Sita membungkam mulutnya sendiri dengan rapat. Matanya membelalak sedangkan menggelengkan kepala seolah memberi isyarat kalau suara itu bukan dari dia.
Sudut bibir Erick tertarik membentuk guratan senyum kemenangan. Tidak menyangka baru saja ia berucap Sita sudah melanggarnya. Ini benar-benar suatu keberuntungan buat Erick. Ia terkikik sendiri di dalam hatinya.
“Hukuman berlaku.” Erick sedikit memajukan pipinya mengetuk-ketuk dengan jari.
Sita kekeh menggelengkan kepala sebagai bukti penolakan, sedangkan tangannya masih mengunci bibir dengan rapat. Ini tidak benar, ini tidak benar tolak dalam hati Sita.
“Tunggu apa lagi, Sita? Ayo lakukan. Sebagai calon istri yang baik kamu harus menaati calon suamimu.” Erick menggoda dengan memajukan wajahnya sehingga begitu dekat jarak di antara mereka.
Sita menjauhkan wajah, dan tubuhnya mundur ke belakang menghindari tubuh Erick yang mendekat ke arahnya. Hingga tubuh mereka saat ini begitu intens. Wajah Erick begitu dekat dengan wajahnya.
“Tu-” Kata-katanya tercekat di leher saat ia ingat dilarang memanggil dengan sebutan kata tuan. “Mas ... kamu mau ngapain?” Tangan Sita menghalangi dada Erick dan memundurkan kepalanya sambil memejamkan mata lelaki itu supaya tidak mendekat ke arahnya.
Sedangkan sopir hanya fokus pada mengemudinya bagai robot tanpa ekspresi. Mungkin karena takut dengan Erick. Karena Erick suka memecat seorang se-enaknya sendiri kalau berbuat kesalahan sedikit saja.
“Tolong hentikan, Mas. Apa kamu enggak malu ada sopir di situ,” lirih Sita.
“Kenapa aku harus malu? Dia dibayar sebagai seorang sopir, bukan mata-mata yang mengawasi kita sedang berduaan.” Erick menoleh ke arah sopir memastikan kalau laki-laki itu tidak mendengar atau melihat.
Sedangkan Sita berdecak dalam hati belakangan ini Erick memang terlihat konyol dan bersifat aneh pada dirinya. Dan pasti itu akan membuat hari-hari Sita semakin suntuk.
“Maaf, Sita. Aku harus melakukan ini supaya kamu tidak mengulangi kesalahan lagi.” Erick memegang dagu Sita lalu mengusapnya dengan ibu jari dengan lembut.
Perasaan apa ini? Sita merasakan dadanya bergemuruh jantungnya berdetak kencang sepeti kecepatan kereta api ekspres. Tubuhnya seperti tersihir menjadi patung, dengan memejamkan mata dia tidak bergerak atau berucap sedikit pun. Bukan hanya gugup, tetapi ia juga merasakan hal aneh tentang dirinya saat lelaki itu memperlakukan seperti itu.
“A-k-u mohon ja—jangan, Mas.” Ucapnya takut. Ia tidak pernah berciuman sebelumnya karena selama ini ia anti pacaran.
Erick hanya menyeringai, nyatanya ia tidak Benar-benar meminta ciuman dari Sita. Setelah melihat perempuan di hadapannya itu panik dan gugup ia memundurkan wajahnya menatap wajah Sita dengan saksama. Dia memang tergoda melihat bibir Sita yang mungil berwarna merah muda itu. Tetapi sebagai lelaki sejati bukan hobinya mencium cewek sana sini memaksakan kehendaknya.
Setelah lama Sita memejamkan mata tidak merasakan seseorang menyentuh bibirnya atau anggota wajah lainnya. Bahkan Sita tidak mendengar suara apa pun saat ini. Apa Erick menghilang dari dalam mobil?
Sita membuka sebelah matanya pelan-pelan mengintip apakah Erick masih ada di hadapannya. Tetapi saat membuka mata ternyata wajah lelaki itu berada tepat di hadapannya. Hingga manik mata coklat bening itu saling mengunci satu sama lain.
Jantung Sita semakin berdetak kencang berdebar-debar tidak menentu ketika Erick terus saja menatapnya tanpa berkedip. Hal itu membuat Sita salah tingkah mengalihkan pandangannya ke kanan dan ke kiri.
“Kenapa?” Erick menautkan alisnya seraya menyeringai. “Apa kamu pikir, aku lelaki mesum yang bisa mencium perempuan dengan paksa seenaknya sendiri?” Ia menjauhkan posisi dari sana.
Sita membuang napas lega, akhirnya ia terbebas dari hukuman konyol itu, yang akan membuatnya kehilangan ciuman pertamanya. Ia bisa bernapas lega bersandar di punggung jok mobil dengan santai.
Tapi tiba-tiba Erick mendekatkan wajahnya lagi. Tetapi kali ini bukan karena ingin menciumnya itu semua hanya ingin memberi peringatan supaya Sita lain kali tidak mengulangi lagi memanggilnya dengan sebutan tuan.
Saat wajah mereka berhadapan dengan tiba-tiba sopir menginjak rem mendadak. Tubuh Sita terbawa ke depan dan Erick tepat berada di hadapannya menghalangi supaya tidak jatuh refleks menarik tubuh Sita hingga saling berpelukan, tanpa sengaja bibir mereka menyatu.
Entah kenapa Erick tertarik ingin merasakan lebih dalam lagi bibir yang menempel dengan kaku itu. Ia menyelusupkan tangan ke tengkuk melewati rambut-rambut hitam Sita membawanya lebih dekat.
Sita membelalakkan mata. Bukankah Erick baru saja mengatakan kalau tidak akan mencium seseorang dengan paksa. Tetapi apa Sita terpaksa? Oh tidak, tanpa sadar Sita menikmatinya. Harusnya ia tidak begitu, tetapi ia harus menolak hais ada apa dengan Sita?
“Maafkan saya, Tuan.” Tiba-tiba suara sopir menghentikan aksi tuannya.
Lelaki itu segera melepas bibirnya dari bibir Sita yang mematung itu. Seraya tersenyum tipis terukir dari bibirnya. Ia segera menegakkan posisi di tempat semula bersandar seolah bahagia karena habis mendapat undian. “Kenapa minta, maaf?” tanyanya setelah berhasil membenarkan posisinya.
“Karena saya tidak sengaja melihat Anda, Tuan ....” batin sopir itu. Eh, “Karena saya mengerem mendadak, Tuan.” Sopir itu berucap tidak berani menoleh ke belakang karena matanya baru saja tidak sengaja harus ter nodai.
Erick menyeringai memandang Sita. Tapi dengan cepat perempuan itu memalingkan wajah menatap ke arah luar jendela. “Tidak apa-apa, Andre lagi pula itu hanya kecelakaan, siapa yang bisa menyalahkan kecelakaan.” Ia berucap pada sopir tetapi tujuannya kepada Sita.
Erick tidak mau Sita berpikiran buruk tentangnya. Tapi Sita tadi ikut menikmatinya bukan?
“Kita sudah sampai, Tuan.”
Mobil tiba di halaman sebuah restoran yang membuat Sita tercengang. Ini benar-benar gila! Dengan saldo yang dimiliki hanya 2 juta mana mungkin ia bisa membayar makanan di restoran itu. Bahkan harga sepiring nasi saja ratusan ribu di sana.
Sita tidak mau turun ia ingin pura-pura pingsan saja. Tetapi bagaimana mana mungkin?
“Tunggu apa lagi, Sita? Ayo kita turun!” seru Erick yang sudah membuka sisi pintu mobil.
“Kita mau apa ke sini, Mas?” tanya Sita canggung, bertanya hannyalah sebuah alasan untuk memulai sebuah penolakan.
“Kalau bukan makan, mau apa lagi, Sita.” Erick mendengkus kesal. “Ayo cepat turun!” perintahnya, karena ia tidak mau menunggu terlalu lama lagi.
“Tapi a—aku.”
“Aku apa? Ayo sudah, cepat’ turun!”
Sita pun mengikuti langkah Erick berjalan di belakang sangat lambat seperti siput. Langkahnya berat seperti menarik jangkar dia berdoa semoga keajaiban datang atau tiba uang jatuh dari langit.
Sesampainya di dalam. Erick duduk dengan jenaka seperti bak raja yang siap dilayani oleh para pelayan.
Sedangkan Sita hanya berdiri kaku di hadapannya. Ingin duduk di kursi itu seperti dipenuhi dengan duri.
“Kamu sedang apa berdiri di situ? Ayo duduk.” Erick beranjak lalu menarik tangan Sita membawa ke kursi sebelahnya.
“Apa kamu yakin, Mas, mau makan di sini?”
Jenny : Maaf, ya author Update cuma satu satu sehari. maunya author sih banyak, tapi nggk bisa karena author juga ada kerjaan di dunia nyata.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
Benazier Jasmine
ternyata ibu tirinya sita, mantanya erick ya thooor, namanya kok sama
2022-12-22
0
Bibit Iriati
benih2 cinta mulai bermekaran...
2021-02-15
0
Sanah98
kok sherena Kya mantan Erick ya jagan2 ya ampuuun...
2021-02-02
0