Quin Datang Ke Kantor

Saat Papah dan Abang di tanya Mamah apa boleh Adek dapat duda yang lebih tua, keduanya langsung diam tidak menjawab.

"Mah, apa sih. Adek masih kuliah. Belum kepikiran mau nikah," jawab Anisa.

"Kalau memang Benaya jodoh adek, Papah ngga akan melarang." Kata Papah.

"Kalau Abang, asal Adek mau ya silakan."

"Sudah ah, kenapa jadi bahas kaya ginian. Anisa belum kepikiran sampai menikah, Pah, Mah."

"Tapi yang namanya perempuan kalau sudah ada jodoh buat apa di nanti nanti sayang. Orang menikah juga masih bisa kuliah. Masih bisa kerja nantinya."

"Benar kata Mamah sayang. Perempuan itu kalau sudah ada jodoh lebih cepat lebih baik. Beda sama laki laki. Kalau laki laki semakin dewasa dia semakin matang pemikirannya dan juga lebih dewasa," perkataan Papah membuat Anisa diam.

Anisa terus lanjut makan dan tidak mau mendengar orang tua dan Abangnya yang sedang mengobrol tentang Benaya. Ya walau Anisa dengar, tapi Anisa tidak peduli. Karena Anisa aja ngga ada hubungan apa apa sama pak Ben.

Selesai makan, Anisa langsung pamit ke kampus. sebelum pergi, Papah bilang ke Anisa kalau nanti sore mau lihat Anisa di kantor Pak Ben. Tapi Anisa melarangnya. Karena Anisa tau nanti Pak Ben marah lagi. Karena Pak Ben kira Anisa adalah Beby sugar nya Papahnya sendiri.

"Pokoknya Papah ngga boleh pergi. Anisa mohon Pah, Anisa malu."

"Baiklah kalau hari ini kamu belum membolehkan Papah pergi ke sana, Papah ngga akan pergi. tapi lain kali Papah akan tetap kesana."

"Terserah Papah. Tapi jangan minggu minggu ini ok."

Papah pun setuju. Anisa lalu pergi keluar rumah. Anisa membawa mobilnya ke kampus. Sampai di kampus, Anggi langsung ter senyum ngga jelas pada Anisa.

"Apa sih kamu senyum senyum ngga jelas gitu Nggi. Bikin geli aja."

"Duh yang semalam habis jalan bareng."

Anisa langsung melotot sambil jari telunjuknya di tempelan di bibir. Anisa kasih kode agar Anggi diam.

"Gimana? Ceritain dong."

"Nanti aja kalau di kantin aku ceritain."

"Ok."

Lalu keduanya mengobrol yang lain. Setelah 5 menitan Pak Ben masuk. Mata Pak Ben melihat ke Anisa sebentar. Anisa tau Pak Ben melihatnya, tapi Anisa biasa saja.

Setelah Pak Ben mengabsen, Pak Ben lanjut memberikan materi. Setelah itu Pak Ben memberi tugas lima soal dan harus selesai dalam setengah jam. Soalnya tidak gampang, tapi cukup susah. kalau tadi tidak mendengarkan penjelasan Pak Ben, pasti akan kesulitan.

Pak Ben keliling untuk melihat ke mahasiswa dan mahasiswi nya yang sedang mengerjakan tugas darinya.

Saat di dekat Anisa, Pak Ben cukup lama berhenti. Rupanya Pak Ben melihat ke lengan Anisa. Pak Ben takut kalau tangan Anisa terluka atau sakit.

Anisa yang merasa Pak Ben tidak pergi pergi lalu mendongak. Mata mereka pun bertemu.

Pak Ben langsung pergi saat Anisa menatap nya. Dan Pak Ben langsung melihat ke mahasiswa lainya.

Anggi tersenyum melihat Pak Ben dan Anisa yang sepertinya berbeda.

Anisa menyenggol lengan Anggi agar tidak tersenyum.

Pak Ben kembali ke mejanya setelah melihat ke mahasiswa nya yang sedang mengerjakan tugas.

Waktu 30 menit habis. Pak Ben meminta pada mahasiswa nya untuk mengumpulkan tugas.

Anisa tanpa di minta bantuannya oleh Pak Ben, langsung mengumpulkan tugas mahasiswa lainya. Mahasiswa pun ada yang meledek Anisa. Tapi Anisa biasa aja.

"Wah jadi asisten dosen lagi nih."

"Rajin bener kamu Nis. Biar dapat nilai tambahan ya."

Kata kata dari mahasiswa yang meledek Anisa. Pak Ben hanya melihat saja.

Setelah selesai, Anisa mengantarkannya ke Pak Ben.

"Besok besok jangan lakukan seperti tadi. Biar mereka yang mengantar ke depan," Pak Ben bicara pelan sambil mengambil kertas dari tangan Anisa.

"Baik Pak. Tadi biar cepat saja Pak. Kalau tidak di ambil pasti mereka masih aja ingin mengerjakan. Kalau cepat di ambil kan mereka tidak bisa mengerjakan lagi."

Pak Ben hanya mengangguk pelan lalu bilang terimakasih. Setelah itu Anisa kembali ke bangkunya. Sedang Pak Ben mengakhiri pertemuannya karena jam mengajarnya sudah habis.

Jam istirahat Anisa dan Anggi pergi ke kantin. Anggi rupanya sudah tidak sabar ingin mendengar cerita Anisa yang semalam pergi makan malam bersama Pak Ben.

Sampai di kantin keduanya langsung pesan makanan. Sambil makan, Anisa menceritakan kejadian semalam saat dirinya pergi makan malam bersama pak Ben.

"Jadi kamu di ajak makan malam di acara relasi kerjanya?"

"Iya. Dan di sana ada Abang Alek."

"Pak Ben tau kalau Abang Alek itu Abang kamu?" Anisa menggeleng.

"Abang malah di sana buat masalah. Abang sengaja godain aku gitu. Jadinya Pak Ben marah tau Nggi."

"Pak Ben Marah! Serius kamu Nis? marah seperti apa?"

"Ya gitu deh. Abang ku pokoknya yang bikin kesel."

"Apa mungkin Pak Ben cemburu?"

"Ngga tau. tapi ngapain juga cemburu. Kita kan ngga ada hubungan spesial. hubungan ku dengan Pak Ben itu hanya Bos dan bawahan saja."

"Ya itu menurut kamu. Siapa tau Pak Ben sudah punya getaran rasa buat kamu."

"Getaran rasa apa? Sudah ah jangan lanjut lagi. Ayo kita habiskan makan, dan kembali ke kelas."

"Ya baiklah. Tapi nanti kalau kamu ada masalah apa butuh teman curhat, bilang ke aku aja ya. Aku sangat kepo dengan cerita kamu sama Pak Ben."

Anisa tidak menjawab, hanya mengangkat bahunya sebagai jawaban.

"Itu jawaban apa?"

"Lihat saja nanti."

Setelah selesai makan, keduanya kembali ke kelas.

Pulang kuliah Anisa langsung pergi kerja. sampai di kantor Anisa langsung naik ke atas menuju ruang kerjanya. Saat Anisa buka pintu, Anisa kaget melihat Pak Ben yang sudah ada di dalam.

"Siang Pak."

"Siang."

Anisa lalu berjalan ke mejanya dan lanjut bekerja. Pak Ben mengantarkan map pada Anisa.

"Nis, ini tolong kamu saling dua lembar. Kalau sudah selesai kasih saya."

"Baik Pak."

Saat Pak Ben mau balik ke meja kerjanya, Pak Ben terlihat ragu berjalan. Rupanya Pak Ben ingin bertanya tentang tangan Anisa, tapi merasa ngga enak.

"Nis."

"Iya Pak. Ada apa?"

"Em... lengan tangan kamu ngga papa kan?"

"Oh ngga papa Pak. Sudah ngga sakit."

"Syukurlah. Ya sudah lanjut lagi kerja."

"Iya Pak."

Pak Ben dan Anisa lanjut kerja. Sekitar jam 4, pintu ruangan Pak Ben ada yang membukanya tanpa mengetuk pintu. lalu terdengar suara.

"Papah...."

Ternyata Quin yang datang bersama susternya. Quin lalu melihat ada Anisa.

"Tante," Anisa hanya tersenyum tipis. Anisa ingat perkataan Pak Ben agar tidak terlalu dekat dengan anaknya.

Bukanya Quin mendekat ke Papahnya, justru Quin mendekat ke Anisa.

"Tante kok ada di sini?"

"Tante kerja," jawab Anisa sambil matanya terus melihat ke layar komputer.

"Ye... Nanti Quin jadi bisa main dong sama Tante."

"Maaf, Tante ngga bisa. Kalau Tante main sama Quin, nanti Tante kena marah sama Papah Quin."

"Nanti Quin bilang Papah. Pasti Papah izinkan. Kan Papah sayang Quin."

Anisa tidak menjawab. Hanya tersenyum tipis.

Quin lari ke Papah nya. Quin langsung berkata kalau Quin mau main sama Anisa. Pak Ben bilang kalau Anisa sedang kerja dan ngga boleh di ajak main. Quin terlihat kesal.

"Quin pulang aja ya. ini sudah sore."

"Ngga mau. Quin pokonya mau main sama Tante Anisa!"

"Sayang, ngga boleh seperti itu. Tante itu sedang kerja. Kalau mau ajak main Tante, besok hari libur aja."

"Beneran Pah. Kalau hari libur Quin boleh main sama Tante."

"Ya tergantung, Tante nya mau apa ngga. Sana tanya sama Tante, besok kalau hari libur mau jalan jalan dan bermain sama Quin ngga."

"Iya Pah."

Anisa sebenarnya mendengar pembicaraan Quin dan Pak Ben. Tapi Anisa pura pura sibuk dan tidak dengar.

Quin lalu lari ke arah Anisa.

"Tante, besok hari libur Tante mau ngga pergi jalan jalan sama Quin dan Papah?" Anisa tidak langsung menjawab, tapi Anisa melihat ke Pak Ben. Dan tatapan Pak Ben terlihat penasaran dengan jawaban Anisa.

"Kayanya Tante ngga bisa deh. Soalnya Tante ada janji sama orang."

Pak Ben yang mendengar terlihat kesal. Pak Ben rupanya takut Anisa pergi menemui laki laki.

Padahal Anisa berbohong. Anisa tidak punya janji pergi dengan orang.

"Kamu besok harus ikut. Akan saya hitung lembur dan saya bayar dua kali lipat!" Pak Ben langsung bicara.

"Wah lumayan tuh. Em... Kalau gitu boleh deh. Quin bilang Papah ya, besok Tante mau ikut jalan jalan."

"Ye... Iya Tante."

Quin langsung lari mendekati Papahnya. Dan bilang kalau Anisa mau.

"Akan aku bayar berapa saja kamu. Asal kamu jangan lagi pergi dengan laki laki lain," kata Ben dalam hatinya.

Pak Ben menatap tajam ke Anisa. Sedang Anisa justru tersenyum.

"Aku tau apa yang kamu pikirkan Pak. Asik juga ngerjain Pak duda ini," dalam hati Anisa bicara.

Jangan lupa like komentar dan vote terimakasih...

Terpopuler

Comments

Je'89

Je'89

perasaan orang beda2 ya....
udh d cap g bnr plh happy happy aja.
KLo d dunia lain,udh sakit hati....
D bikin jatuh cinta trus tinggalin biar mnyesl sma tuduhan yg Ga2.
Disini d tuduh,d nikmati,jatuh cinta k si penuduh....

ok lah,simak klanjutanya

2024-09-13

3

Nendah Wenda

Nendah Wenda

banyak duit nis kerjain om duda

2024-08-11

0

🍒PuTRi🍒

🍒PuTRi🍒

sugar baby sayang bukan beby sugar

2024-07-16

1

lihat semua
Episodes
1 Anisa Zahra
2 Sudah Selesai
3 Pergi Ke Pesta
4 Dansa
5 Ban Mobil Bocor
6 Bertemu Lagi
7 Hukuman
8 Ngga Jadi Ke Mall
9 Salah Jalan
10 Uang Halal
11 Kaget Tapi Tidak Marah
12 Anisa Punya Rencana
13 Sekertaris
14 Pak Ben Takut
15 Anisa Merasa Takut
16 Abang Alek
17 Abang Mengadu
18 Quin Datang Ke Kantor
19 Pergi Ke Taman Safari
20 Perhatian
21 Anisa Sakit
22 Cari Kado
23 Benaya Merasakan Perasaan Aneh
24 Sudah Janji
25 Quin Datang Ke Kantor
26 Tatapan Tajam
27 Benaya Marah
28 Anisa Sakit
29 Di Blokir
30 Quin Sakit
31 Quin Di Bawa ke Rumah Sakit
32 Anisa Sakit
33 Di Antar Pulang
34 Membuka Blokiran
35 Anisa Jenguk Quin
36 Quin Pulang Dari Rumah Sakit
37 Anisa Sudah Bete
38 Tidur Di Kelas
39 Anisa Tidak Bisa Menolak
40 Anisa Bingung
41 Hotel
42 Mau Datang Ke Rumah Anisa
43 Anggi Kaget
44 Pak Ben Sudah Sampai Di Rumah Anisa
45 5 Tahun Lagi
46 Sekertaris Cowok
47 Om Om
48 Bukan Pembantu
49 Sampai Villa
50 Renang Bersama
51 Menikmati Malam Di Villa
52 Anisa Menangis
53 Pulang
54 Pak Ben Kuatir
55 Masuk Kuliah
56 Pantai Anyer
57 Anisa Sebenarnya Juga Takut
58 Pak Ben Minta Izin Menikahi Anisa
59 Quin Takut
60 Tiga Minggu Lagi
61 Anisa Kecapean
62 Beli Cincin
63 Datang Bulan
64 Buat Masalah
65 Selesai
66 Kangen
67 Sah
68 Merayu Quin
69 Memijit Kaki
70 Pendarahan
71 Berbohong
72 Abang Cari Informasi
73 Bogem Mentah
74 Ben Pulang
75 Anisa Pulang Ke Rumah
76 Sudah Mau Mengajar Di Kampus
77 Mau Makan Malam
78 Menginap
79 Tidak Pulang
80 Quin Menangis
81 Pulang Dari Hotel
82 Klinik 24 Jam
83 Bebas Ngga Ada Quin
84 Jeruk Asam
85 Melakukan Pemeriksaan
86 Mamah Anisa Menangis
87 Di Sofa
88 Tujuh Bulanan
89 Pemeriksaan Terakhir
90 Pergi Ke Mal Untuk Belanja
91 Pecah Ketuban
92 Bayi Yang Tampan
93 Bahagia
Episodes

Updated 93 Episodes

1
Anisa Zahra
2
Sudah Selesai
3
Pergi Ke Pesta
4
Dansa
5
Ban Mobil Bocor
6
Bertemu Lagi
7
Hukuman
8
Ngga Jadi Ke Mall
9
Salah Jalan
10
Uang Halal
11
Kaget Tapi Tidak Marah
12
Anisa Punya Rencana
13
Sekertaris
14
Pak Ben Takut
15
Anisa Merasa Takut
16
Abang Alek
17
Abang Mengadu
18
Quin Datang Ke Kantor
19
Pergi Ke Taman Safari
20
Perhatian
21
Anisa Sakit
22
Cari Kado
23
Benaya Merasakan Perasaan Aneh
24
Sudah Janji
25
Quin Datang Ke Kantor
26
Tatapan Tajam
27
Benaya Marah
28
Anisa Sakit
29
Di Blokir
30
Quin Sakit
31
Quin Di Bawa ke Rumah Sakit
32
Anisa Sakit
33
Di Antar Pulang
34
Membuka Blokiran
35
Anisa Jenguk Quin
36
Quin Pulang Dari Rumah Sakit
37
Anisa Sudah Bete
38
Tidur Di Kelas
39
Anisa Tidak Bisa Menolak
40
Anisa Bingung
41
Hotel
42
Mau Datang Ke Rumah Anisa
43
Anggi Kaget
44
Pak Ben Sudah Sampai Di Rumah Anisa
45
5 Tahun Lagi
46
Sekertaris Cowok
47
Om Om
48
Bukan Pembantu
49
Sampai Villa
50
Renang Bersama
51
Menikmati Malam Di Villa
52
Anisa Menangis
53
Pulang
54
Pak Ben Kuatir
55
Masuk Kuliah
56
Pantai Anyer
57
Anisa Sebenarnya Juga Takut
58
Pak Ben Minta Izin Menikahi Anisa
59
Quin Takut
60
Tiga Minggu Lagi
61
Anisa Kecapean
62
Beli Cincin
63
Datang Bulan
64
Buat Masalah
65
Selesai
66
Kangen
67
Sah
68
Merayu Quin
69
Memijit Kaki
70
Pendarahan
71
Berbohong
72
Abang Cari Informasi
73
Bogem Mentah
74
Ben Pulang
75
Anisa Pulang Ke Rumah
76
Sudah Mau Mengajar Di Kampus
77
Mau Makan Malam
78
Menginap
79
Tidak Pulang
80
Quin Menangis
81
Pulang Dari Hotel
82
Klinik 24 Jam
83
Bebas Ngga Ada Quin
84
Jeruk Asam
85
Melakukan Pemeriksaan
86
Mamah Anisa Menangis
87
Di Sofa
88
Tujuh Bulanan
89
Pemeriksaan Terakhir
90
Pergi Ke Mal Untuk Belanja
91
Pecah Ketuban
92
Bayi Yang Tampan
93
Bahagia

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!