Yara benci di khianati. Namun, saat ini dia tak bisa mengambil keputusan. Dia harus berpikir matang-matang, tentang keputusan yang akan dia ambil. Dirinya tak ingin di cap sebagai pelakor, tetapi bagaimana dengan anak yang ia kandung?

Sejenak, Yara tak mau memikirkan hal itu Dia ingin mandi agar tampilannya lebih fresh. Setelah itu, Yara berniat untuk sarapan yang sudah di beli oleh Alva. Sekecewa apapun, Yara harus memikirkan kesehatan calon bayinya. Namun, saat dia akan masuk ke ruang makan. Tiba-tiba saja bell rumahnya berbunyi, tak adanya pembantu membuat Yara harus membuka pintu itu sendiri.

Ckelk!

Yara pikir, suaminya kembali. Namun, ternyata dugaannya salah. Seorang wanita dengan fashion mewahnya tengah berdiri di hadapannya. Wanita itu membuka kaca mata hitamnya, membuat Yara seketika membulatkan matanya. Dia hafal dengan wajah wanita di hadapannya saat ini persis seperti yang ada di buku nikah milik suaminya.

"Yara, boleh aku masuk?" Tanya wanita itu dengan sopan dan lembut.

"Mbak tahu namaku?" Heran Yara.

Wanita itu tersenyum, "Tentu, aku tahu semua tentangmu. Boleh kita mengobrol sebentar di dalam?" Tanya kembali wanita itu.

"Bo-boleh Mba, silahkan." Dengan perasaan gugup, Yara mempersilahkan wanita itu masuk.

Keduanya kini duduk berhadapan di ruang tamu, Yara menyajikan segelas air putih dan memberikannya untuk wanita di hadapannya itu.

"Pasti kamu sudah tahu siapa aku, Mas Alva sudah cerita kalau kamu sudah mengetahui hubungan kami." ujar wanita bernama Dayana itu, istri pertama Alva yang baru saja Yara ketahui.

Yara menunduk, dia bingung harus mengatakan apa. Rasanya, dia sangat malu berhadapan langsung dengan istri pertama suaminya. Dirinya bukan pelakor, tetapi posisinya menggambarkan seperti itu.

"Mas Alva itu ... bukan pria biasa. Dia merupakan CEO sekaligus penerus keluarga Elgard." Celetuk Dayana yang mana membuat Yara terkejut.

"Mba, aku benar-benar tidak tahu kalau Mas Alva sudah menikah. Kalau aku tahu sejak awal, aku tidak ...."

"Menikah dengannya? Itulah mengapa Mas Alva menyembunyikan pernikahan kami darimu." Perkataan Dayana membuat Yara merasa heran.

"Maksudnya apa yah Mba?" Bingung Yara.

Dayana tersenyum, dia meraih segelas air putih yang Yara sajikan dan meminumnya beberapa teguk. Lalu, dia kembali fokus menatap wanita yang usianya lebih muda darinya.

"Yara, sebelumnya maaf jika Mas Alva memalsukan statusnya ketika menikahi mu. Itulah kenapa, kamu tidak mendapatkan surat nikah resmi. Semuanya sudah Mas Alva susun dengan baik, agar kamu tidak mengetahuinya." ujar Dayana dengan tenang.

"Mba, aku semakin bingung. Jadi pernikahanku dan Mas Alva tidak sah secara negara?" Bingung Yara.

Dayana mengangguk, "Bukan tidak, tapi belum. Setelah kamu melahirkan, mungkin saja Mas Alva berubah pikiran dan menikahimu secara sah negara. Tapi untuk saat ini, seperti nya tidak." Terang Dayana yang mana membuat Yara membulatkan matanya.

Brak!

Yara memukul meja dengan kuat, emosinya menggebu-gebu. Wanita yang sedang hamil itu menatap tajam ke arah Dayana yang memandangnya dengan santai. Entah apa yang ada di pikirannya, Yara tak tahu apa yang wanita itu rencanakan.

"Mba! Mba jangan egois! Disini aku adalah korban! Aku juga tidak mau seperti ini! Kalau sejak awal kalian jujur, aku tidak mau menjadi yang kedua! Siapa yang mau menjadi istri tak di anggap Mba?! Kita sesama wanita, kenapa Mba tega menipuku seperti ini?! Kalian berdua benar-benar jahat! Lebih baik Mba minta Mas Alva untuk menceraikanku!" Sentak Yara dengan suara bergetar.

Dayana berdiri, dia memutari meja untuk mendekat ke arah Yara. Perlahan, Dayana meraih tangan Yara dan mengenggamnya dengan lembut. Kedua wanita itu saling menatap dengan tatapan berkaca-kaca. Yara heran, mengapa sorot mata Dayana menunjukkan rasa putus asa? Apa mungkin, dirinya salah melihat?

"Yara, aku minta tolong padamu. Aku mohon, jangan cerai dari Mas Alva. Berikan dia keturunan, karena aku tidak bisa memberikannya. Aku ... aku wanita yang tidak memiliki rahim." Ujar Dayana yang aman membuat Yara syok bukan main.

"Hanya kamu harapan satu-satunya agar aku bisa bertahan. Keluarga Mas Alva tidak ada yang tahu tentang kekuranganku. Mereka terus menuntut agar aku segera hamil. Usia pernikahan kami yang sudah berjalan lima tahun membuat tanda tanya bagi mereka. Mana mungkin aku bisa hamil jika tidak memiliki rahim?" Pinta Dayana.

Yara menggelengkan kepalanya, "Jika mas Alva memiliki anak denganku, itu adalah anakku dan Mas Alva. Sama saja, Mba tetap akan di tuntut oleh mereka." lirih Yara.

Dayana menggeleng, dia melepaskan genggamannya pada tangan Yara dan memegang kedua bahu wanita di hadapannya itu. Mata Dayana menatap Yara dengan tatapan lekat.

"Setelah anak kamu lahir, nantinya anak itu akan aku rawat bersama Mas Alva. Setelah itu, kamu bisa bebas dan melanjutkan kehidupan yang kamu mau." Penjelasan Dayana, membuat emosi Yara meningkat.

"KALIAN GILA?! APA BUAT KALIAN AKU INI MESIN PENCETAK ANAK?!" Bentak Yara seraya mendorong kuat tubuh Dayana.

Dayana berlutut, dia menangkupkan tangannya di hadapan Yara yang mana membuat wanita itu terkejut bukan main. Dia segera meminta Dayana berdiri, karena bagaimana pun juga berlutut di hadapannya itu adalah hal yang salah.

"Yara, aku mohon. Kamu masih bisa memiliki banyak anak nantinya. Tapi, aku tidak. Kita sesama perempuan, kamu pasti mengerti bagaimana posisi ku. Aku sangat mencintai Mas Alva hiks ... aku tidak ingin di pisah kan dengannya hiks ... kalau keluarga Mas Alva tahu aku tak bisa memberikan Mas Alva keturunan, mereka pasti akan meminta Mas Alva menceraikanku. Karena keluarga Elgard, tidak mengizinkan seorang pewaris memiliki lebih dari satu istri. Aku mohon Yara, bantu aku." Ujar Dayana yang tetap pada posisinya.

Yara menggeleng, dia menjauh dan menghapus air matanya dengan kasar. "Sebaiknya Mba pergi dari rumahku sekarang juga!" Titah Yara dengan tatapan tajam.

Dayana berdiri, pandangannya yang tadi lembut berubah datar. "Kamu tidak akan pernah tahu rasanya menjadi aku Yara. Hanya Mas Alva satu-satunya pria yang mau menerima wanita penuh kekurangan ini. Apa kamu tidak memiliki hati?"

"YANG TIDAK MEMILIKI HATI ITU KAMU DAN MAS ALVA!" Teriak Yara dengan histeris.

"Dimana hati nuranimu memisahkan ibu dari anak kandungnya?! Lebih baik Mba adopsi anak dan berbohonglah seperti kalian berbohong padaku. Kalian handal dalam berbohong kan? Maka, lakukanlah. tapi jangan ambil bayiku!" Ujar Yara dan memutuskan untuk beranjak pergi dari sana. Meninggalkan Dayana yang memandangnya dengan tatapan sendu.

.

.

.

.

Malam hari, Yara memikirkan tentang perkataan Dayana. Jujur saja, Yara dilema. Di satu sisi, dia sangat mencintai Alva. Namun, disisi lain Yara tidak ingin anaknya di ambil begitu saja. dia bisa saja memiliki anak lagi, tetapi jelas saja dia tidak mau di pisah kan oleh buah hatinya. Apalagi, dia begitu kaget saat mengetahui jika ternyata Alva adalah penerus keluarga Elgard.

"Aku mencintaimu Mas, tapi, aku tidak mau di pisah kan dari anak kita. Aku tidak mau hiks ... jika kalian mengambilnya, besar nanti dia akan membenciku dan menganggapku membuangnya. Aku tidak mau hiks ...."

Yara mengelus perutnya yang datar, dia seakan tengah merasakan kehadiran calon bayinya lewat sentuhan tangannya. "Bunda memilihmu sayang." Lirih Yara.

Lalu, Yara menghapus cepat air matanya. dia beranjak berdiri dan berjalan menuju lemari. Wanita itu dengan cepat mengambil koper miliknya yang ada di sana dan memasukkan semua baju-bajunya. Yara memutuskan, untuk melepas suaminya dari pada memberikan anaknya. Yara tidak ingin, suaminya dan madunya mengambil anak yang di kandungnya. Yara tidak akan pernah membiarkan mereka mengambil anaknya.

"Aku sudah putus kan Mas, aku akan melepasmu demi bayiku. Aku rela kehilangan mu di bandingkan harus kehilangan bayiku. Kamu bukan hanya milikku saja, tapi milik Mba Dayana juga. Sedangkan bayiku, dia milikku sepenuhnya. Kalian, tidak berhak mengambilnya dariku." Lirih Yara seraya menatap tajam cincin nikah miliknya yang ada di genggamannya.

"Aku melepasmu Mas." Ujar kembali Yara dan menaruh cincin miliknya di atas nakas tepat di atas cincin milik Alva yang sempat dia temukan. Lalu, dia meninggalkan rumah yang Alva beli atas namanya.

.

.

.

Alva buru-buru kembali ke rumahnya dan Yara setelah tahu jika Dayana datang menemui Yara. Hati Alva tak menentu, dia merasa sedikit khawatir dengan Yara. Apalagi, Dayana berkata jika dia membocorkan tujuan Alva menikah dengan Yara.

Cklek!

"Yara?!" Alva tak menemui Yara di kamar mereka, pria itu dengan panik berjalan menuju lemari pakaian dan membukanya dengan kasar. Naas, pakaian milik istrinya sama sekali tak ada yang tertinggal. Di lemari itu hanya tertinggal pakaian kerja miliknya yang memang beberapa tersimpan di sana.

"Yara." Gumam Alva dengan tatapan lemah. Pria itu jatuh terduduk di kasur, matanya menatap ke arah cincin pernikahannya yang Yara taruh di sana. Perlahan, dia mengambil cincin itu dan menatapnya dengan helaan nafas berat.

"Astaga, dia benar-benar pergi." Lirih Alva.

Derrtt!

Ponsel Alva berdering, bergegas ia melihat siapa yang menelponnya. Nama Dayana dengan emot love membuat Alva berdecak kesal. Dia lalu, mengangkatnya dengan cepat.

"Sudah Mas bilang, jangan temui dia! Lihat sekarang! Dia pergi dari rumah! Mas belum memastikan dia hamil atau tidak! Bagaimana jika dia sedang hamil?! Hanya sedikit lagi apa yang kamu impikan berhasil, kenapa kamu begitu gegabah!" Bentak Alva dengan emosinya yang tersulut.

Brak!

Alva melempar ponselnya ke lantai, pria itu menyisir kasar rambutnya dan memegangi kepalanya yang terasa pening. Bayangan Yara yang selalu menyambutnya dengan senyuman hangat mengganggu pikirannya saat ini.

"Dia pasti di rumah ibu." Gumam Alva dengan tatapan penuh harap. Pria itu lalu menyambar kunci mobilnya dan bergegas menemui rumah ibu mertuanya.

Alva melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, dia tak peduli kan pengendara lain yang mungkin akan celaka akibat ulahnya. Tak lama, mobil Alva terhenti di sebuah rumah sederhana yang terlihat sangat asri. Tanpa berlama-lama, Alva segera turun dari mobilnya dan bergegas mengetuk pintu rumah itu

Tok!

Tok!

Cklek!

Pintu terbuka, terlihat seorang remaja laki-laki berusia tujuh belas tahun keluar dari balik pintu. Keningnya mengerut dalam saat melihat Alva datang menemuinya.

"Bang Alva?!" Kaget pemuda itu.

"Azka, apa kakakmu di dalam? Minta dia keluar, Abang mau bicara padanya!" Titah Alva yang mana membuat adik dari Yara itu terlihat bingung.

"Kak Yara bukannya di rumah Abang? Kenapa ...,"

"Eh, Alva. Kamu kesini nak? Mana Yara?" Tiba-tiba seorang wanita paruh baya datang dan memutus obrolan mereka.

"Apa Yara tidak disini? Aku pikir dia disini." Ujar Alva dengan tatapan terkejut.

Wanita paruh baya itu terlihat sangat syok, dia menatap Alva seraya menggelengkan kepalanya. "Tidak Alva, Yara tidak mungkin kembali tanpa izin darimu. Anak ibu begitu patuh, dia tidak mungkin pergi tanpa bilang dulu padamu. Apa kalian sedang ada masalah? Apa yang telah kamu lakukan pada putri ibu." Ujar wanita paruh baya itu dengan suara bergetar.

Setelah suaminya meninggal, Salma yang membesarkan kedua anaknya seorang diri. Wanita paruh baya itu bahkan sangat menyayangi Yara melebihi putranya. Dia begitu mendidik putrinya menjadi seorang wanita yang baik. Dia tahu persis bagaimana putrinya itu. Tak mungkin Yara pergi begitu saja jika tidak ada masalah yang besar.

"Bu maaf, aku memiliki istri selain Yara." Ujar Alva dengan menundukkan kepalanya.

"Apa?!"

Terpopuler

Comments

Alistalita

Alistalita

Dasar pasangan EGOIS menciptakan impian dengan mengorbankan impian wanita lain...
Dimana hati nurani kalian memanfaakan kepolosan Yara demi lahirnya seorang ANAK..

Untuk apa meminta maaf pada ibu mertuamu alva???Setelah semua yang terjadi pada Yara apakah kamu menyesal..
Coba Dayana setelah tahu Yara pergi suruh suamimu mencari mesin pencetak anak lagi.amApakah suamimu bersedia atau tidakk???Asal kamu tahu secara tidak langsung suamimu dah mulai menerima istri keduamu...
Selamat terjeratt dengan perasaan bersalah Alva,Selamat mulai saat ini hati dan pikiranmu dipenuhi dengan Yura..

2024-05-13

140

antha mom

antha mom

pasangan aneh lebih baik adopsi anak dari pada anak Yara di ambil dan di pisahkan dari ibunya, dimana hati nurani mu Dayana

2025-01-10

1

◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ

◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ

motivasi yara adalah cinta. motivasi dayana pastilah harta

2025-02-06

3

lihat semua
Episodes
1 Buku nikah di ruang kerja Mas Alva
2 Keputusan Yara
3 Si kembar yang menggemaskan
4 Hampir bertemu
5 Kerinduan si kembar
6 Kedatangan Azka
7 Keputusan Azka
8 Kembali pulang
9 Tragedi
10 Pertemuan yang tak terduga
11 Hubungan kita belum selesai
12 Hubungan kita selesai, Mas!
13 Lepaskan salah satunya!
14 Tingkah si kembar
15 Pertemuan pertama Alva dan Jovan
16 Keputusan Yara
17 Di luar rencana
18 Berduka
19 OM ALPAAA!
20 Terungkapnya keberadaan si kembar
21 Balasan kecil dari Azka
22 Rindu Ayah
23 Lujaaaaakk!
24 Bertemu cucu
25 Kehebohan Grace
26 Kelakuan Alva yang meresahkan
27 Kita paloan yah
28 Kecemburuan Alva
29 Jangan buat Bunda menangis, Ayah
30 Kediaman Elgard
31 Dua puluh tujuh hari sebagai syarat
32 Perdebatan Azka dan Alva
33 Perjanjian
34 Ajakan makan malam
35 Tak pantas mencintainya
36 Tamparan tak di sengaja
37 Kelakuan keluarga Elgard
38 akta si kembar
39 Ku cemburu
40 Pergi bersama
41 Suasana yang hangat dan haru
42 Keadaan hati
43 Jovan sakit
44 Selalu dengan kehebohan
45 Tangisan tanpa suara
46 Kepasrahan Alva
47 Rekam hati seorang anak
48 Andaikan
49 Kembali ke rumah lama
50 Akhir dari persyaratan
51 Jenguk cucu
52 Tidak siap berpisah
53 Kejutan di hari sidang
54 Bukan perpisahan yang diinginkan
55 Tak ingin kehilangan
56 Ingin bertemu ayah
57 Masih mencintainya
58 Hati yang terluka
59 Takut
60 Hanya ketakutan
61 Si kompor meleduk
62 Rindu yang tak bisa di jelaskan
63 Terbayang akan penyesalan
64 Mulai membaik
65 Bertemu lagi
66 Onty cama angkel ngapain?
67 Kebahagiaan yang di inginkan
68 Rumah baruuu
69 Dia yang sangat menggemaskan
70 Pertemuan tak sengaja
71 Aku percaya dengan Istriku
72 Pesanan Oma
73 Aku ingin kejutanku sayang
74 Akhirnya ....
75 Wajah berseri Alva
76 Kedatangan Tuan Arlo
77 Respon si kembar
78 Tentang Tuan Arlo
79 Tidak kalah pedas
80 Kejutan di luar Kejutan
81 Pilihan Alva
82 Ingin bertemu
83 Lebih takut kehilangan kalian
84 Ego Tuan Arlo
85 kelakuan si kecil
86 Mual~
87 Calon adik si kembar
88 Vara yang merajuk
89 Ketegasan Alva
90 Calon debay~
91 Keanehan Malven
92 Lindunya nanti dulu, Vala lapal
93 Tendangan calon baby
94 Gara-gara si Owen
95 Copan kah begitu?
96 Pertama masuk sekolah
97 Mengidam
98 Paksu merajuk
99 Diresmikan
100 Gara gara Pr
101 Tuan Arlo
102 Obrolan santai
103 Jujur dan percaya kunci segalanya
104 Keposesifan Alva
105 Kehamilan Fanny
106 Gara gara kambing
107 Kehangatan keluarga
108 Penyesalan Tuan Arlo
109 Mencintaimu
110 Lahiran mendadak
111 Ezhar Zeroun Elgard
112 Ekstra part 1
113 Ekstra part 2
114 Ekstra Part 3
115 Ekstra part 4
116 Ekstra part 5
117 Ekstra part end
118 KARYA BARU: BERONDONG PILIHAN SINGLE MOM
119 Bonchap
120 Bonchaaap
121 Bonchap MalVa
122 Bonchap MalVa
123 Bonchap MalVa
124 Bonchap MalVa
125 Bonchap MalVa
126 Bonchap MalVa
127 Bonchap MalVa
128 Bonchap MalVa
129 Bonchap MalVa
130 Bonchap MalVa
131 Bonchap MalVa
132 Bomchaap MalVa
133 Bonchap Malva
134 Bonchap MalVa
135 IF YOU COME BACK
136 KARYA BARU!
137 Cinta Yang Kamu Pilih (Promosi)
Episodes

Updated 137 Episodes

1
Buku nikah di ruang kerja Mas Alva
2
Keputusan Yara
3
Si kembar yang menggemaskan
4
Hampir bertemu
5
Kerinduan si kembar
6
Kedatangan Azka
7
Keputusan Azka
8
Kembali pulang
9
Tragedi
10
Pertemuan yang tak terduga
11
Hubungan kita belum selesai
12
Hubungan kita selesai, Mas!
13
Lepaskan salah satunya!
14
Tingkah si kembar
15
Pertemuan pertama Alva dan Jovan
16
Keputusan Yara
17
Di luar rencana
18
Berduka
19
OM ALPAAA!
20
Terungkapnya keberadaan si kembar
21
Balasan kecil dari Azka
22
Rindu Ayah
23
Lujaaaaakk!
24
Bertemu cucu
25
Kehebohan Grace
26
Kelakuan Alva yang meresahkan
27
Kita paloan yah
28
Kecemburuan Alva
29
Jangan buat Bunda menangis, Ayah
30
Kediaman Elgard
31
Dua puluh tujuh hari sebagai syarat
32
Perdebatan Azka dan Alva
33
Perjanjian
34
Ajakan makan malam
35
Tak pantas mencintainya
36
Tamparan tak di sengaja
37
Kelakuan keluarga Elgard
38
akta si kembar
39
Ku cemburu
40
Pergi bersama
41
Suasana yang hangat dan haru
42
Keadaan hati
43
Jovan sakit
44
Selalu dengan kehebohan
45
Tangisan tanpa suara
46
Kepasrahan Alva
47
Rekam hati seorang anak
48
Andaikan
49
Kembali ke rumah lama
50
Akhir dari persyaratan
51
Jenguk cucu
52
Tidak siap berpisah
53
Kejutan di hari sidang
54
Bukan perpisahan yang diinginkan
55
Tak ingin kehilangan
56
Ingin bertemu ayah
57
Masih mencintainya
58
Hati yang terluka
59
Takut
60
Hanya ketakutan
61
Si kompor meleduk
62
Rindu yang tak bisa di jelaskan
63
Terbayang akan penyesalan
64
Mulai membaik
65
Bertemu lagi
66
Onty cama angkel ngapain?
67
Kebahagiaan yang di inginkan
68
Rumah baruuu
69
Dia yang sangat menggemaskan
70
Pertemuan tak sengaja
71
Aku percaya dengan Istriku
72
Pesanan Oma
73
Aku ingin kejutanku sayang
74
Akhirnya ....
75
Wajah berseri Alva
76
Kedatangan Tuan Arlo
77
Respon si kembar
78
Tentang Tuan Arlo
79
Tidak kalah pedas
80
Kejutan di luar Kejutan
81
Pilihan Alva
82
Ingin bertemu
83
Lebih takut kehilangan kalian
84
Ego Tuan Arlo
85
kelakuan si kecil
86
Mual~
87
Calon adik si kembar
88
Vara yang merajuk
89
Ketegasan Alva
90
Calon debay~
91
Keanehan Malven
92
Lindunya nanti dulu, Vala lapal
93
Tendangan calon baby
94
Gara-gara si Owen
95
Copan kah begitu?
96
Pertama masuk sekolah
97
Mengidam
98
Paksu merajuk
99
Diresmikan
100
Gara gara Pr
101
Tuan Arlo
102
Obrolan santai
103
Jujur dan percaya kunci segalanya
104
Keposesifan Alva
105
Kehamilan Fanny
106
Gara gara kambing
107
Kehangatan keluarga
108
Penyesalan Tuan Arlo
109
Mencintaimu
110
Lahiran mendadak
111
Ezhar Zeroun Elgard
112
Ekstra part 1
113
Ekstra part 2
114
Ekstra Part 3
115
Ekstra part 4
116
Ekstra part 5
117
Ekstra part end
118
KARYA BARU: BERONDONG PILIHAN SINGLE MOM
119
Bonchap
120
Bonchaaap
121
Bonchap MalVa
122
Bonchap MalVa
123
Bonchap MalVa
124
Bonchap MalVa
125
Bonchap MalVa
126
Bonchap MalVa
127
Bonchap MalVa
128
Bonchap MalVa
129
Bonchap MalVa
130
Bonchap MalVa
131
Bonchap MalVa
132
Bomchaap MalVa
133
Bonchap Malva
134
Bonchap MalVa
135
IF YOU COME BACK
136
KARYA BARU!
137
Cinta Yang Kamu Pilih (Promosi)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!