Alettha ( 20 )

¥¥¥¥¥¥¥¥¥¥

**Di sebuah rumah sederhana yang ada di pinggiran kota**.

Seorang wanita paruh baya terlihat sedang duduk termenung di teras belakang rumahnya , pikirannya sekarang sedang memikirkan nasib sang putri tertua yang tiba tiba pergi untuk selamanya.

Padahal masih banyak mimpi yang belum sempat di wujudkan oleh sang putri , namun dengan tanpa di duga sang putri sudah pergi lebih dulu meninggalkan wanita paruh baya itu yang hanya bisa meratap sedih sebab kepergianya.

"Bunda , Bunda kok malah duduk di sini sih , bukannya siapin sarapan buat aku!!"marah seorang gadis yang sudah berdiri di sampingnya.

Karena merasa terkejut dengan suara keras sang putri pun , sang Bunda terlihat langsung berdiri menatap sang putri bungsu yang terlihat kesal karena dirinya yang terlambat membuatkan sarapan.

"Maaf sayang , sebentar ya .. Bunda siapin"ucap sang Bunda yang ingin berjalan ke dapur , namun perkataan sang putri membuat dia jadi urung untuk kedapur.

"Enggak perlu , bisa bisa aku bakal terlambat untuk pergi ke sekolah baruku , mendingan sekarang Bunda kasih aku uang aja"sambil menengadahkan tangannya.

"Tapi Elva , bukankah kemarin Bunda sudah kasih kamu uang lima juta , masa uang itu sudah habis?"ucap tak habis pikir Danita , Ibu dari Aletta dan Elva.

"Bunda ini kok perhitungan banget sih sama anak sendiri , sama anak pungut aja Bunda tidak perhitungan , lagian keperluan ku itu banyak Bunda , dan sekarang aku sekolah di sekolah mahal , dan aku enggak mau malu kalau mereka tahu aku pake barang murahan , jadi mendingan sekarang Bunda kasih aku uang sepuluh juta"ucap Elva dengan seenaknya meminta uang pada Danita yang hanya bisa mengusap dada untuk bisa bersabar menghadapi sifat boros putrinya itu.

"Ya ampun Elva .. , darimana Bunda dapatkan uang sebanyak itu nak .. , sedangkan kamu tahu sendiri Bunda cuman punya toko kecil kecilan di depan rumah , mana mungkin dalam satu hari Bunda bisa dapatkan uang sebanyak itu"terang sang Bunda mengenai usaha toko sembako yang dia jalankan sekarang.

"Etdah .. kan ada uang dari hasil jual jantung Aletta kemarin , kalau habis yang tinggal minta lagi sama mereka"ucap Elva dengan seenak hatinya mengatakan hal yang membuat Danita kembali bersedih karena ingat kematian Aletta yang tiba tiba kemarin.

"Tapi itu bukan uang kita sayang , uang itu sudah Bunda serahkan ke yayasan tempat Aletta sering berkunjung , dan Bunda enggak mau pake uang itu , makanya kemarin Bunda nyaranin kamu untuk tidak sekolah di sekolah mahal itu"

"Ck .. udah mati aja masih nyusahin , lagian Bunda ini apa apaan sih pake serahin semua uang itu ke yayasan , uang itu kan di berikan pada kita , pake acara enggak mau segala"kesal Elva.

"Elva , kenapa kok kamu jadi begini nak , jika bukan karena Aletta mungkin kamu enggak akan bisa sekolah"

"Alah .. enggak usah ceramah pagi pagi Bunda , bikin sakit kepala aja , mending aku pergi daripada dengerin ceramah Bunda"ucap Elva yang kemudian berjalan keluar rumah begitu saja.

Dia bahkan tidak perduli mengenai sang Bunda yang sakit hati hingga sampai menitikkan air matanya dengan sikapnya barusan , sebab bagi Elva , apapun yang dia inginkan harus segera dia dapatkan , meskipun hal itu nantinya akan membuat orang lain terluka.

**£££££££££**

**Di sekolah**

Alettha dan Nara terlihat sedang mengobrol di meja miliknya yang ada di ujung belakang dekat jendela sambil menunggu jam pelajaran pertama di mulai.

"Lettha"panggil Nara yang duduk di sebelahnya.

"Hem .."

"Hubungan lo dengan Altezza itu gimana sih?"ucap Nara yang kemudian membuat siswa yang lain juga menoleh kearah Alettha , seolah menunggu jawaban dari Alettha mengenai status Altezza sebenarnya.

"Memangnya kenapa?"sambil menoleh kearah Nara yang sedang menatapnya.

"Cuman penasaran aja sih .. , itu orang jarang terlihat di sekolah , tapi namanya selalu menjadi pusat perbincangan seluruh siswa di sekolah ini , makanya saat Miss Jena bilang jika ada siswa baru yang dekat dengan Altezza membuat kita semua jadi penasaran dengan lo"terang Nara.

"Gue ... masih belum yakin soal hubungan gue sama dia"ucap Alettha sambil membuang nafas lelah saat ingat mengenai apa yang dia katakan pada Altezza di rumah sakit kemarin.

"Kok gitu Tha?"binggung Nara.

"Sorry ya Nar ... gue masih belum bisa bilang ke lo , tunggu sampai Al buat pilihan nanti"sambil tersenyum melihat kearah Nara.

"Gue ngerti kok .."ucap Nara yang juga membalas tersenyum.

Hingga tak lama kemudian seorang guru memasuki kelas mereka bersama dengan seorang wanita yang membuat mereka bingung.

"Selamat pagi semuanya"sapa guru tersebut.

"Pagi Pak .."jawab serempak mereka.

"Hari ini di kelas kita akan ada murid baru lagi , ayo perkenalkan dirimu"ucap sang guru sambil menyuruh wanita yang berdiri di sebelahnya untuk memperkenalkan diri.

"Hai .. teman teman , salam kenal , namaku Elva Yulia Putri"ucapnya sambil tersenyum , namun di mata Alettha senyum itu hanyalah sebuah topeng yang sudah biasa dia gunakan untuk membuat orang orang memperhatikannya.

"Pak Indra , saya melarang dia untuk ada di kelas ini , biar saya yang nantinya bicara pada Miss Jena"ucap Alettha yang tiba tiba membuat semua orang menoleh kearahnya.

"Kenapa Lettha? jika itu masalah pribadi bukankah tidak baik di bawa bawa sampai kesekolah"ucap Pak Indra yang sebenarnya tidak suka dengan kehadiran Alettha di sekolah itu.

"Saya bahkan tidak mengenalnya Pak , lalu bagaimana saya bisa memiliki urusan dengannya , saya hanya tidak suka dengan kehadirannya di sini"ucap Alettha tersenyum sopan pada Indra , namun di mata Nara senyum Alettha menyimpan sesuatu yang tak banyak orang tahu arti dari senyum itu.

"Saya setuju dengan apa yang di katakan oleh Alettha"ucap Nara yang ikut menyuarakan keinginan nya.

"Kita lakukan poling , yang setuju dia di kelas ini angkat tangan , tentukan pilihan kalian sendiri tanpa melihat siapa Alettha"ucap Nara lagi yang kemudian membuat yang lain membenarkan apa yang di katakan oleh Nara.

Sebab mereka juga bisa merasakan jika Elva itu bukanlah siswa yang cocok di kelas mereka yang benar benar ingin serius belajar , di lihat dari penampilan Elva saja mereka bisa tahu jika Elva hanya ingin mencari perhatian dan sensai di kelas mereka.

Itu sebabnya tidak ada yang mengangkat tangannya di saat Nara mengatakan setuju Elva di kelas mereka , barulah di saat Nara mengatakan ketidak setujuan mereka mengenai Elvina , mereka kemudian mengangkat tangan mereka sebab tidak ingin Elva ada di kelas mereka.

"Sudah jelas bukan , sekarang silahkan keluar dari kelas ini"ucap Alettha hingga membuat Elva mengepalkan kedua tangannya di samping rok yang sangat pendek yang dia kenakan.

Hingga dengan hati yang menahan kesal , Elva kemudian berjalan pergi dari kelas itu diikuti Pak Indra yang berjalan menyusulnya , dan karena melihat kejadian itu mereka semua jadi bertanya tanya dengan hubungan Pak Indra dan Elva hingga perkataan Alettha membuat mereka tak bisa berucap saat tahu fakta yang di katakan Alettha barusan

.............

**€€€€€€€€€**

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***