“Mah ....” panggil Erick dan Lisa yang sedang memeriksa ponselnya itu seketika menoleh.
“Ada apa, Erick?” tanya Lisa karena ia melihat wajah putra satu-satunya itu memikirkan sesuatu.
“Oh, ia kamu dari tadi bilang mau mengatak sesuatu, kalau mama boleh tau apa itu, Erick?”
Erick menatap Sita dan dibalas anggukan kecil oleh gadis itu. Ini saatnya, Erick harus segera mengatakan pada sang mama sebelum kebohongan itu semakin berlarut-larut.
“Sebenarnya ... Erick mau jujur sama Mama.” Erick menghela napas menenangkan dirinya sendiri supaya tidak terlihat gugup.
Sedangkan Lisa menatap Erick tanpa berkedip menunggu kalimat lanjutan darinya. Ia penasaran apa yang ingin dikatakan oleh putranya itu, apa tentang hari pernikahannya dengan Sita? Lisa tersenyum tidak sabar mendengar kabar bahagia itu keluar dari bibir Erick.
“Sebenarnya, hemm, kami, maksudnya aku dan Sita kami sebenarnya—kita.” Erick bingung dengan kalimatnya sendiri.
“Kalian kenapa, Erick?”
Erick menarik napas dalam-dalam memastikan kalau ia sudah yakin dengan kalimat yang akan diucapkan. “Mah, sebenarnya aku dengan Sita—”
“Aku tau pasti kalian mau mengatakan kalau akan segera menikah bukan?” Lisa tersenyum lega. Akhirnya setelah sekian lama semenjak Erick putus hubungan dengan Sherena kini putranya itu sudah ingin menikah dengan wanita pilihannya sendiri.
Melihat kebahagiaan Lisa membuat Erick dan Sita ragu mereka tidak mau membuat kebahagiaan itu berubah menjadi luka. Erick menggelengkan kepala samar pada Sita pertanda ia memilih untuk mengurungkan niatnya.
“Maafkan kami, Ma. Tapi ... tentang pernikahan kami belum berpikir sampai ke situ. Aku belum siap untuk memulai itu," balas Erick.
Wajah Lisa seketika menjadi syok guratan senyuman yang terbentuk lebar lama kelamaan berangsur memudar berubah menjadi kekecewaan.
“Apa maksud kalian, Erick, Sita? Kalian nggak lucu sama sekali! Apa kalian pikir bisa selamanya hidup tanpa pernikahan. Mama yakin ini pasti hanya gurauan kalian saja.”
“Ma, aku minta waktu sebentar untuk bicara dengan Sita.”
Lisa bergeming tidak menjawab. Erick segera menarik tangan Sita membawa ke kamar. Menutup pintu rapat-rapat memastikan tidak ada orang yang mendengar pembicaraan mereka.
“Sita, kumohon. Bantu aku kali ini untuk mengurangkan niat kita kepada Mama. Aku tidak bisa melihat dia sedih. Sita, aku akan membayar berapa pun yang kamu mau untuk melanjutkan menjadi kekasih pura-puraku.” Erick memohon dengan tatapan sendu.
Sita butuh waktu, dia butuh mempertimbangkan ini semua. Jujur ini pilihan yang sulit, dia tidak ingin terjerat sandiwara ini yang akan membuat hatinya terluka kelak.
“Maafkan saya, Tuan. Aku butuh memikirkan ini semua,” ucapnya.
“Sita, kumohon bantu aku. Aku berjanji akan membayarmu berapa pun untuk ini. Asal kamu mau menjadi pacar pura-pura buat aku, dan bersikap baik pada mama seolah kamu adalah calon menantu ideal.”
Sita memandang Erick penuh kekecewaan. Sebegitu rendahkah lelaki itu menilainya? Ia tidak mau dianggap sebagai perempuan bayaran yang rela berbohong hanya demi mendapat uang.
“kalaupun saya menerima atau menolak itu bukan karena uang. Aku, memang terlihat ambisius dalam bekerja untuk mendapatkan uang. Tetapi aku tidak mau mendapat uang yang dengan cara seperti ini.” tanpa permisi Sita keluar dari kamar Erick.
Di saat membuka pintu ia tercengang melihat Lisa berdiri di depan kamar.
Dengan bibir sedikit kaku Sita berkata, “Mama.” Sita kaget sekaligus takut kalau wanita di hadapannya mendengar pembicaraannya.
Erick yang baru sampai ambang pintu tidak kalah syok melihat wanita yang ia sayangi itu berdiri dengan tatapan dingin.
“Jadi kalian selama ini membohongiku! Apa kalian enggak berpikir kalau aku berharap banyak dengan hubungan kalian?!” Lisa bersuara dengan mata menyala memancarkan kilatan kemarahan.
“Maafkan kami, Mah. Kami memang salah, semua ini kulakukan karena—”
“Karena kamu belum bisa move on dari Sherena?” celetuk Lisa.
“Maksud mama?” tanya Erick, karena yang dibicarakan Lisa berbeda dengan yang dia maksud.
“Pasti kamu, kan? Mengajak Sita supaya tidak menikah. Mama tidak mau kamu hidup masih di bawah bayangan Sherena. Terakhir kali kamu jatuh cinta pada Zia istrinya Raka. Dan sekarang kamu sudah mempunyai pacar tapi tidak mau menikah, apa lagi alasannya kalau bukan belum bisa melupakan Sherena.”
Mendengar perkataan mama Lisa membuat Erick dan Sita saling bertatap mata. Bingung harus menjawab apa.
Lisa malu selama ini mendapat ejekan dan cemooh dari teman dan saudara. Kalau sudah begini apa yang akan dia katakan pada saudara dan teman-temanya?
Dia tidak ingin membuat Ibu Sherena yang masih satu kelompok arisan dengannya menganggap kalau Erick tidak bisa melupakan Sherena. Karena semenjak ditinggal perempuan itu menikah Erick belum memiliki rencana untuk menikah padahal usianya sudah mendekati 31 tahun.
Dengan tubuh lunglai Lisa beranjak dari hadapan Erick dan Sita. Ia sudah tidak mau mendengar apa pun penjelasan dari Erick dan Sita. Tatapannya menjadi kosong seperti orang putus asa yang baru saja kehilangan harapan.
Sita yang melihat Lisa menjadi kasihan, ia sudah menyangka kalau semua ini akan terjadi. Mendengar mereka belum mau menikah saja seperti ini, apa lagi jika mereka mengatakan sejujurnya?
Sita berjalan cepat ingin memberi penjelasan pada Lisa. Tetapi wanita itu menyelonong masuk ke dalam kamar.
Sita dan Erick hanya saling menatap satu sama lain. Tidak tahu apa yang akan mereka lakukan, yang jelas mereka sekarang tidak mempunyai hubungan apa pun.
Tapi Sita peduli terhadap Lisa, ia tidak mau membuat wanita yang sudah dianggap sebagai ibunya sendiri itu bersedih dan kecewa.
Perempuan itu tidak mau tinggal diam dan membuat Lisa mengerti. Kalau tidak mudah membuat keputusan menikah, lagi pula dia tidak diposisi sedang menjadi kekasih Erick. Sita mengetuk pintu kamar Lisa hingga berulang-ulang.
“Tante, kita bisa bahas ini dengan baik-baik?” Perempuan itu mendekatkan telinga di pintu berharap mendengar jawaban dari dalam sana.
“Mama mungkin masih butuh menenangkan pikiran, Sita. Bagaimana kalau kita membicarakan ini di lain waktu kalau mama sudah tenang.
Sita mengangguk samar, ada benarnya juga apa yang dikatakan Erick.
Akhirnya ia membiarkan Lisa menenangkan diri dan karena ada pekerjaan yang harus diselesaikan Sita memilih meninggalkan Lisa untuk kembali ke kantor.
Karena Sita tidak mau Erick meninggalkan mama Lisa, ia pergi ke kantor dengan menumpangi taxi. Setelah Sita tiba di kantor ia memijat pangkal hidungnya di depan layar laptop ia terlihat gelisah dengan memikirkan rasa bersalah yang membuat Lisa sedih.
“Kenapa muka lu ditekuk gitu, Ta? Bukankah lu habis ketemu dengan mamanya Erick?” tanya Rio.
Sita mengangguk malas seperti tidak makan selama sehari.
“Lalu kenapa lu sedih? Jangan-jangan kalian disuruh cepat nikah, ya ....” kelakar Rio.
Sita menceritakan semua apa yang baru saja ia lakukan di rumah Erick. Ia juga menceritakan kalau Lisa marah dan mengunci diri di kamar.
“Lalu apa rencana kalian setelah ini?” tanya Rio setelah Sita menceritakan semuanya.
Rencananya mau tidur rebahan ini author lo ya bukan Sita. 😆
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
Anas Theresia
buat eric jatuh cinta kpd suta thor
2021-12-28
0
Ig : @wulaaannn._07
Semangat terus kak ✨
2021-02-06
0
Aries_01
ohh Erick punya mantan namanya Sherena
2021-01-04
0