Bab 11. Setelah 5 tahun..

Selama hampir 6 tahun itu, banyak yang berubah dalam hidup Indira. Dia tidak lagi menjadi wanita yang mudah ditindas, selain karena profesinya yang sekarang seorang pengacara. Indira juga memiliki kemampuan publik speaking yang bagus, tidak seperti dulu yang diam saja. Dari cintanya kepada Juno, dia belajar bahwa dia tidak boleh mencintai sesuatu terlalu dalam. Dia juga banyak belajar dari Juno, bahwa rumah tangga itu tidak akan berjalan baik apabila tidak ada cinta diantara keduanya. Semuanya harus seimbang agar berjalan dengan baik.

Menjadi single parents, sebenarnya bukan pilihan Indira. Jikalau bisa ia memilih, ia ingin mempunyai keluarga yang utuh bersama Juno dan anak mereka. Tapi apa daya? Indira tidak bisa kalau dia harus berbagi suami dengan wanita lain dan mengalami rasa sakit seorang diri. Toh, pasti sekarang Juno juga sudah bahagia dengan hidupnya.

Lantas bagaimana dengan status perceraiannya? Apakah dia sudah bercerai dari Juno? Secara agama, mereka sudah berpisah lama dan mereka sudah bercerai. Tapi secara negara, mereka belum resmi bercerai. Jika dia mengajukan gugatan cerai itu sekarang, apa belum terlambat? Pasti Juno dan semua orang tahu kalau dia masih hidup. Lalu bagaimana dengan keselamatan anaknya? Dulu saja ada yang mau mencelakainya dan putranya. Sampai sekarang, Indira tidak tahu siapa orang yang mencelakainya.

Pagi itu di negeri singa, Indira sedang sarapan bersama dengan adik dan putranya. Devan terlihat tampan, senyuman anak itu begitu menawan. Sayangnya wajah Devan mirip dengan lelaki yang sudah menyakiti Indira, sekaligus lelaki yang dia cintai begitu dalam.

"Kata orang sih anak pertama cowok suka mirip mamanya, tapi Devan mirip banget sama papanya. Kakak ngidam apa sih dulu sampe Devan mirip banget sama cowok br*ngsek itu?" kata Hilman mengumpat. Dia kesal melihat wajah keponakannya, tapi anak itu tetap anak dari kakaknya.

"Hilman, jaga bicara kamu. Nanti Devan dengar," ucap Indira yang memperingatkan adiknya agar jangan sembarangan bicara.

"Om Hilman, om Hilman mau selai kacangnya nggak? Ini buat om Ilman! Udah aku pakein selai kacang kecukaan om," ucap Devan seraya menyodorkan roti yang sudah diolesi oleh selai kacang itu.

Bagaimana bisa Hilman tidak luluh pada Devan? Anak itu begitu menggemaskan, dibalik wajahnya yang mengesalkan itu karena mirip seseorang yang Hilman benci.

"Makasih Devan. Kamu emang keponakan om yang baik deh! Semoga kamu tetap baik kayak gini, jangan kayak dia!" ucap Hilman sambil mengunyah roti dari Devan.

"Hilman." Tegur Indira seraya menggelengkan kepalanya. Dia tidak mau Hilman membahas pria itu didepan putranya.

"Ciapa dia Om? Kenapa aku nggak boleh kayak dia?" tanya Devan dengan rasa penasarannya yang tinggi. Dia menatap omnya itu dengan bertanya-tanya.

"Bukan siapa-siapa kok, hehe. Yuk makan sarapannya. Nanti om yang anterin Devan ke sekolah," ucap Hilman sambil tersenyum, dan mengalihkan perhatian.

"Oce Om!" sahut Devan sambil tersenyum dan mengunyah rotinya dengan lahap. Untungnya Hilman berhasil untuk mengalihkan suasana.

'Ngomong-ngomong siapa yang dimaksud om sama dia? Dia itu capa ya?' kata Devan dalam hatinya.

Setelah sarapan pagi, Indira, Hilman dan Devan bersiap-siap untuk aktivitas mereka hari ini. Indira akan berangkat ke kantor firma hukum tempatnya bekerja yang baru, sementara Hilman akan pergi ke perusahaan tempatnya bekerja, dia adalah seorang sekretaris dari perusahaan terkenal di negeri singa itu. Sementara Devan akan pergi ke TK.

"Man, kakak titip Devan ya!" kata Indira pada adiknya, hari ini dia akan pergi ke kantor firma hukumnya yang baru dan tempat itu sangat berlawanan arah dengan sekolah Devan. Jadi dia menitipkan Devan pada Hilman.

"Siap kak! Hilman anterin sampai ke dalam kelasnya. Terus Hilman titipin ke bu gurunya nanti," ucap Hilman patuh.

"Devan sama Om Hilman dulu ya? Mama mau ke kantor tempat kerja mama yang dulu, Nak." Indira mengusap kepala Devan dengan lembut dan penuh kasih sayang.

"Iya Ma, nggak apa-apa. Aku cama om Hilman. Mama semangat keljanya ya, nanti Devan caliin papa biar mama nggak usah kelja kelja lagi!" celetuk Devan dengan polosnya.

Sontak saja Indira dan Hilman terperangah mendengar perkataan Devan tentang seorang papa. Dada Indira terasa sesak saat mendengar Devan menyinggung soal papanya. Hatinya kembali tersayat bila mengingat siapa ayah kandung Devan.

"Ayo,cepetan masuk mobil! Nanti telat sekolahnya," ujar Indira terburu-buru, dia berusaha mengalihkan perhatian Devan.

"Tapi Ma, nanti Devan caliin papa buat mama. Gimana kalau Om doktel aja yang jadi papa Devan, Ma?" Anak laki-laki itu tidak mau menyerah, dia tetap mengoceh soal papanya.

"Om doktel kan cuka sama Mama!" seru Devan dengan senyuman polosnya. Hingga Indira tidak mampu untuk marah kepada putra tercintanya ini.

"Hilman, bawa Devan masuk!" titah Indira pada adiknya.

Hilman yang peka dengan perasaan kakaknya, langsung membawa Devan masuk ke dalam mobil.

'Pasti kak Indi baper lagi gara-gara si cowok brengs*k itu!' Hilman berkata dalam hati.

Indira pun melihat mobil Hilman pergi dari sana, raut wajah sedihnya tidak bisa disembunyikan lagi. "Maafin Mama nak. Mama tahu kamu ingin Papa, tapi...mama belum bisa mewujudkan keinginan kamu. Kamu masih punya papa, tapi Mama nggak tahu bagaimana reaksinya kalau dia melihat kamu? Papa kamu bahkan tidak menginginkan kehadiran kamu, Nak."

Sebelum Devano lahir dan dia masih berada di dalam kandungan, dia sudah ditolak mentang-mentang oleh Juno. Perkataan menyakitkan yang dilontarkan oleh Juno, membuat Indira tak bisa melupakannya begitu saja.

"Mas Juno... kamu pasti sudah bahagia dengan keluarga kecil kamu?"

****

Di Jakarta, Indonesia.

Kediaman Juno Bastian, pagi itu terdengar ribut-ribut dari dapur yang membuat Juno sakit kepala. Juno pun langsung pergi keluar dari kamarnya untuk melihat apa yang terjadi.

"Mama bilang mama sibuk, mama nggak bisa bawa kamu! Bandel banget sih kamu!"

"Tapi acu mau ikut mama," rengek seorang gadis kecil pada Sheila.

"Nggak bisa!" seru Sheila marah. Lalu gadis kecil itupun emosi dan melempar barang-barang yang ada di dapur. Dia memecahkan gelas, mangkuk, dan piring hingga menimbulkan suara gaduh.

Prang!

Prang!

"Kamu tuh kenapa sih nakal banget!" Sheila yang kesal langsung mencubit pipi gadis kecil itu.

"Aakhh! Sakit Ma!" gadis kecil itu meringis kesakitan, tapi Sheila seperti tidak peduli dengan putrinya itu.

"Sheila, kamu apa-apaan sih! Lepasin!" teriak Juno seraya melepaskan tangan Sheila yang mencubit pipi gadis kecil itu.

***

Terpopuler

Comments

Siti Aminah

Siti Aminah

sekarang lah awal karma mu datang Juno...semoga sumpah dn perkataan Hilman jd kenyataan

2024-11-14

3

Natha

Natha

tadi part sebelumnya panggil Bunda..
sekarang kok Mama?

2024-10-17

1

Febriani mandasari123

Febriani mandasari123

syukurin lho juno

2024-09-02

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Hamil dan Harapan
2 Bab 2. Selingkuhan Juno
3 Bab 3. Mana suamimu?
4 Bab 4. Aku hamil
5 Bab 5. Istri Sah rasa orang ketiga
6 Bab 6. Indira Kabur?
7 Bab 7. Habisi dia!
8 Bab 8. Sakit yang akan membekas
9 Bab 9. Masih hidup
10 Bab 10. Memulai Hidup Baru
11 Bab 11. Setelah 5 tahun..
12 Bab 12. Perjalanan Bisnis
13 Bab 13. Pertemuan Juno dan Devan
14 Bab 14. Tidak punya papa
15 Bab 15. Mas Juno?
16 Bab 16. Pertemuan mencengangkan
17 Bab 17. Devan Anakku?
18 Bab 18. Perdebatan panas!
19 Bab 19. Sheila selingkuh?
20 Bab 20. Punya dua istri?
21 Bab 21. Jangan usir Papa!
22 Bab 22. Kamu akan menyesal!
23 Bab 23. Mantan suami?
24 Bab 24. Kembali Rumah Papa!
25 Bab 25. Devan nggak butuh Papa
26 Bab 26. Kecurigaan Indira
27 Bab 27. Setan Pelakor!
28 Bab 28. Rencana Indira
29 Bab 29. Pengakuan Juno
30 Bab 30. Pulang ke Jakarta?
31 Bab 31. Bukti nyata perselingkuhan
32 Bab 32. Kamu sudah sadar Juno?
33 Bab 33. Sedikit penyesalan
34 Bab 34. Tercengang!
35 Bab 35. TALAK
36 Bab 36. Kehancuran Pelakor
37 Bab 37. Indira Dikta
38 Bab 38. Semudah itu menyesal?
39 Bab 39. Kita sudah selesai, Mas!
40 Bab 40. Penyesalan
41 Bab 41. Kambuh
42 Bab 42. Tak mau cerai
43 Bab 43. Tetap bercerai!
44 Bab 44. Niat baik Bu Lusi dan Jenny
45 Bab 45. Usaha Juno
46 Bab 46. Ingat masa lalu
47 Bab 47. Mereka siapa?
48 Bab 48. Berkas-berkas perceraian?
49 Bab 49. Maling teriak maling!
50 Bab 50. Mempermalukan Pelakor
51 Bab 51. Keceplosan
52 Bab 52. Surat Cerai
53 Bab 53. Kehilangan hak untuk cemburu
54 Bab 54. Cerai
55 Bab 55. Hidup Baru
56 Bab 56. Dikta CEO
57 Bab 57. Mengejar Indira
58 Bab 58. Insiden Vio dan Devan
59 Bab 59. Kekecewaan Devan
60 Bab 60. Vio anak siapa?
61 Bab 61. Aku bukan ayahnya
62 Bab 62. Devan Tantrum
63 Bab 63. Kamu nggak nanyain aku?
64 Bab 64. Akhir si Pelakor
65 Bab 65. Sheila bundir?
66 Bab 66. Jatuh ke pelukannya
67 Bab 67. Kasus pembunuhan
68 Bab 68. Sabar satu bulan lagi
69 Bab 69. Akhir
70 Bab 70. Membujuk Juno
71 Bab 71. Aku harap kamu bahagia
72 Ektra Chapter 1
Episodes

Updated 72 Episodes

1
Bab 1. Hamil dan Harapan
2
Bab 2. Selingkuhan Juno
3
Bab 3. Mana suamimu?
4
Bab 4. Aku hamil
5
Bab 5. Istri Sah rasa orang ketiga
6
Bab 6. Indira Kabur?
7
Bab 7. Habisi dia!
8
Bab 8. Sakit yang akan membekas
9
Bab 9. Masih hidup
10
Bab 10. Memulai Hidup Baru
11
Bab 11. Setelah 5 tahun..
12
Bab 12. Perjalanan Bisnis
13
Bab 13. Pertemuan Juno dan Devan
14
Bab 14. Tidak punya papa
15
Bab 15. Mas Juno?
16
Bab 16. Pertemuan mencengangkan
17
Bab 17. Devan Anakku?
18
Bab 18. Perdebatan panas!
19
Bab 19. Sheila selingkuh?
20
Bab 20. Punya dua istri?
21
Bab 21. Jangan usir Papa!
22
Bab 22. Kamu akan menyesal!
23
Bab 23. Mantan suami?
24
Bab 24. Kembali Rumah Papa!
25
Bab 25. Devan nggak butuh Papa
26
Bab 26. Kecurigaan Indira
27
Bab 27. Setan Pelakor!
28
Bab 28. Rencana Indira
29
Bab 29. Pengakuan Juno
30
Bab 30. Pulang ke Jakarta?
31
Bab 31. Bukti nyata perselingkuhan
32
Bab 32. Kamu sudah sadar Juno?
33
Bab 33. Sedikit penyesalan
34
Bab 34. Tercengang!
35
Bab 35. TALAK
36
Bab 36. Kehancuran Pelakor
37
Bab 37. Indira Dikta
38
Bab 38. Semudah itu menyesal?
39
Bab 39. Kita sudah selesai, Mas!
40
Bab 40. Penyesalan
41
Bab 41. Kambuh
42
Bab 42. Tak mau cerai
43
Bab 43. Tetap bercerai!
44
Bab 44. Niat baik Bu Lusi dan Jenny
45
Bab 45. Usaha Juno
46
Bab 46. Ingat masa lalu
47
Bab 47. Mereka siapa?
48
Bab 48. Berkas-berkas perceraian?
49
Bab 49. Maling teriak maling!
50
Bab 50. Mempermalukan Pelakor
51
Bab 51. Keceplosan
52
Bab 52. Surat Cerai
53
Bab 53. Kehilangan hak untuk cemburu
54
Bab 54. Cerai
55
Bab 55. Hidup Baru
56
Bab 56. Dikta CEO
57
Bab 57. Mengejar Indira
58
Bab 58. Insiden Vio dan Devan
59
Bab 59. Kekecewaan Devan
60
Bab 60. Vio anak siapa?
61
Bab 61. Aku bukan ayahnya
62
Bab 62. Devan Tantrum
63
Bab 63. Kamu nggak nanyain aku?
64
Bab 64. Akhir si Pelakor
65
Bab 65. Sheila bundir?
66
Bab 66. Jatuh ke pelukannya
67
Bab 67. Kasus pembunuhan
68
Bab 68. Sabar satu bulan lagi
69
Bab 69. Akhir
70
Bab 70. Membujuk Juno
71
Bab 71. Aku harap kamu bahagia
72
Ektra Chapter 1

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!