“Pokoknya kamu harus bawa Sita ke rumah malam ini!” Kekeh mama Lisa meminta supaya Erick membawa Sita ke rumahnya karena malam ini ia ada pertemuan dengan teman-temannya mengadakan arisan.
Wanita yang sering di juluki sebagai wanita sosialita itu ingin membuktikan kepada teman-temannya kalau semua tuduhan tentang Erick yang tidak tertarik kepada perempuan itu tidak benar. Ia ingin membungkam mulut teman-teman arisannya itu dengan memperkenalkan Sita. Sehingga membuat mereka tidak mempunyai alasan untuk membantah lagi kalau Erick anaknya memang pria normal.
Lisa sudah lelah selama ini, selalu mendapat pertanyaan tentang kapan Erick menikah dan mempunyai anak. Oleh sebab itu ia ingin segera memperkenalkan Sita gadis yang ia incar sebagai calon menantu itu kepada mereka.
“Tapi Ma ....” Erick mencoba menolak permintaan sang mama. Karena tahu, sangat tidak enak kalau harus merepotkan Sita malam-malam.
“Tidak ada penolakan. Nanti malam kamu harus bawa Sita ke sini! kalau tidak, mama akan marah.” Lisa melengoskan wajah bukti dari permintaannya harus dituruti.
Erick menghela napas, bagai mana pun ia harus menuruti permintaan mamanya itu. Kalau tidak ia akan mendapatkan hukuman dengan tidak diajak bicara sama sekali selama berbulan-bulan. Tapi, bagai mana dengan Sita? Gadis itu pasti keberatan dengan ajakan Erick. Apa lagi untuk bertemu ibu-ibu sosialita yang sangat rempong. Pasti banyak pertanyaan yang diajukan pada Sita.
“Tapi ... Ma ... apa tidak sebaiknya kita hubungi Sita dulu?” Erick mencoba bernegosiasi dengan mama Lisa.
Mama Lisa tampak menimbang-nimbang ucapan Erick. Benar yang dikatakan putranya itu, seharusnya ia menanyakan dulu pada Sita. Tapi, bagai mana kalau Sita menolak datang? “Antarkan Mama ke rumahnya,” ucapnya, mama Lisa memutuskan akan langsung menjemput Sita.
Bola mata mama Lisa memutar ke arah Erick yang tampak kebingungan menggaruk kepala yang tidak gatal.
“Kamu kenapa, Rik? Jangan bilang kalau kamu enggak tau rumahnya.” Mama Anna melirik penuh curiga.
Dan Erick hanya menjawab dengan tersenyum garing, seperti kehabisan jawaban.
“Tapi kamu tahu nomor teleponnya, kan?”
Kali ini Erick benar-benar terpojok. Kenyataan ia memang tidak mempunyai nomor telepon Sita membuatnya tidak berani jujur pada sang mama. Ia harus memikirkan jawaban untuk mama Lisa.
“Rik!” panggil mama Lisa, membuat Erick tersentak.
“Tentu saja aku ada, Ma. Tapi ... HP-ku sepertinya mati. Aku mau isi daya dulu.” Erick langsung pergi ke kamar. Meninggalkan mama Lisa yang bengong menyaksikan tingkahnya itu.
Sesampainya di kamar Erick segera menghubungi Rio. Lelaki itu tahu Riolah yang menyimpan nomor Sita karena mereka adalah rekan kerja satu tim. Dan tidak berselang lama akhirnya dia mendapatkan nomor Sita. Sebelum menekan nomor Sita ia menoleh ke arah luar pintu penuh kewaspadaan, takut kalau mama Lisa mendengar pembicaraannya.
Sepertinya tidak ada orang, tetapi lebih aman Erick melangkah untuk menutup pintu lalu menelepon Sita.
“Halo Sita.” Erick berbicara dengan pelan.
Saat Sita menjawab telepon dari seberang sana. Dari suara parau yang didengar ia tahu kalau lelaki yang meneleponnya itu adalah Erick pacar pura-puranya.
“Ada apa Tuan Erick kamu meneleponku?”
“Sita malam ini aku minta bantuan kamu bisa, Nggak?”Erick tampak ragu dengan ucapannya sendiri. Lelaki itu mengacak-kacak rambut bukti sebagai putus asa.
“Halo, Tuan apa kamu masih di sana?” tanya Sita. Karena tidak mendengar lanjutan dari kalimat Erick.
“Sorry ... sorry.” Erick membuyarkan lamunannya sendiri. “Jadi aku malam ini mau minta bantuanmu untuk datang ke rumahku, kira-kira kamu mau enggak, Sita?” tanya Erick dengan canggung.
“Apa ini permintaan dari Mamamu, Tuan?”
Erick mengangguk. “Iya, maaf ya Sita aku harus membuatmu repot. Setelah urusan ini selesai aku janji akan mengatakan semua pada Mama dan Raka.”
“Tidak apa-apa, Tuan. Lagi pula ini buat kebaikan kita semua. Oh, iya, nanti malam aku harus datang jam berapa?”
“Kirimkan alamatmu, aku akan jemput kamu nanti malam.” Erick memilih untuk menjemput Sita supaya terlihat seperti kekasih yang sesungguhnya.
“Baiklah.” Sita memberi alamat apartemennya.
—
Malam pun tiba. Rumah Erick tampak ramai para ibu-ibu sedang memamerkan berlian, tas, dan barang-barang Branded lainya yang seharga ratusan juta. Hal itu tentunya sudah biasa untuk mama Lisa. Erick yang selalu memanjakannya tidaklah sulit untuk membeli barang-barang itu yang berharga sangat fantastis.
Semenjak kepergian sang suami Lisa menjadi sangat kesepian. Oleh sebab itu Erick tidak pernah keberatan dengan permintaan sang mama karena membuat mama Lisa bahagia merupakan suatu kebanggaan tersendiri baginya.
Meskipun begitu mama Lisa tidak pernah meminta lebih dari apa yang diberikan Erick setiap bulannya kecuali ada hal mendesak. Tetapi putranya itu selalu memberikan hadiah-hadiah tanpa bertanya terlebih dulu.
Ada sekitar tujuh orang di ruang tamu saling tertawa menceritakan keluarga, karier, dan ada juga yang membicarakan tentang persiapan pernikahan anaknya. Ada satu yang tampak tidak nyaman duduk di antara mereka, yaitu Karina bersama putrinya yang Bernama Naina.
Karina adalah teman dekat mama Lisa. Ada alasan kenapa wanita tersebut murung, itu semua karena ia tidak suka saat mendengar kabar jika Erick sudah mempunyai kekasih. Keinginan yang selalu ingin menjadikan menantu Erick selalu ditolak. Ia merasa tidak terima karena Erick memilih perempuan lain dibanding Naina anaknya yang nyatanya lebih layak dari perempuan mana pun.
Saat mereka semua asyik bercerita memamerkan kekayaan dan kehidupan masing-masing, ada salah satu seorang yang menoleh ke sana dan kemari seolah mencari keberadaan seseorang.
“Jeng, di mana Erick dan pacarnya? Bukankah kamu bilang mau memperkenalkan calon menantumu? Tapi sudah lama kita di sini mereka belum juga menampakkan batang hidungnya.”
“Iya, aku akan coba hubungi mereka dulu, di mana mereka sekarang. Seharusnya mereka berdua sudah ada di sini dari tadi.” Mama Lisa mengambil ponsel yang terletak di atas meja lalu berdiri dengan cemas mencoba menghubungi Erick dari saluran telepon digenggamnya.
Lisa tampak cemas bukan tanpa alasan. Dia cemas karena takut kalau Erick dan Sita tidak datang akan membuatnya malu di depan teman-temannya terutama Karina. Lisa selalu menolak tawaran wanita itu dengan beralasan Erick sudah mempunyai kekasih. Tetapi apa yang terjadi kalau mereka berdua tidak datang?
Karina pasti akan mengira kalau mama Lisa telah berbohong. Dan saat wanita itu memaksanya menjodohkan Erick dan Naina putrinya mama Lisa tidak mempunyai alasan lagi untuk menolaknya.
Oleh sebab itu mama Lisa terus mencoba menghubungi Erick tapi tidak aktif, sehingga membuat Lisa mencapai kecemasan yang luar biasa. Saat wanita itu sibuk menghubungi anaknya ia tidak menyadari kalau orang yang ia telepon sudah memasuki rumah.
“Assalamualaikum ....” ucap Erick dan Sita saat memasuki rumah.
Mama Lisa yang mendengar suara parau anaknya itu seketika menoleh dengan rona bahagia dan menjawab, “Wa ’alaikumsalam ....” Ia seketika melangkah untuk menghampiri Erick yang diikuti Sita dibelakangnya.
Jangan lupa Like komen Vota ya teman Dijodohkan yang pindah ke Love Scenario 💞
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
Bibit Iriati
masih menyimak
2021-02-15
0
Riani Ririn
sejauh ini masih bagus
2021-02-11
0
Aries_01
Sita baik bngett ....
2021-01-04
1