Negosiasi

Keheningan menguasai ruang kerja Alexander. Sang pemilik termangu di kursi kerja, sementara tatapan matanya tertuju ada bingkai foto keluarga. Sesekali Alexander membuang napas kasar tatkala mengingat kejadian memalukan di hotel. Baru kali ini dia mengalami hal gila yang dirancang oleh orang tuanya.

"Astaga," gumam Alexander seraya mengusap wajahnya kasar. "Kenapa mereka begitu heboh mengatur pernikahanku?" gerutunya.

Dering ponsel yang ada di saku, membuat angan memalukan itu hilang. Dia menggeser icon hijau setelah membaca nama 'Laura' di layar ponselnya. Suara merdu sang kekasih mulai terdengar.

"Ada apa?" tanya Alexander tanpa basa-basi, "kapan mulai kuliah?" tanya Alexander lagi setelah tahu kabar dari sang kekasih.

Laura Candini, wanita cantik yang pernah bekerja sebagai sekretaris Alexander. Dia dipecat oleh Bertha setelah ketahuan bermesraan di ruangan Alexander. Wanita paruh baya itu tidak setuju jika putra semata wayangnya menjalin hubungan dengan wanita sembarang. Laura hanya orang biasa dan perekonomian orang tuanya sangat berbeda dengan Alexander. Hal ini lah yang menjadi penyebab utama ketidaksukaan Bertha kepada Laura.

"Fokus saja dengan pendidikan pasca sarjanamu di sana. Jangan mengatur kehidupanku, La! Jangan sia-siakan kesempatan ini," ucap Alexander tatkala mendengar Laura banyak bicara. Hubungan jarak jauh membuat Laura khawatir dengan kesetiaan Alexander.

Alexander membiayai kuliah Laura di Australia. Dia ingin sang kekasih memiliki pendidikan tinggi untuk dibanggakan kepada Bertha. Jika harta tidak mampu meluluhkan hati ibunya, maka Alexander menempuh jalan lain dan kini Laura berhasil masuk ke salah satu universitas elit di sana.

"Jangan menghubungiku sebelum aku menghubungimu terlebih dahulu. Banyak pekerjaan yang harus aku lakukan di sini. Ingat, Laura! Aku tidak suka dicurigai apalagi dibantah!" ujar Alexander sebelum menutup panggilan bersama sang kekasih.

Bersamaan dengan itu, pintu ruang kerja terbuka lebar. Wiratama dan Bertha masuk ke dalam ruang kerja putranya dengan ekspresi wajah tak biasa. Mereka duduk di sofa dan setelah itu menatap Alexander penuh arti.

"Jadi kapan pernikahanmu bersama Freya dilaksanakan, Al?" tanya Wiratama tanpa basa-basi lagi.

"Aku tidak mau menikah, Pa. Kali ini biarkan aku memilih jalan hidupku sendiri," jawab Alexander.

"Tidak. Mama tidak mau kamu memilih istri sendiri. Mama sangat menyukai Freya bila dibandingkan dengan wanita pilihanmu. Freya gadis yang baik, berpendidikan dan tentunya berkelas," sergah Bertha.

"Berpendidikan dari mana? Aku yakin dia pasti belum lulus kuliah. Ma, ayolah! Aku gak mau menikah dengan bocah ingusan itu," sanggah Alexander dengan tatapan lekat ke arah ibunya.

"Mama memilih Freya untuk jadi menantu di keluarga ini. Tidak ada penolakan, Alexander!"

Sepertinya keputusan Bertha tidak bisa diubah lagi. Setelah menegaskan pilihannya, Bertha memilih pergi dari ruang kerja. Jika sudah seperti ini Alexander tidak bisa berkutik lagi. Hatinya terlalu lemah melawan setiap keputusan kedua orang tuanya.

"Ya sudah, jelaskan kepadaku, Pa. Apa keuntungan yang kita dapat dengan menjalin hubungan pernikahan ini? Tidak bisa dipungkiri, pernikahan bisnis di antara dua keluarga pebisnis pasti memiliki tujuan 'kan?" Setelah termenung beberapa menit pada akhirnya Alexander menanyakan hal ini.

"Jika keluarga kita dan keluarga Hisashi bersatu, maka kita bisa menaklukkan perusahaan Jetex karena salah satu musuh besar dari Hisashi. Saham perusahaan kita bisa naik dan tentunya kita bisa bergabung dengan perusahaan pusat Hisashi yang ada di Jepang. Mirei dan suaminya sedang mengembangkan teknologi AI di sana." jelas Wiratama tanpa ada yang ditutupi lagi. "Bukankah semua ini sangat menguntungkan, Al?"

"Lalu apa yang akan didapat om Yamato dari pernikahan ini?" tanya Alexander.

"Tentu dia ingin memperluas jaringan bisnisnya. Selain dia bisa lebih leluasa impor mobil mewah dan beberapa hasil olahan dari pabriknya, Yamato sedang mengincar saham pabrik emas milik ibumu. Dia ingin Freya memiliki saham di sana."

Alexander menganggukkan kepala beberapa kali setelah mendengar semuanya. Dia mulai memikirkan setiap keuntungan dan hasil yang akan didapatkan dari pernikahan ini. Gambaran keuntungan besar yang masuk mulai memenuhi kepala. Mungkin, kali ini Alexander harus mengikuti rencana orang tuanya demi bertambahnya kekayaan keluarga.

"Kalau begitu atur saja kapan pernikahan ini dilangsungkan. Aku tidak mau pernikahan ini terendus media." Akhirnya Alexander memberikan jawabannya.

*****

Sementara di kediaman Hisashi terjadi negosiasi cukup sulit. Freya masih tetap pada pendiriannya. Dia tidak mau menikah dengan Alexander meski dia tahu bagaimana pesona putra semata wayang Adiwijaya itu.

"Tidak. Meski diiming-imingi kekayaan dan saham, aku tidak mau menikah dengan dia. Alex bukan seleraku!" tolak Freya setelah Yamato menjelaskan keuntungan dari pernikahan ini.

"Sayang. Kamu harus realistis. Kehidupan ini sangat keras. Sejak kecil kamu terbiasa hidup mewah dan mendapatkan segalanya dengan mudah. Mama dan Papa tidak mau jika kamu susah di masa depan," jelas Maharani dengan tutur kata menenangkan.

"Ya ampun, Ma! Keluarga kita itu udah kaya raya. Ngapain sih masih menambah kekayaan? Biarkan Freya memilih suami sendiri. Memangnya Papa tahu bagaimana si Alex itu? Kalau ternyata dia suka mempermainkan wanita bagaimana?" Freya masih berusaha menolak keputusan ayahnya.

"Papa sudah menyelidikinya. Alex jauh lebih baik dibandingkan dengan si Rama itu," jawab Yamato dengan tegas.

"Kenapa Papa membawa Rama dalam hal ini? Jangan mengikutsertakan orang lain dalam urusan kita dong, Pa." Freya mulai ketar ketir saat nama pemuda idamannya disebut.

"Freya! Jika sampai pernikahan ini batal. Papa tidak akan membiarkan pemuda bernama Rama itu ada di sini. Jangan main-main dengan Papa jika kamu ingin dia aman."

Freya terbelalak setelah mendengar ancaman ayahnya. Dia tidak habis pikir kenapa Rama dilibatkan dalam ini. Sungguh, Freya semakin tersudut jika keselamatan Rama menjadi taruhannya. "Kenapa harus aku yang menanggung semua ini? Kak Mirei saja bisa memilih pasangannya sendiri! Kalian benar-benar jahat!" Freya terhenyak dari tempat duduknya dan setelah itu pergi dari ruang keluarga.

"Apa tidak berlebihan dengan memberikan ancaman seperti itu, Pa?" tanya Maharani seraya menatap suaminya.

"Hanya ini yang bisa Papa lakukan demi memisahkan Freya dari pemuda itu. Papa tahu bagaimana sepak terjang Alex. Bahkan, Papa tahu jika dia memiliki seorang kekasih. Tidak ada pilihan lain selain menikahkan Freya dengan Alex. Ini bukan perkara harta, Ma," jelas Yamato dengan helaan napas berat.

"Lalu?"

Maharani mengernyitkan kening setelah tahu bukan kekayaan yang menjadi alasan suaminya menjalin pernikahan bisnis. Dia tidak tahu apa yang sebenarnya ada dalam pikiran suaminya. "Pa, jangan membuat Mama penasaran." Maharani menepuk paha suaminya.

"Papa tidak mau Freya menjalin hubungan serius dengan pemuda bernama Rama. Pemuda itu tidak mungkin mau pindah keyakinan dan yang ada Freya lah yang akan pindah ke islam. Kita berdua tahu 'kan jika Freya menginginkan sesuatu bagaimana? Papa tidak mau ada perpecahan keyakinan di rumah ini," jelas Yamato.

Terpopuler

Comments

Calon Presiden

Calon Presiden

Semoga Laura ga selingkuh di sana

2024-05-17

0

Monster Blue

Monster Blue

Laura anak mana sih aslinya?

2024-05-17

1

Mikaila

Mikaila

pak yama ternyata takut freya pindah haluan

2024-05-17

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!