Diana duduk di taman kota, tempat ramai hanya saja tetap terasa sepi. Kebiasaan Diana setiap pulang dari tempatnya mencari rezeki. Keluarga Diana bukan keluarga yang tergolong tidak mampu, Ayah Diana, Santoso memiliki perushaan Mabel, dan yang Diana tau prusahaan sang ayah di besarkan oleh Perusahaan Wijaya. kesimpulannya adalah, Diana menjadi Anak yang harus di tumbalkan demi membalas rasa Terimakasih atas kebaikan tuan Wijaya.
Notif pesan dari ponsel Diana terdengar, Diana dengan malas mengambil ponselnya yang berada di dalam tas. Dengan cekatan Diana membuka kunci ponselnya, melihat Nama sang kakak tertera di pesan WA.
[Pulanglah Diana, Kami menunggumu]
begitulah sekiranya pesan yang Diana baca. Diana mendengus kesal. sekarang apalagi yang akan terjadi? ingin rasanya Diana berlari sejauh mungkin, jika tidak mengingat Ibunya yang tidak pernah sekalipun membedakan dirinya dengan sang kakak, meski ia ibu sambung, tapi terbaik.
Diana bangkit dari tempatnya, seblum pergi ia memesan taxi. Tidak lama Diana menunggu sampai taxi pesanannya datang.
"ke jalan Singapur pak. " ucap Diana pada sang sopir.
Sopir taxi itu mengangguk lalu segera melajukan mobilnya menuju alamat yang ditujukan Diana.
Setengah jam kemudian taxi tiba di depan rumah Diana, setelah membayar Diana masuk dengan langkah malas. Dahi Diana mengkerut melihat sebuah mobil Sedan berwarna hitam terparkir di halaman rumahnya. Perasaan Diana bercampur aduk, antara kesal, marah dan sedih tentunya.
Diana menarik nafas panjang sebelum melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah. Samar-samar Diana mendengar tawa dari ruang tamu
Pandangan semua orang tertuju pada Diana yang sedang berdiri di ambang pintu. Dengan wajah datar dan tenang Diana masuk ke dalam rumah.
"Kamu udah pulang nak? sini duduk. " Suryanti memanggil Diana dan menepuk ruang kosong di sebelahnya.
Dengan terpaksa dan rasa malas Diana menuju kearah Ibunya, menghempas kasar tubuhnya yang malas ke sofa dengan wajah tak bersahabat.
Tatapan Santoso tak lepas sejak putrinya tiba, rahangnya mengeras melihat tingkah laku Diana yang tak sopan. Suasana di ruangan itu jadi sedikit canggung.
" Ini putriku, Diana. " ucap suryanti menatap sepasang suami istri yang telah lama menjadi sahabat mereka.
"ahh jadi dia putrimu. Cantik! sangat cantik! " puji Ratih tulus
"Jadi, namamu Diana? " tanya Ratih basa-basi.
"Ya Bi, nama saya Diana. "
"Panggil Mommy, jangan Bibi. kau akan menjadi putriku juga nantinya. " ucap Ratih dengan senyum tulus.
"Maaf Bi, Sepertinya saya lebih nyaman memanggil Bibi saja. " ucap Diana sopan, ia tidak ingin menyinggung hati seorang Ibu. apalagi wanita di depannya itu anggun dan sangat lembut.
"Diana, jaga sika_" tangan pria yang sepertinya seumuran Santoso terangkat, menghentikan protesan ayah Diana.
"Biarkan dia mengatakan apapun yang dia mau. kami ingin mengenal bagaimana calon menantu kami. " Ratih mengangguk setuju. sementara Diana mengangkat satu alisnya.Ternyata yang Diana fikirkan benar, mereka orang tua yang putranya akan di nikahkan dengannya..
"Tisak masalah, terserah kamu saja. Mommy tidak mempersalahkan apapun panggilan yang kamu berikan. jadi nak, apa kegiatanmu sekarang? "
"Bekerja, saya bekerja di minimarket. "
"Bekerja? kamu tidak kuliah? " tanya Ratih dengan sedikit rasa terkejutnya.
"Tidak Bi, saya memutuskan untuk bekerja saja, daripada membuang waktu untuk kuliah. "
"Kenapa? Kenapa kamu berfikiran seperti itu? " tanya Kusno, tatapannya masih datar dan tidak menunjukkan apapun.
"Kuliah hanya untuk manusia yang mempunyai tujuan yang jelas dalam hidupnya. mempunyai dukungan yang jelas dan uang yang cukup Dan saya tidak memiliki itu. " Dania berucap dengan tenang, tidak ada rasa takut meski sang ayah menatap sangat tajam." Saya juga tidak perlu pintar dan berpendidikan karena sudah ada kak Bulan yang akan melanjutkan perusahaan Ayah. bagiku itu tidak penting. " lanjut Diana datar.
Suami istri di hadapannya saling menatap aneh.
"Ehemmm." Santoso berdeham untuk mecairkan suasana."Aku sudah pernah mengatakan bagaimana putri kedua ku ini bukan, Kusno." Santoso menatap sahabatnya yang sudah seperti saudara sendri ." Jadi jangan terkejut." lanjut Santoso datar. wajahnya sudah memerah karena kesal dengan sikap yang di tunjukan Diana.
Kusno mengangguk tanda mengerti, ia pun tidak mempermasalahkan sikap Diana. meski memang tidak sopan. Akan tetapi Kusno mengerti, dan gadis seperti Diana lah yang Kusno cari untuk sang putra.
hampir 3 jam dua keluarga berbeda itu berbincang, Diana sudah sejak tadi pamit undur diri karena lelah sehabis bekerja. Pak Kusno dan Ratih tidak mempermasalahkan itu, karena mereka mengerti lelahnya pulang bekerja. pada akhirnya mereka juga berpamitan dan berjanji akan datang lagi dengan lamarannya kepada Diana.
"kalau begitu kami pamit, terimakasih karena sudah menerima kami dengan baik. " ucap Pak Kusno
"tentu saja, kami sangat senang menerima kalian disini. kuharap kalian tidak kapok karena sikap putri kami Diana. " Suryanti mengangguk tanda setuju dengan ucapan sang suami.
"Tidak masalah, kami senang jika Diana yang akan menjadi menantu kami. Setelah Prabu tiba di tanah air, kami akan segera datang melamar. " tambah Ratih.
"Tentu, dengan senang hati kami menerimanya. "
setelah saling berjabat tangan dan berpamitan, akhirnya kedua keluarga itu berpisah..
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments