Bab 15. Mas Juno?

...☘️☘️☘️...

Hilman benar-benar bingung dan panik, karena begitu dia datang ke sekolah Devan untuk menjemputnya. Devan sudah tidak ada di sana dan petugas keamanan di sekolah, mengatakan bahwa Devan sudah keluar dari sekolah 1 jam yang lalu.

Dia tidak bisa menyalahkan Devan yang pergi duluan, karena dia memang salah sudah terlambat menjemputnya. Jika bukan karena insiden kecelakaan dijalan tadi, pasti Hilman akan sampai tepat waktu di sekolah Devan.

"Astaghfirullahaladzim! Devan kemana ya? Apa mungkin dia ke rumah temennya ya? Tapi, aku nggak tau nomor kontak ibu temennya," gumam Hilman sambil berpikir untuk menghubungi salah satu ibu dari teman Devan. Siapa tau keponakannya itu berada di rumah temannya?

Meskipun nanti dia akan dimarahi, diomeli oleh kakaknya. Tapi dia memberanikan diri untuk menghubungi kakaknya dan menanyakan nomor kontak dari ibu temannya Devan.

"Assalamualaikum kak."

"Waalaikumsalam Hilman. Kamu udah jemput Devan kan? Pasti sekarang kalian udah ada di rumah. Maaf, kakak bisa titip Devan bentar nggak... urusan Kakak masih belum selesai."

"Kakak maaf! Aku bisa minta nomor kontak ibu temennya Devan nggak? Yang biasanya Devan suka main kesana," kata Hilman dengan cepat dan dengan perasaan yang was-was.

Indira terdiam sejenak dalam kebingungannya, saat dia merasakan ada yang aneh dengan perkataan adiknya. "Man, kenapa kamu tiba-tiba nanyain nomor kontak Ibu temennya Devan?" tanya Indira.

"Gini kak, kakak jangan panik dulu ya. Sebenernya Devan nggak ada di sekolah," ucap Hilman.

Deg!

Indira yang sedang berada di dalam kamar hotel bersama dengan klien wanitanya, sangat terkejut mendengar ucapan Hilman.

"APA?" Tanpa sadar Indira berteriak.

"Apa maksud kamu Man? Devan hilang?" tanya Indira lagi. Jantung Indira berdegup kencang saat mendengar kata-kata adiknya, dia dapat mencernanya. Bahwa Devan hilang.

"Maaf kak, tadi aku terlibat kecelakaan dan aku harus bawa orang yang aku tabrak ke rumah sakit. Jadi, aku telat jemput Devan...maaf kak!" kata Hilman menyesal dan merasa bersalah, karena sudah telat menjemput Devan dan membuat anak laki-laki itu menghilang.

Indira panik, tapi dia berusaha untuk tetap tenang. Dia juga tidak menyalahkan adiknya, walaupun sebenarnya dia kesal. Namun, marah dan kesal bukanlah hal yang terpenting untuk saat ini.

"Kakak akan cari Devan ke rumah Anthony, kamu hubungi nomor yang kakak kasih. Itu nomor namanya temen Devan," ucap Indira sambil menetralkan napasnya yang tidak beraturan.

"Oke kak. Maafin aku kak."

"Kita bicara nanti Man. Kita cari dulu Devan," ucap Indira sambil mengusap dadanya. Lalu dia mengucapkan salam dan mengakhiri panggilan tersebut.

Seorang wanita yang baru saja keluar dari kamar mandi, berjalan mendekati Indira yang terlihat gelisah.

"Bu Indira, kamu kenapa?" tanya wanita berambut keriting itu sambil mendekati Indira.

"Bu Amber, maaf... sepertinya saya harus pergi sekarang juga. Anak saya hilang bu, saya harus mencarinya," jelas Indira sambil berdiri dari tempat duduknya. Melihat kegelisahan di mata Indira, tentu saja Amber mengizinkannya pergi.

Dia juga bersimpati kepada Indira yang merupakan seorang single parent yang selama ini mengurus putranya seorang diri. Indira adalah wanita yang hebat menurutnya.

"Ya Tuhan. Kalau begitu, kamu harus segera mencari anak kamu. Maaf, karena saya tidak bisa menemani kamu untuk mencarinya. Saya masih harus pergi. Saya doakan semoga anak kamu cepat ditemukan," kata Amber sambil mengusap bahu Indira yang terasa bergetar. Indira pun meminta maaf sekali lagi dan kemudian dia pun pamit meninggalkan hotel tersebut.

"Sekali lagi maafkan saya, Bu."

"Tidak apa-apa saya paham. Tidak mudah menjadi orang tua tunggal, kamu adalah wanita hebat Bu Indira." Amber tersenyum kagum pada Indira. Wanita tangguh yang sangat menyayangi anaknya, tanpa didampingi suami.

Indira pun pergi dari sana, dia menaiki mobilnya sendiri. Lantas dia mencari Devan ke rumah temannya yang bernama Anthony, karena biasanya Devan suka pergi kesana bila Indira telat menjemput. Tak lupa dia mengirimkan nomor kontak pada Hilman. Sama halnya seperti Indira, Hilman juga sedang kelimpungan mencari keponakannya.

"Maaf bu Indira, tapi Devan tidak pulang bersama Anthony. Tadi Devan juga keluar kelas lebih dulu," ucap ibunya Anthony yang membuat Indira semakin didera rasa panik dan khawatir. Sungguh, Indira ingin menangis sekarang.

"Ya Allah...lalu dimana Devan?" guman Indira sambil menarik napasnya dalam.

"Bu Indira, ayo saya bantu mencari Devan!" kata wanita berparas bule itu yang bersimpati pada Indira.

"Tidak perlu bu, saya-"

Belum sempat Indira menyelesaikan perkataannya, suara dering telpon ponsel Indira membuatnya harus mengangkat telpon itu terlebih dahulu.

****

Sementara itu Devan dan Juno baru saja sampai didepan rumah yang ditinggali oleh Devan dan keluarganya. Karena khawatir dengan Devan yang akan sendirian, akhirnya Juno mengantar Devan ke rumahnya.

"Uncle. Uncle, aku bica minta tolong mggak? Tolong telpon mamaku. Biar mama nggak khawatil," kata Devan yang meminta pertolongan pada Juno untuk menelpon mamanya terlebih dahulu agar mamanya tidak khawatir.

"Oke. Kamu tau nggak nomor telpon mama kamu?" tanya Juno sambil mengeluarkan ponsel dari saku jasnya.

"Tau Uncle!"

Devan memberitahu Juno nomor telpon Indira, lalu Juno pun menghubungi nomor tersebut. Tak lama kemudian, panggilan telpon itu pun dijawab.

"Halo, maaf...apa saya sedang berbicara dengan mamanya Devan?"

Indira terkejut, dia membeku saat mendengar suara yang tak asing ditelinganya. Dia bahkan sampai memberhentikan mobilnya dipinggir jalan karena terkejut.

"Kenapa suaranya seperti suara Mas Juno? Mas... Juno ... tidak mungkin..." gumam Indira pelan, tanpa sadar bibirnya gemetar. Tangannya menutup mulutnya, secara refleks.

"Halo? Maaf, apa saya berbicara dengan mamanya Devan?" suara Juno terdengar lagi oleh Indira.

Indira mendengar suara itu, tapi dia belum meresponnya. Sebab, sebagian otaknya kini sedang mencerna suara itu. Suara seseorang yang sangat menyakitinya, suara itu memanggil nama Devan.

Kemudian Indira pun kembali meletakkan ponselnya ke telinga, dia berusaha untuk menjawab Juno.

"Iya, saya mamanya Devan," jawab Indira dengan tegas.

Hening di sana, Juno tiba-tiba terdiam membeku saat mendengar suara mama Devan ini.

"Uncle? Gimana? Mamaku jawab nggak?" tanya Devan seraya menarik-narik tangan Juno.

Indira menegang, manakala dia mendengar suara putranya. Dan saat ini putranya, kemungkinan besar, sedang bersama Juno.

"Kenapa Devan bisa sama Mas Juno? Apa dia sudah tahu kalau..."

****

Indonesia, Jakarta.

Disebuah kediaman mewah milik keluarga Bastian. Terlihat seorang pria tua yang duduk di kursi roda, tengah berbicara dengan salah satu orang kepercayaannya.

"Ini laporan dari Singapura, Tuan besar!" kata seorang pria berusia 30 tahunan kepada pria paruh baya yang duduk di kursi roda itu. Dia menunjukkan sesuatu didalam tab miliknya pada pria paruh baya tersebut.

"Apa ini benar? Indira...masih hidup dan dia tinggal bersama anaknya?" tanya Pria tua itu dengan wajah kaget, dia tidak percaya saat melihat foto Indira dan Devan di dalam tab tersebut.

"Iya Tuan besar."

****

Terpopuler

Comments

Healer

Healer

sepatutnya jg kakek Edwin siasat Sheila.... aduiiiiii

2024-09-02

2

Yunerty Blessa

Yunerty Blessa

jangan mau lagi bersama dengan suami durjana mu 😏

2024-08-05

0

Cicih Sophiana

Cicih Sophiana

jgn sampe Indira mau balikan dgn suami yg mau membunuh nya...

2024-07-02

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Hamil dan Harapan
2 Bab 2. Selingkuhan Juno
3 Bab 3. Mana suamimu?
4 Bab 4. Aku hamil
5 Bab 5. Istri Sah rasa orang ketiga
6 Bab 6. Indira Kabur?
7 Bab 7. Habisi dia!
8 Bab 8. Sakit yang akan membekas
9 Bab 9. Masih hidup
10 Bab 10. Memulai Hidup Baru
11 Bab 11. Setelah 5 tahun..
12 Bab 12. Perjalanan Bisnis
13 Bab 13. Pertemuan Juno dan Devan
14 Bab 14. Tidak punya papa
15 Bab 15. Mas Juno?
16 Bab 16. Pertemuan mencengangkan
17 Bab 17. Devan Anakku?
18 Bab 18. Perdebatan panas!
19 Bab 19. Sheila selingkuh?
20 Bab 20. Punya dua istri?
21 Bab 21. Jangan usir Papa!
22 Bab 22. Kamu akan menyesal!
23 Bab 23. Mantan suami?
24 Bab 24. Kembali Rumah Papa!
25 Bab 25. Devan nggak butuh Papa
26 Bab 26. Kecurigaan Indira
27 Bab 27. Setan Pelakor!
28 Bab 28. Rencana Indira
29 Bab 29. Pengakuan Juno
30 Bab 30. Pulang ke Jakarta?
31 Bab 31. Bukti nyata perselingkuhan
32 Bab 32. Kamu sudah sadar Juno?
33 Bab 33. Sedikit penyesalan
34 Bab 34. Tercengang!
35 Bab 35. TALAK
36 Bab 36. Kehancuran Pelakor
37 Bab 37. Indira Dikta
38 Bab 38. Semudah itu menyesal?
39 Bab 39. Kita sudah selesai, Mas!
40 Bab 40. Penyesalan
41 Bab 41. Kambuh
42 Bab 42. Tak mau cerai
43 Bab 43. Tetap bercerai!
44 Bab 44. Niat baik Bu Lusi dan Jenny
45 Bab 45. Usaha Juno
46 Bab 46. Ingat masa lalu
47 Bab 47. Mereka siapa?
48 Bab 48. Berkas-berkas perceraian?
49 Bab 49. Maling teriak maling!
50 Bab 50. Mempermalukan Pelakor
51 Bab 51. Keceplosan
52 Bab 52. Surat Cerai
53 Bab 53. Kehilangan hak untuk cemburu
54 Bab 54. Cerai
55 Bab 55. Hidup Baru
56 Bab 56. Dikta CEO
57 Bab 57. Mengejar Indira
58 Bab 58. Insiden Vio dan Devan
59 Bab 59. Kekecewaan Devan
60 Bab 60. Vio anak siapa?
61 Bab 61. Aku bukan ayahnya
62 Bab 62. Devan Tantrum
63 Bab 63. Kamu nggak nanyain aku?
64 Bab 64. Akhir si Pelakor
65 Bab 65. Sheila bundir?
66 Bab 66. Jatuh ke pelukannya
67 Bab 67. Kasus pembunuhan
68 Bab 68. Sabar satu bulan lagi
69 Bab 69. Akhir
70 Bab 70. Membujuk Juno
71 Bab 71. Aku harap kamu bahagia
72 Ektra Chapter 1
Episodes

Updated 72 Episodes

1
Bab 1. Hamil dan Harapan
2
Bab 2. Selingkuhan Juno
3
Bab 3. Mana suamimu?
4
Bab 4. Aku hamil
5
Bab 5. Istri Sah rasa orang ketiga
6
Bab 6. Indira Kabur?
7
Bab 7. Habisi dia!
8
Bab 8. Sakit yang akan membekas
9
Bab 9. Masih hidup
10
Bab 10. Memulai Hidup Baru
11
Bab 11. Setelah 5 tahun..
12
Bab 12. Perjalanan Bisnis
13
Bab 13. Pertemuan Juno dan Devan
14
Bab 14. Tidak punya papa
15
Bab 15. Mas Juno?
16
Bab 16. Pertemuan mencengangkan
17
Bab 17. Devan Anakku?
18
Bab 18. Perdebatan panas!
19
Bab 19. Sheila selingkuh?
20
Bab 20. Punya dua istri?
21
Bab 21. Jangan usir Papa!
22
Bab 22. Kamu akan menyesal!
23
Bab 23. Mantan suami?
24
Bab 24. Kembali Rumah Papa!
25
Bab 25. Devan nggak butuh Papa
26
Bab 26. Kecurigaan Indira
27
Bab 27. Setan Pelakor!
28
Bab 28. Rencana Indira
29
Bab 29. Pengakuan Juno
30
Bab 30. Pulang ke Jakarta?
31
Bab 31. Bukti nyata perselingkuhan
32
Bab 32. Kamu sudah sadar Juno?
33
Bab 33. Sedikit penyesalan
34
Bab 34. Tercengang!
35
Bab 35. TALAK
36
Bab 36. Kehancuran Pelakor
37
Bab 37. Indira Dikta
38
Bab 38. Semudah itu menyesal?
39
Bab 39. Kita sudah selesai, Mas!
40
Bab 40. Penyesalan
41
Bab 41. Kambuh
42
Bab 42. Tak mau cerai
43
Bab 43. Tetap bercerai!
44
Bab 44. Niat baik Bu Lusi dan Jenny
45
Bab 45. Usaha Juno
46
Bab 46. Ingat masa lalu
47
Bab 47. Mereka siapa?
48
Bab 48. Berkas-berkas perceraian?
49
Bab 49. Maling teriak maling!
50
Bab 50. Mempermalukan Pelakor
51
Bab 51. Keceplosan
52
Bab 52. Surat Cerai
53
Bab 53. Kehilangan hak untuk cemburu
54
Bab 54. Cerai
55
Bab 55. Hidup Baru
56
Bab 56. Dikta CEO
57
Bab 57. Mengejar Indira
58
Bab 58. Insiden Vio dan Devan
59
Bab 59. Kekecewaan Devan
60
Bab 60. Vio anak siapa?
61
Bab 61. Aku bukan ayahnya
62
Bab 62. Devan Tantrum
63
Bab 63. Kamu nggak nanyain aku?
64
Bab 64. Akhir si Pelakor
65
Bab 65. Sheila bundir?
66
Bab 66. Jatuh ke pelukannya
67
Bab 67. Kasus pembunuhan
68
Bab 68. Sabar satu bulan lagi
69
Bab 69. Akhir
70
Bab 70. Membujuk Juno
71
Bab 71. Aku harap kamu bahagia
72
Ektra Chapter 1

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!