Kalau sudah menyangkut janji Erick memang tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Sebelum papanya meninggal beliau berpesan, bahwa Erick harus menjaga mama Lisa dan adiknya, membahagiakan mereka, menuruti semua apa yang diminta oleh mereka.
Beruntungnya mama Lisa dan adik perempuan Erick tidak pernah meminta apa pun selama ini yang memberatkannya. Tetapi sekarang apa yang terjadi? Lisa meminta bukan hanya permintaan untuk putranya itu, tapi Lisa juga bisa dibilang meminta sebuah pengorbanan dari Erick. Bagaimana tidak, lelaki itu harus menentukan pilihan dengan menikahi Sita atau Naina.
Karena tidak tega melihat mama kesayangan itu terus menangis Erick memilih untuk menuruti permintaan Lisa. Dengan terpaksa dan berat hati ia mengatakan,
“Baik, Ma. Aku akan segera menikah dengan Sita.”
Jawaban Erick seketika membuat Lisa tersenyum merekah. Ia senang akhirnya anaknya itu menyetujui permintaan darinya. Wanita itu seketika memeluk Erick penuh kebahagiaan.
“Terima kasih, Erick. Terima kasih banyak ...” Lisa mengeratkan pelukannya lalu melepas memegang kedua menjauhkan membawa ke pandangan dengan penuh rasa bangga.
Sayangnya, rasa bahagia yang dirasakan Lisa tidak dirasakan Erick. Lelaki itu harus berpikir keras untuk melangkah ke depan. Ia takut Sita tidak mau menurutinya sebagai pacar pura-puranya lagi.
Namun Erick berjanji pada dirinya sendiri, kalau dia akan menjadikan Sita sebagai istrinya, walau status pernikahan mereka hanya sandiwara saja.
Seminggu berlalu semenjak kejadian di rumah Erick. Sita tidak pernah bertemu lagi dengan lelaki yang beberapa hari rela membayar dirinya hanya untuk melanjutkan pacar pura-pura lagi di depan Lisa.
Siang ini di kafe langganannya Sita sedang duduk melamun, mengaduk-aduk minumannya dengan sedotan dengan tatapan kosong, memikirkan masalah yang diderita selama ini. Apalagi, 2 hari yang lalu adik Sita menelepon bahwa tidak menerima beasiswa lagi di Universitasnya.
Memikirkan semua itu membuat perasaan Sita semakin teraduk-aduk seperti mau meledak. Begitu banyak beban yang ia tanggung. Haruskah dia menyerah dan meminta bantuan pada papanya?
Tidak-tidak Sita bukan perempuan yang menyerah begitu saja. Selama dia masih hidup dia tidak akan menyerah.
Sita menarik napas dalam-dalam, ia meyakinkan dirinya sendiri pasti bisa!
“Hei! Melamun aja, Sita!” seru Angga sehingga membuat Sita tersentak. Lelaki yang baru saja datang itu duduk di kursi berhadapan Sita.
“Eh, kamu rupanya Ga.” Sita tersenyum tipis pada lelaki di depannya itu.
“Aku gak ganggu kan, Sita? Apa kamu sedang menunggu seseorang?” Angga menoleh ke kanan dan ke kiri untuk memastikan.
“Enggak, aku lagi pengen santai aja,” balas Sita.
Makan siang itu dilewati Sita dan Angga mengobrol sebegitu asyiknya mereka saling tertawa lepas. Banyak hal yang mereka buat bahan candaan.
Sita mengenal Angga sudah dari semenjak satu tahun di kantor. Itu membuatnya saling mengenal satu sama lain, sehingga tidak ada canggung di antara mereka.
Tiba-tiba raut wajah Sita berubah, dari yang tersenyum lebar perlahan-lahan senyum itu memudar, tatapan matanya menjadi sendu setelah melihat dua orang muda mudi memasuki kafe.
“Erick ....” gumamnya tidak terdengar oleh Angga.
Melihat mata Sita menatap seseorang dengan raut wajah berbeda Angga seketika menoleh ke arah belakang, melihat siapa yang ditatap Sita sehingga tampak muram.
“Sita ....” Angga melambai-lambaikan tangannya untuk memecah pandangan Sita.
“Ah, iya maaf, sepertinya aku harus pergi.” Sita mengemasi ponsel ke dalam tasnya.
Perempuan itu masih kesal dengan tawaran Erick beberapa hari yang lalu. Karena bagaimanapun niat untuk membayarnya itu sama saja merendahkannya.
Sita segara bangkit membawa tas dan beberapa map di tangannya. Dengan buru-buru ia ingin segera pergi dari sana. Karena tidak mau berurusan dengan Erick.
Erick yang tidak menyadari kehadiran Sita itu pun hanya terlihat bosan duduk di dekat Tania yang beberapa bulan ini menjalin kerja sama dengannya. Ia berniat ingin ke toilet. Tetapi tiba-tiba dengan waktu bersamaan Sita berjalan sangat cepat di hadapannya.
Bruk!
Sial! Kenapa harus tabrakan dengan dia sih? Itu membuat Sita semakin kesal.
Perempuan itu dengan cepat berlutut memunguti berkas-berkas yang terjatuh ke lantai. Secepat mungkin mengambil berkas itu supaya tidak berada terlalu lama di sana. Setelah selesai memunguti semua itu Sita segera melangkah pergi tanpa memandang wajah Erick.
Erick tidak mau tinggal diam, lelaki itu mengejar perempuan yang beberapa hari mengganggu pikirannya itu ke luar kafe.
Sedangkan Tania tampak kesal melihat tampak bingung. Kenapa dengan Erick?
“Sita!” panggil Erick saat Sita hendak membuka pintu mobil.
Perempuan yang kesal tanpa alasan yang pasti itu menoleh. Menghela napas mengurungkan membuka pintu.
Erick mendekat dua langkah berada tepat di hadapan Sita. Dengan napas terengah Erick berkata, “Apa kabar, Sita?”
“Aku baik, seperti yang kamu lihat sendiri.” Sita menaikkan pandangnya sehingga tatapan mereka saling bertemu.
“Maafkan aku, Sita.”
Sita menaikkan kedua alisnya bertanya-tanya. “Maaf? Untuk apa?”
“Karena aku kamu mengikuti rencana sandiwaraku, kamu ikut menanggung kebohongan. Dan— karena semua itu mama meminta kita menikah,” ucap Erick.
“Enggak masalah, Erick. Mama eh, Tante maksudnya. Tante marah mungkin hanya untuk sementara. Lagi pula kamu sendiri yang bilang kalau kemarahan Tante Lisa akan hilang dengan sendirinya.” Sita tersenyum simpul.
“Kumohon, Sita. Permintaan mama kali ini menyulitkanku, aku diharuskan memilih, menikahi kamu atau mama akan segera menikahkan aku dengan Naina.”
Mendengar semua itu membuat mata Sita mengekori wajah Erick yang memelas. Tampaknya lelaki di hadapannya itu sedang dirundung nestapa. Tetapi apa yang membuatnya tidak mau menikah selama ini? Apa benar yang dikatakan Lisa kalau Erick masih dalam bayangan Sherena?
“Lalu apa yang akan Anda lakukan, Tuan?”
“Aku, akan memintamu menjadi istriku, Sita.” Spontan Erick mengatakan itu. Membuat Sita seketika membulatkan kedua bola mata.
Menikah? Sita tidak percaya ini, bagaimana Erick bisa mengucapkan itu. Tidak semudah yang dibayangkan, pernikahan adalah hal yang sakral. Kenapa Erick menawarkan hal itu untuk sandiwara?
“Sita, apa kamu mau menerimanya? Aku janji, akan membayar berapa pun, yang kamu mau. Demi kebahagiaan mama aku rela kehilangan seluruh hartaku.”
Lagi-lagi Erick melontarkan kata 'uang' membuat Sita tidak suka.
“Aku bukan wanita bayaran, Tuan. Aku adalah wanita normal yang ingin menikah dengan janji pernikahan yang tulus dan suci.”
“Baiklah, kalau itu yang kamu mau.” Erick maju lebih dekat tepat berada di hadapan Sita. Lelaki itu meraih kedua tangan Sita.
Entah ini tulus atau tidak, tetapi ini membuat jantung Sita berdetak kencang. Ia seolah ingin terbang ke angkasa.
Netra kecokelatan itu menatap Sita sehingga membuat wajahnya bersemu merah. Ini palsu, ini tidak nyata, Sita segera menyadarkan diri dari buaian Erick. Ia menarik tangan dari genggaman tangan kekar itu.
Jangan lupa tinggalkan jejak dukungan kalian ya.. 🥰🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
Devita Alexandra
bukankah Rio naksir sita ya , di novel yg di jodohkan, Bru ingat cerita novel yg di jodohkan.
2021-02-15
1
Rina Bintang
sama suka bukanny ngomong malah pd gengsi....
2020-11-27
0
Yetti Hendra
kalo sita ngga mau sama ku aja baaaaaannnnggg 😍😍😍😆😆😆😆
2020-11-07
0