Hari ini rencana Laura membawa Abel ke bersenang-senang ke taman hiburan di kota tersebut. Nyonya Laurent sengaja menyuruh Damian untuk mengantar mereka ke sana.
"Dam, mama ingin kau mengantar mereka?" ucap nyonya Laurent.
Damian langsung menghentikan sarapannya. Ia menatap Laura dan mamanya itu. "Aku sibuk!" ketusnya.
Mendengar ucapannya, Laura sudah tak lagi heran. Namun mama nya merasa Damian keterlaluan.
"Bisakah kau bersikap lebih baik, Dam? Kau sudah terlalu lama berlarut sehingga anakmu sendiri kau acuhkan!" ucap nyonya Laurent.
Damian meletakkan sendoknya lalu ia bangkit dari kursi itu"Aku berangkat!"ketusnya.
"Dam! Damian! " pekik nyonya Laurent,.
Damian tak menghiraukan teriakan ibunya itu. Sementara Laura mencoba menenangkan mertuanya itu.
"Sudah ma! Mama jangan khawatir Laura dan Abel sudah biasa pergi berdua saja" ucapnya sambil mengelus punggung renta milik nyonya Laurent.
Nyonya Laurent menatap menantunya itu nanar. Dirinya merasa menyesal telah mengambil keputusan untuk menjadikan Laura sebagai istri dari putranya.
"Maafkan mama, Laura! Mama yakin suatu hari Damian akan menerima kau dan Abel" sahut nyonya Laurent.
***
"Ma, aku ingin menaiki permainan itu!" ucap Abel seraya tangannya menunjuk tepat dimana permainan itu berada.
Laura mengikuti arah jari bocah itu. "Ya Tuhan! Tidak boleh sayang itu sangat berbahaya. Mama sangat takut! Naik yang lain saja ya?" ucap nya pelan meyakinkan bocah itu.
Abel merasa kesal, namun ia tetap menuruti mama nya itu.Mereka berjalan menuju arah yang lain.
"Aduh! Maaf nona aku tidak sengaja!" ucap pria yang baru saja menabrak punggung Laura.
Laura membalikan tubuhnya. "Tak apa! Apa anda baik-baik saja, tuan?" sahutnya.
Pria itu masih berdiri menatap Laura intens. Laura kembali menegurnya.
"Hei tua, apakah anda baik-baik saja?" ucapnya lagi, sehingga pria itu tersadar dari lamunannya.
"Ya, aku tak apa-apa" ucap pria itu.
"Baiklah kalau begitu kami pamit" ucap Laura.
Pria itu masih menatap kepergian mereka.Ia terpesona melihat kecantikan dan kelembutan Laura. Sedetik kemudian ia mengejar langkah mereka.
"Hei tunggu!" teriaknya sehingga membuat Laura dan Abel menghentikan langkahnya.
Laura membalikkan tubuhnya. "Ya, ada apa tuan?" sahut Laura.
"Ah tidak! Hanya saja, kau menjatuhkan ini" ucapnya sambil memberikan dompet milik Laura.
Laura mengambil benda itu dan tak lupa ia berterima kasih kepada pria itu.
Sepanjang hari mereka sangat menikmati hari-hari yang selalu mereka lewati bersama. Abel tak sekalipun merasakan kesepian dan kekurangan kasih sayang dari seorang ibu. Laura selalu memberikan kebahagian kepada bocah itu. Laura sudah menganggap Abel seperti darah daging nya sendiri.
Dari kejauhan sepasang mata memperhatikan mereka. Terselip senyum di garis bibirnya. Damian selalu memperhatikan gerak-gerik Laura dan Abel. Walau tak ingin menyentuh gadis kecil itu. Namun dalam hatinya ia sangat menyayangi gadis itu. Apalagi paras wajahnya mewarisi sosok wanita yang sangat ia cintai.
"Maafkan papa!"gumamnya lalu ia melangkah pergi meninggalkan mereka.
" Ma, sepertinya Abel melihat papa!"ucap gadis itu.
Laura hanya tersenyum. Setiap berkunjung ke sana, Abel selalu mengatakan itu. Tapi nyatanya sosok papa yang di maksud gadis kecil itu tidak pernah ada. Laura menganggap Abel terlalu berhalusinasi dan mengharap kehadiran sosok ayah dalam dirinya.
"Oh ya? Mungkin Abel salah lihat" sahutnya.
"E-em, tidak ma! Abel yakin sekali itu papa" ucapnya tegas.
Laura pun hanya mengiyakannya agar bocah itu tak lagi membicarakannya.
Hampir jam 5 sore akhirnya mereka berdua memutuskan untuk kembali ke rumah.
"Abel sudah lelah, sayang? Bagaimana jika kita pulang?" ucap Laura. Abel hanya menurut.
Mereka segera keluar dari tempat itu. Laura mencoba menghubungi sopir yang mengantar mereka namun tidak terjawab.
"Ya Tuhan, kemana perginya pak Dorman? Kenapa teleponnya tidak di angkat?" ucapnya pelan.
Tin tin tin
Laura menoleh sumber suara.
"Perlu tumpangan?" ucap pria yang berada di dalam mobil tersebut.
Laura menundukkan tubuhnya ia melihat siapa yang berada di dalamnya. "Tuan?!" ucapnya.
Pria itu tersenyum ke arah nya. "Apa kalian sedang menunggu? Jika berkenan aku akan mengantar ke tempat tujuan kalian" ucapnya menawarkan diri.
Laura agak ragu, namun melihat cuaca yang mendung akhirnya Laura menerima tawaran itu. "Apa tidak merepotkan tuan?".
" Tentu saja tidak! Silahkan masuk!"sahutnya seraya membuka pintu mobil itu.
Laura pun segera memasuki mobil itu. Benar saja, tak lama kemudian hujan turun membasahi bumi.
"Hampir saja. Terimakasih tuan kami membuat Anda repot saja" ucap Laura.
Pria itu hanya tersenyum simpul. Sementara Abel yang sudah lelah kini tertidur dipangkuan Laura.
Setelah beberapa saat akhirnya mereka sampai di kediaman Laura.
"Terimakasih tuan atas tumpangan nya, lain kali saya akan membalas budi baik tuan" ucap Laura sambil menggendong tubuh mungil Abel.
"Tidak perlu sungkan,kapan pun kamu perlu bantuan aku akan bersedia membantumu!" ucapnya.
"Kalau begitu kami izin masuk dulu" sahut Laura.
Dari arah balkon sepasang mata kembali mengintai mereka. Raut wajah penasaran terpancar dari wajah tegas nya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 195 Episodes
Comments
Mujiyem Muji
Damian egoisnya tinggi kasihan abel
2024-08-26
0
Febby Fadila
Istrinya meninggal karna melahirkan masa yg disalahin anaknya... namanya juga takdir
2024-08-07
2
Rini Musrini
menarik ceritanya
2024-07-02
3