Setelah mendengar ucapan Raka, Sita tampak berpikir keras. Ia tidak bisa memutuskan sekarang, perempuan itu butuh waktu untuk menerima tawaran ini.
Terlebih lagi dia ingin menjauhi Erick karena tidak ingin benih rasa muncul kalau sering berjumpa. Sita takut, jika suatu saat mencintai Erick atau lelaki lain dia akan mendapatkan luka. Karena yang dia tahu cinta hanya nikmat sesaat dan menderita selamanya.
“Maaf, Tuan.” Sita menghela napas dalam memejamkan mata. Sedangkan Raka menaikkan kedua alisnya menunggu jawaban Sita.
“Akan aku pikirkan dulu, aku tidak mau terlalu cepat mengambil keputusan, ini tidak mudah, aku sudah cukup nyaman di kantor ini, teman-teman para karyawan, sekuriti, OB, mereka semua sudah seperti keluarga bagiku, sangat berat jika aku berpisah dengan mereka.” Sita dengan mata berkaca-kaca mencoba mendongak ke atas mengerjapkan mata supaya air matanya tidak menetes.
“Maafkan aku Sita, maafkan aku. Ini semua demi kebaikan kalian berdua, aku yakin setelah bekerja di sana kalian akan lebih dekat. Kalian adalah pasangan yang sangat pas untuk menjadi pasangan hidup. Suatu saat kamu akan berterima kasih padaku karena membuat kalian bersatu.” Batin Raka. Lelaki itu hanya bergeming tidak menjawab Sita sedikit pun.
“Maaf, Sita. Aku harus pergi karena ada beberapa urusan. Aku minta tolong pertimbangkan tawaran itu baik-baik. Ingat, ini semua demi adikmu, membuktikan pada keluargamu kalau kamu dan adikmu bisa sukses tanpa bantuan papamu.” Setelah berucap Raka melangkah ke luar dari ruangan.
Sedangkan Sita masih mematung di sana. Ia berada di keadaan yang sulit. Kenapa Raka harus mengeluarkannya dari perusahaan ini?
Sita bingung harus berbuat apa, di sisi lain ia membutuhkan pekerjaan, di sisi lain dia tidak ingin berurusan dengan Erick lebih jauh lagi.
Tapi, siapa dia terlalu percaya diri kalau Erick memilih dia sebagai sekretaris karena mempunyai perasaan padanya? Mungkin dia dipilih sebagai sekretaris karena memang dilihat dari kegigihan, jujurnya.
Tapi kalau Sita pekerja yang jujur kenapa Raka harus memecatnya sih? Memikirkan semua itu membuat Sita ingin berteriak. Ditambah lagi mendapat telepon dari sang adik meminta uang karena sudah waktunya melunasi biaya kuliah.
Seusai menutup telepon dari sang adik, saat akan meletakkan ponsel seusai digunakan ke meja benda itu kembali berdering.
Wajahnya seketika menjadi murung mengangkat ponsel itu dengan enggan.
“Halo,” jawabnya.
“Halo Sita, apa kabar?” tanya ayahnya dari seberang sana.
“Sita, kamu sudah tidak mempunyai banyak waktu lagi. Waktu kamu berada di Indonesia tinggal sebentar lagi. Kamu tau artinya bukan? Kalau sudah saatnya tinggal di Prancis. Papa dan Mama akan dengan senang hati menyambutmu di rumah besar kita.”
Sita seketika merasa sesak setelah mendengar ucapan papanya itu. Ia sudah menduga kalau lelaki yang ia benci itu pasti akan membuat hatinya semakin sakit. Jangankan tinggal bersama mereka, mendengar nama mereka rasanya tidak sudi bagi Sita.
“Jangan pernah berpikir aku akan menyerah begitu saja, Papa. Aku akan berusaha sebisa mungkin, hidup sukses membuat Ferlando lulus dari Universitas terbaik tanpa bantuan Anda sedikit pun.”
Setelah berucap Sita dengan masih memegangi ponsel terduduk tersungkur di lantai, seolah tidak sanggup lagi menanggung beban lagi.
Dengan langkah gontai ia meninggalkan ruangan Raka menuju ruangannya.
Rio tampak bingung melihat Sita yang murung. Perempuan itu sangat berbeda dengan sesaat sebelum keluar dari ruangan itu.
“Kamu kenapa Sita?” tanyanya.
Sita tidak peduli siapa di hadapannya, ia butuh seseorang untuk bersandar, ia butuh orang untuk mencurahkan isi hatinya. Perempuan itu dengan cepat memeluk tubuh Rio. Sebagai teman yang dekat selama ini Riolah yang mengerti keadaannya. Sita menangis sejadi-jadinya di pelukan Rio.
Rio yang mengerti keadaan Sita hanya turut prihatin. Bagaimana pun dia hanya bisa memberi sandaran tubuhnya tidak bisa berbuat lebih.
Rio memegang pundak menjauhkan untuk menatap wajahnya. Jarinya mengusap air mata yang membasahi pipi mulus Sita.
“Hei? Apa ini Sita yang selama ini kukenal? Atau jangan-jangan kamu makhluk astral yang memasuki tubuh Sita?”
Sita memukul dada pelan, dengan masih terisak ia tersenyum mendengar gurauan Rio.
“Katakan apa yang sebenarnya terjadi, Sita?” kali ini Rio bertanya dengan nada serius.
Sita menceritakan semua pada Rio tentang dia harus diberhentikan dari kantor Raka hingga Erick menawarinya untuk menjadi istri palsu dan sekretaris. Sita menceritakan semua tentang papanya yang baru saja menelepon.
“Aku cukup prihatin.” Rio menghela napas panjang setelah Sita bercerita padanya.
“Jangan khawatir, Ta. Pasti Raka melakukan semua ini demi kebaikanmu. Aku pun berpendapat sama seperti dia. Kamu berhak mendapat gaji yang labih besar karena kamu butuh biaya besar untuk kuliah adikmu. Lagi pula perusahaan Erick dan Raka saling kerja sama, tidak ada bedanya kamu kerja di mana.”
“Aku bingung, aku belum bisa berpikir dengan jernih.”
Rio tersenyum. “Sita, pilihan ada di tanganmu. Kalau soal menikah pura-pura semua keputusan ada di tanganmu.”
“Akan kupikirkan,” balas Sita.
“Enggak usah dipertimbangkan lagi, langsung terima saja tawaran Erick. Dengan menikah dengan dia kamu bisa tinggal di Indonesia selamanya. Orang tuamu pasti tidak bisa berbuat apa-apa lagi padamu. Di samping itu ... Erick juga akan membantumu membiayai adikmu sampai tamat kuliah.”
Sita menaikkan pandangannya menatap Rio. Ia tampak memikirkan ide dari Rio. Tapi, apa tidak salah kalau ia menikah hanya karena status dan uang saja?
“Percaya kata-kataku, Sita. Ini adalah pilihan terbaik buat kamu, jangan sampai kau sia-siakan kesempatan ini.”
“Aku butuh waktu, Rio.” Sita melangkah ke meja kerjanya untuk membereskan barang-barangnya. Diberhentikan secara tiba-tiba membuat Sita harus banyak membereskan barang-barang di ruang kerjanya.
__
Seminggu telah berlalu, Sita tampak murung di dalam kamar apartemennya. Kegiatan yang biasa ia lalui dengan bekerja, kini ia hanya makan tidur di dalam apartemen. Dengan keputusan yang sudah ia pertimbangkan berapa hari ini.
Akhirnya siang ini Sita pergi ke kantor Erick. Dengan segenap kepastian dari seluruh pikirannya sudah memutuskan langkah apa yang akan diambil. Perempuan itu pun langsung menuju ruangan lelaki yang sebentar lagi akan menjadi bosnya itu.
“Jadi, apa kamu sudah memutuskan, Sita?” tanya Erick dari kursi kebanggaannya, sedangkan Sita duduk di kursi hadapannya.
“Iya, aku sudah memutuskan.” Sita memejamkan mata menghela napas dalam-dalam. “Oke, aku mau jadi sekretaris kamu, Tuan.”
Guratan wajah semringah terukir di wajah Erick seolah mendengar kabar yang sangat membahagiakan. Ternyata tidak sia-sia dia meminta sahabatnya itu untuk membantu. Tapi, meskipun ia senang air muka Erick tidak boleh terlihat Sita kalau dia sangat senang. Nanti perempuan itu bisa curiga kalau ini semua rencananya.
“Terima kasih, Sita. Karena kamu sudah mau jadi sekretarisku. Jadi ... kapan kamu mau mulai bekerja?”
“Kapan pun Anda menyuruh aku siap,” balas Sita.
“Oke, hari ini mungkin aku akan menjelaskan tugas-tugas yang akan harus kamu lakukan.” Erick mengeluarkan map berwarna biru dan memberikan pada Sita. “Baca itu, kalau ada yang belum jelas bisa tanyakan ke saya.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
Angel Tamara
usia sitassh d atas 21 thn sdh bs menentukan kewarganegaraannya sendri thor krn ibunya indonesia dia sdh dpt kitab, ijin tinggal tetap. bkn ijin sementara.
2021-12-17
0
Wartini Eviyanti
ibu tiri sita serenna mantan erik ky nx
2021-05-07
0
Bibit Iriati
babak batu dimulai🤭🤭😍
2021-02-15
0