Abang Mengadu

Pak Ben melihat Anisa yang kesakitan jadi tidak enak. karena dirinya tidak sadar kalau memegang tangan Anisa terlalu kuat.

Anisa lalu pamit pulang duluan dan meninggalkan Pak Ben. Anisa berjalan cepat menuju mobil. Anisa buru buru pergi karena takut sama Pak Ben yang terlihat sedang kesal.

"Tanganku sakit banget ini. Aku bisa nyetir ngga ya."

Saat sudah masuk ke mobil, Anisa bicara sambi memegangi pergelangan tangannya yang sakit.

"Lagian itu orang kenapa marah ngga jelas gitu sih. Masa dia marah gara gara Abang. Aneh banget."

Anisa belum sadar kalau Pak Ben itu berpikir lain antara Anisa dengan Abangnya.

Anisa dengan pelan menjalankan mobilnya. Anisa sambil menahan pergelangan tangan nya yang sakit.

Walaupun pelan bawa mobilnya, akhirnya Anisa sampai rumah juga. Sampai di rumah, Anisa meminta tolong mba untuk bawakan air hangat ke kamarnya pakai baskom. Sampai di kamar Anisa ganti baju.

Mba mengantar air hangat ke kamar Anisa. Lalu Anisa mengompres lengannya dengan air hangat agar merahnya hilang. Setelah di kompres, Anisa memberi salep biar tidak sakit.

Setelah selesai Anisa naik ke kasur. Anisa mengambil hp nya. Anisa mengirim pesan pada Anggi dan menceritakan tentang kejadian malam ini. Tapi ternyata pesan Anisa ngga di balas Anggi.

"Tumben ni anak ngga aktif. Apa sudah tidur ya."

Anisa meletakan hpnya di meja. lalu Anisa memutuskan tidur. Tapi mata Anisa belum juga bisa terpejam. Anisa masih terbayang kejadian tadi saat di restoran.

"Kenapa Pak Ben terlihat marah gitu ya. kenapa perkataan Bang buatnya marah," Anisa bicara sendiri sambil berpikir.

Anisa lalu teringat dengan perkataan Pak Ben yang bilang kalau dirinya menemani Ayah dan Anak.

"Ya Tuhan. mungkin Pak Ben marah di kira Abang mau booking aku kali ya."

"Ini gara gara Abang, Pak Ben jadi marah. Pasti Abang sengaja. awas ya Bang besok, gara gara Abang lenganku sakit gini."

Anisa lalu memejamkan matanya dan di paksa tidur. Akhirnya Anisa pun tidur. Pagi hari Anisa bangun telat. Jam 7 Anisa baru bangun. Anisa langsung mandi dan bersiap untuk berangkat kuliah.

Sampai di bawah, ternyata Abang, Mamah dan Papah sedang sarapan.

"Pagi," sapa Anisa pada semuanya.

"Pagi. tumben sayang kamu bangun nya telat."

"Gimana ngga telat Mah. Semalam kan adek habis pergi makan malam sama bos nya. Pasti pulang malam tuh."

"Apa sih Bang. Anisa pulang jam 10 kok."

"Abang kok bisa tau?" tanya Mamah.

"Ya kan Abang juga ada di sana Mah."

"Abang kenal sama Bos nya adek?"

"Ngga kenal lagi Mah. Mamah sama Papah juga kenal."

"Bosnya Adek memangnya siapa Bang?" tanya Papah.

"Bos Adek itu Benaya Pah."

"Benaya anaknya Sukoco."

"Yap, betul."

"Benaya menantunya Maya?"

"Iya Mah. Benar. Benaya menantunya Tante Maya."

"Sayang, kok kamu bisa kerja di kantornya Benaya?" tanya Papah.

"Pak Ben itu dosen Anisa Pah. Trus kata Pak Ben, Anisa anaknya pintar dan dia sedang butuh sekertaris, jadi Anisa di tawari kerja jadi sekertaris nya."

"Oh gitu."

"Pah, Mah. Sepertinya Papah sama Mamah mau punya menantu deh."

"Abang sudah punya calon. Syukurlah."

"Apa sih Mah. Bukan Abang yang sudah punya calon. Tapi Adek."

Anisa menatap Abangnya. Begitu juga dengan Papah dan Mamah.

Lalu Mamah dan Papah lanjut melihat ke Anisa.

"Abang apa sih. Siapa yang sudah punya calon dan akan menikah. Harusnya itu Abang bukan Anisa."

Mamah dan Papah melihat ke Abang. Meminta penjelasan tentang perkataanya.

"Abang melihat dari sisi laki laki ya Mah, Pah. kalau Benaya itu suka Adek."

Anisa yang dengar perkataan Abang langsung batuk karena kaget. Anisa buru buru minum agar berhenti batuk.

"Adek pelan dong makanya," kata Mamah sambil mengusap pundak Anisa.

"Abang! Abang kalau bicara jangan sembarangan deh. mana ada Pak Ben suka sama Anisa."

"Kamu mungkin tidak merasa Dek. Tapi Abang merasa. Kamu semalam lihat kan kalau Benaya terlihat marah saat Abang meledek kamu?"

"Mah, Pah. Masa Benaya itu tidak tau kalau Anisa adek Abang."

"Masa sih?"

"Iya Mah. soalnya semalam Abang mendekati Adek aja, Benaya terlihat marah."

"Papah nanti mau mampir ke kantor Benaya. Papah coba mau lihat."

"Betul Pah. Papah lihat saja nanti reaksi Benaya kalau Papah bertemu Anisa."

"Papah sama Abang jangan buat masalah deh. Kasihan Ben."

"Kita ngga mau buat masalah Mah. Tapi kita pengin lihat kalau Benaya itu benar suka Anisa."

"Memangnya Papah sama Abang izinkan kalau Adek menikah dengan Ben. Ben itu duda loh, sudah punya anak lagi. Dan umurnya sama lagi sama Abang? Lebih tua dan jauh bedanya," pertanyaan Mamah membuat Papah dan Abang saling tatap.

Jangan lupa like komentar dan vote terimakasih...

Terpopuler

Comments

Nendah Wenda

Nendah Wenda

kalau jodoh mau duda juga ya gak bisa nolak

2024-08-11

1

Febby Fadila

Febby Fadila

yqng penting statusnya duda bukan suami orng

2024-08-08

0

🍁M Ali Yusuf❣️💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ

🍁M Ali Yusuf❣️💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ

Tak apa lah tak ada yang salah dengan status duda lho

2024-07-08

3

lihat semua
Episodes
1 Anisa Zahra
2 Sudah Selesai
3 Pergi Ke Pesta
4 Dansa
5 Ban Mobil Bocor
6 Bertemu Lagi
7 Hukuman
8 Ngga Jadi Ke Mall
9 Salah Jalan
10 Uang Halal
11 Kaget Tapi Tidak Marah
12 Anisa Punya Rencana
13 Sekertaris
14 Pak Ben Takut
15 Anisa Merasa Takut
16 Abang Alek
17 Abang Mengadu
18 Quin Datang Ke Kantor
19 Pergi Ke Taman Safari
20 Perhatian
21 Anisa Sakit
22 Cari Kado
23 Benaya Merasakan Perasaan Aneh
24 Sudah Janji
25 Quin Datang Ke Kantor
26 Tatapan Tajam
27 Benaya Marah
28 Anisa Sakit
29 Di Blokir
30 Quin Sakit
31 Quin Di Bawa ke Rumah Sakit
32 Anisa Sakit
33 Di Antar Pulang
34 Membuka Blokiran
35 Anisa Jenguk Quin
36 Quin Pulang Dari Rumah Sakit
37 Anisa Sudah Bete
38 Tidur Di Kelas
39 Anisa Tidak Bisa Menolak
40 Anisa Bingung
41 Hotel
42 Mau Datang Ke Rumah Anisa
43 Anggi Kaget
44 Pak Ben Sudah Sampai Di Rumah Anisa
45 5 Tahun Lagi
46 Sekertaris Cowok
47 Om Om
48 Bukan Pembantu
49 Sampai Villa
50 Renang Bersama
51 Menikmati Malam Di Villa
52 Anisa Menangis
53 Pulang
54 Pak Ben Kuatir
55 Masuk Kuliah
56 Pantai Anyer
57 Anisa Sebenarnya Juga Takut
58 Pak Ben Minta Izin Menikahi Anisa
59 Quin Takut
60 Tiga Minggu Lagi
61 Anisa Kecapean
62 Beli Cincin
63 Datang Bulan
64 Buat Masalah
65 Selesai
66 Kangen
67 Sah
68 Merayu Quin
69 Memijit Kaki
70 Pendarahan
71 Berbohong
72 Abang Cari Informasi
73 Bogem Mentah
74 Ben Pulang
75 Anisa Pulang Ke Rumah
76 Sudah Mau Mengajar Di Kampus
77 Mau Makan Malam
78 Menginap
79 Tidak Pulang
80 Quin Menangis
81 Pulang Dari Hotel
82 Klinik 24 Jam
83 Bebas Ngga Ada Quin
84 Jeruk Asam
85 Melakukan Pemeriksaan
86 Mamah Anisa Menangis
87 Di Sofa
88 Tujuh Bulanan
89 Pemeriksaan Terakhir
90 Pergi Ke Mal Untuk Belanja
91 Pecah Ketuban
92 Bayi Yang Tampan
93 Bahagia
Episodes

Updated 93 Episodes

1
Anisa Zahra
2
Sudah Selesai
3
Pergi Ke Pesta
4
Dansa
5
Ban Mobil Bocor
6
Bertemu Lagi
7
Hukuman
8
Ngga Jadi Ke Mall
9
Salah Jalan
10
Uang Halal
11
Kaget Tapi Tidak Marah
12
Anisa Punya Rencana
13
Sekertaris
14
Pak Ben Takut
15
Anisa Merasa Takut
16
Abang Alek
17
Abang Mengadu
18
Quin Datang Ke Kantor
19
Pergi Ke Taman Safari
20
Perhatian
21
Anisa Sakit
22
Cari Kado
23
Benaya Merasakan Perasaan Aneh
24
Sudah Janji
25
Quin Datang Ke Kantor
26
Tatapan Tajam
27
Benaya Marah
28
Anisa Sakit
29
Di Blokir
30
Quin Sakit
31
Quin Di Bawa ke Rumah Sakit
32
Anisa Sakit
33
Di Antar Pulang
34
Membuka Blokiran
35
Anisa Jenguk Quin
36
Quin Pulang Dari Rumah Sakit
37
Anisa Sudah Bete
38
Tidur Di Kelas
39
Anisa Tidak Bisa Menolak
40
Anisa Bingung
41
Hotel
42
Mau Datang Ke Rumah Anisa
43
Anggi Kaget
44
Pak Ben Sudah Sampai Di Rumah Anisa
45
5 Tahun Lagi
46
Sekertaris Cowok
47
Om Om
48
Bukan Pembantu
49
Sampai Villa
50
Renang Bersama
51
Menikmati Malam Di Villa
52
Anisa Menangis
53
Pulang
54
Pak Ben Kuatir
55
Masuk Kuliah
56
Pantai Anyer
57
Anisa Sebenarnya Juga Takut
58
Pak Ben Minta Izin Menikahi Anisa
59
Quin Takut
60
Tiga Minggu Lagi
61
Anisa Kecapean
62
Beli Cincin
63
Datang Bulan
64
Buat Masalah
65
Selesai
66
Kangen
67
Sah
68
Merayu Quin
69
Memijit Kaki
70
Pendarahan
71
Berbohong
72
Abang Cari Informasi
73
Bogem Mentah
74
Ben Pulang
75
Anisa Pulang Ke Rumah
76
Sudah Mau Mengajar Di Kampus
77
Mau Makan Malam
78
Menginap
79
Tidak Pulang
80
Quin Menangis
81
Pulang Dari Hotel
82
Klinik 24 Jam
83
Bebas Ngga Ada Quin
84
Jeruk Asam
85
Melakukan Pemeriksaan
86
Mamah Anisa Menangis
87
Di Sofa
88
Tujuh Bulanan
89
Pemeriksaan Terakhir
90
Pergi Ke Mal Untuk Belanja
91
Pecah Ketuban
92
Bayi Yang Tampan
93
Bahagia

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!