Tamparan

Bila kemarin-kemarin Madava pulang sekitar pukul 9 malam, maka Madava hari ini pulang seperti biasanya, yaitu pukul 5. Madava pulang ke rumah dengan raut muka masam.

'Itu muka apa jeruk purut?' gumam Ayu saat melihat Madava melewati dirinya dengan muka masam. Rafi sedang ke kamar mengambil buku gambar, jadi tak ada alasan bagi Ayu untuk memasang wajah ramah. Ia memasang wajah datar membuat Madava mendengus melihatnya.

Madava masuk ke kamar kemudian menghempaskan tasnya ke atas sofa di kamar. Merasa lelah, Madava pun segera membaringkan tubuhnya ke atas ranjang besar di dalam sana hingga tanpa sadar ia terlelap.

Namun, belum lama ia tertidur, Madava mendengar suara tawa renyah dari luar sana. Lebih tepatnya ruang tamu. Madava mengucek kedua matanya. Madava mengambil ponsel untuk melihat jam, dahinya berkerut setelahnya.

"Siapa bertamu jam segini?" gumam Madava heran sebab jarum jam masih menunjukkan pukul 17.34.

Melepas dasi, Madava berjalan keluar untuk melihat dengan siapa Ayu dan Rafi bercanda. Soalnya tidak biasanya kedua orang itu tertawa sebegitu renyahnya. Biasanya hanya ada kesunyian di rumah lumayan besar itu.

Sesampainya di ruang tamu, mata Madava terbelalak. Entah sejak kapan ada Asrul di sana. Mereka tampak sedang menyantap bakso dengan ditemani jus buah.

"Sialan! Ngapain dia kemari sore-sore begini?" gumam Madava kesal.

Ia pun segera menghampiri ketiga orang itu.

"Loe ... ngapain sore-sore kelayapan kemari? Nggak punya rumah loe?" ketus Madava heran melihat kedatangan Asrul ke rumahnya sore-sore seperti ini. Bahkan dari pakaian yang Asrul kenakan, ia tidak pulang dulu ke rumah alias langsung ke mari karena ia masih mengenakan pakaiannya saat bekerja.

"Bukan urusan loe," jawab Asrul acuh tak acuh.

"Heh, yang loe datangi itu rumah gue jadi wajar kalau gue bertanya."

"Emangnya kalimat loe tadi sebuah pertanyaan? Bukannya sebuah sindiran." Asrul menjawab sambil terus menyantap baksonya. "Gimana Raf, enak baksonya?"

"Enak Om. Enak banget," jawab Rafi yang sedang menyantap bakso miliknya.

Madava mendengus. Ia melihat Ayu, Rafi, dan Asrul menyantap baksonya dengan begitu lahap. Madava seketika menjilat lidah dan menelan ludah. Perutnya tiba-tiba lapar.

"Dahlah, puyeng ngomong sama loe. Mana bakso gue?"

"Bakso loe? Emang siapa yang beliin loe bakso?"

"Lah, itu mereka loe beliin, kenapa gue nggak?"

"Duit loe lebih banyak, beli sendiri lah. Gue cuma beliin Ayu dan cal--- eh Rafi," ujar Asrul cengengesan membuat Madava kesal.

"Papa mau makan bakso juga? Makan sama Rafi yuk, Pa!" ajak Rafi sambil tersenyum sumringah. Madava tersentuh mendengar tawaran bocah laki-laki itu. Apalagi ia menawarkan sambil tersenyum sumringah. Tangan Madava reflek terangkat ingin mengusap puncak kepalanya, tapi seketika ia menghentikan gerakannya. Bibir yang hampir tersenyum dalam hitungan detik kembali datar.

"Terima kasih. Rafi makan saja. Pa---pa nggak lapar kok." Madava menjawab kaku.

Lalu ia melangkahkan kaki kembali ke kamarnya. Di dalam kamar, Madava menghembuskan nafas kasar. Entah kenapa ia kesal melihat kedatangan Asrul sore ini. Apalagi ia tampak begitu akrab dengan Ayu dan Rafi.

Begitu pula hari-hari berikutnya, Asrul hampir setiap hari datang. Ia datang dengan berbagai alasan. Seperti saat ini, ia datang untuk mengajak Ayu dan Rafi ke tempat wisata permainan air.

"Mau kemana?" tanya Madava saat melihat Ayu yang sudah terlihat rapi berdiri di depan kamarnya.

Sebenarnya sudah sejak kemarin Ayu ingin meminta izin sebab Rafi memang sudah lama sekali ingin pergi ke tempat permainan air tersebut. Kebetulan beberapa hari yang lalu, Asrul menawarkan hal tersebut. Tentu saja Rafi merasa senang bukan main. Salah satu impiannya adalah pergi ke tempat permainan air tersebut. Ayu yang tak kuasa melihat kebahagiaan Rafi pun terpaksa mengiyakan meskipun belum mengantongi izin dari Madava.

"Em, aku sama Rafi mau ke Ocean Park," ujar Ayu.

"Sama siapa?"

"Em, Mas Asrul."

"Apa? Asrul?"

"Iya."

"Kamu waras?"

"Apa?" Mata Ayu terbelalak saat mendapatkan pertanyaan itu.

"Kamu belum tuli 'kan?"

"Apa maksudmu mengatakan itu?" kesal Ayu dengan sorot mata tajamnya.

"Kalau kamu waras, kamu nggak akan pergi sama Asrul. Kamu itu perempuan bersuami. Apa kata orang kalau mereka tahu, kamu, istriku, pergi dengan laki-laki lain."

"Apa peduli mu?"

"Masih bertanya. Apa kau tidak bisa menjaga marwah mu sebagai seorang istri, hah?" sentak Madava. Entah kenapa ia benar-benar kesal saat mengetahui Ayu akan pergi dengan Asrul. Ia pun tidak habis pikir dengan temannya itu, kenapa bisa kecantol dengan perempuan seperti Ayu. Oke kalau Ayu masih lajang. Tapi ... Ayu ini sudah bersuami lho. Dan suaminya itu temannya sendiri, tapi ia dengan begitu santainya mencoba mendekati perempuan yang sudah menjadi istrinya ini. Apa tidak ada perempuan lain lagi?

"Memangnya kau menganggapku sebagai seorang istri?" tanya Ayu membuat Madava tertohok. Ia bahkan selalu bersikap semena-mena dengan Ayu. Apalagi saat di depan Rafi, ia akan bersikap semena-mena sebab ia tahu, Ayu pasti akan menuruti perintahnya bila di hadapan anaknya.

Seperti kemarin, ia menyuruh Ayu memasangkannya sepatu saat ada Rafi di dekatnya. Dengan menahan kesal, Ayu pun memasangkan sepatunya.

Lalu kemarinnya lagi, Madava menyuruh Ayu memasangkannya dasi. Tak peduli Ayu lebih pendek darinya sehingga kesusahan untuk memasangkannya, tapi lagi-lagi Ayu terpaksa menuruti perintah Madava.

Pernah juga Madava menyuruh Ayu menggoreng nasi saat nasi putih dan lauk pauknya sudah terhidang. Saat nasi goreng sudah terhidang, ia justru memakan nasi putih yang sudah dihidangkan tadi dengan acuh tak acuh. Ayu hanya bisa menahan kedongkolan hatinya. Ingin marah dan protes, tapi ada Rafi di sana. Ia tidak ingin Rafi melihat perdebatan mereka. Jadi Ayu hanya bisa menahan kekesalan hatinya atas sikap menyebalkan Madava.

"Terlepas aku menganggap mu istri ataupun nggak, ingat, statusmu itu adalah istriku. Orang-orang yang mengenalku pun tahu itu. Seharusnya kau bisa menjaga sikapmu. Jangan seperti perempuan murahan! Atau jangan-jangan kau memang perempuan murahan?" desis Madava membuat Ayu benar-benar sakit hati mendengarnya.

Plakkk ...

Sebuah tamparan mengenai pipi Madava. Madava sampai terkejut luar biasa saat mendapatkan tamparan itu. Ini untuk pertama kalinya ia ditampar seseorang. Dan yang lebih menyulut amarahnya yang menamparnya adalah Ayu. Seorang pembantu yang diangkat menjadi istrinya oleh ibunya. Sungguh tidak tahu malu bukan, pikirnya. Seharusnya ia berterima kasih pada keluarganya sebab berkat keluarganya lah derajatnya bisa terangkat. Namun Ayu justru bersikap sebaliknya. Ia bersikap angkuh hanya karena ia berhasil menyelamatkan wajahnya di hadapan orang-orang.

"Kau ... "

"Tutup mulut busuk mu itu! Jangan hanya karena aku orang miskin jadi kau bisa bersikap semau mu. Bukankah kau sendiri yang membebaskan aku pergi dengan Asrul? Lagipula, aku memang pergi dengannya, tapi itu semata-mata untuk membahagiakan Rafi. Apa salah aku ingin membahagiakan anakku? Ya, Rafi bukan anakmu jadi apa peduli mu padanya. Tapi aku nggak bisa. Kalaupun Rafi memintaku meninggalkanmu, maka hari itu detik itu pula aku akan melakukannya tanpa pikir panjang. Karena Rafi adalah prioritasku," tegas Ayu.

Sebenarnya Ayu sadar sikapnya pergi dengan laki-laki yang bukan mahramnya itu salah. Hanya saja, melihat raut penuh harap di wajah Rafi, mana ia tega untuk menolak. Ia pikir, Madava akan mengerti. Apalagi pernikahan mereka bukanlah pernikahan sesungguhnya. Seharusnya Madava bersikap biasa saja 'kan. Tidak perlu marah-marah.

Tapi apa ini? Kenapa ia marah-marah? Sok posesif. Menyebalkan.

...***...

...Happy reading 🥰 🥰 🥰 ...

Terpopuler

Comments

Syifa Azahrasiyah

Syifa Azahrasiyah

sebenarnya ayu juga salah dan gak sepantasnya sdh punya suami malah keluar sama laki lain.tp kamu Dava jadi suami juga salah kenapa tidak mencoba untuk menerima ayu dan Rafi?semua ibu pasti akan melakukan apa pun untuk melihat anaknya bahagia tak terkecuali ayu

2025-01-26

0

sherly

sherly

tetep aja salah tingkahmu ayu...... kalopun mau pergi rekreasi ya pergi aja berdua Ama Rafi...

2025-01-31

0

Dewa Rana

Dewa Rana

serba salah jadi si ayu

2024-12-30

0

lihat semua
Episodes
1 Terpaksa menikah
2 Permintaan dan penawaran Bu Shanum
3 Cucu
4 Pulang
5 Terbengong-bengong
6 Kepribadian ganda
7 Tawa
8 Pelet
9 Tamparan
10 Penipu ulung
11 Terluka
12 Kesurupan
13 Rajawali
14 Merinding
15 Satu Minggu lagi
16 Mobil remote control
17 Jangan ...
18 Sesuatu yang tak terduga
19 Ayu
20 Ayu 2
21 Ayu 3
22 Tak sadarkan diri
23 Sarapan
24 Syarat
25 Gugup
26 Syaratnya adalah
27 Tidur
28 Hasil
29 Ketahuan
30 Menyesal
31 Let's see
32 Perhatian kecil dan cerai
33 Gelisah
34 Gengsi
35 Pemandangan
36 Cium dulu, baru lepas
37 Resah gelisah
38 Rafa
39 Serangan
40 Perkelahian
41 Fakta
42 Apa ini karmaku?
43 Gierafa
44 44
45 Cantik
46 Unexpected moment
47 Ayu vs Tika
48 Takut
49 Cemburu
50 Telepon
51 Via
52 Sogokan
53 Cerita
54 A---apa ini?
55 Hai
56 Komitmen
57 Praduga
58 Anak kita?
59 Anak kita 2
60 Gisela
61 Pemeriksaan
62 Bertemu
63 Mini Madava
64 Syok
65 65
66 Mama janji
67 Ayu, kau mau kemana?
68 68
69 Madava vs Gierafa
70 70
71 Rencana Bu Shanum
72 Tumis pare
73 Ayu ...
74 Kesedihan Madava
75 Hasil pemeriksaan
76 Bertemu Ibu Rafa
77 Judulin sendiri! Hehehe
78 Muntah
79 Gisela vs Asrul
80 Penyesalan
81 Pergi
82 Ku menangiiiiisssss ...
83 83
84 Yeay
85 Couvade syndrom
86 Ancaman Gisela
87 Menemui ...
88 88
89 89
90 90
91 91
92 92
93 93
94 94
95 95
96 96
97 Calon partner masa depan
98 Baby, terima kasih ...
99 99
100 Anugerah
101 TAMAT
Episodes

Updated 101 Episodes

1
Terpaksa menikah
2
Permintaan dan penawaran Bu Shanum
3
Cucu
4
Pulang
5
Terbengong-bengong
6
Kepribadian ganda
7
Tawa
8
Pelet
9
Tamparan
10
Penipu ulung
11
Terluka
12
Kesurupan
13
Rajawali
14
Merinding
15
Satu Minggu lagi
16
Mobil remote control
17
Jangan ...
18
Sesuatu yang tak terduga
19
Ayu
20
Ayu 2
21
Ayu 3
22
Tak sadarkan diri
23
Sarapan
24
Syarat
25
Gugup
26
Syaratnya adalah
27
Tidur
28
Hasil
29
Ketahuan
30
Menyesal
31
Let's see
32
Perhatian kecil dan cerai
33
Gelisah
34
Gengsi
35
Pemandangan
36
Cium dulu, baru lepas
37
Resah gelisah
38
Rafa
39
Serangan
40
Perkelahian
41
Fakta
42
Apa ini karmaku?
43
Gierafa
44
44
45
Cantik
46
Unexpected moment
47
Ayu vs Tika
48
Takut
49
Cemburu
50
Telepon
51
Via
52
Sogokan
53
Cerita
54
A---apa ini?
55
Hai
56
Komitmen
57
Praduga
58
Anak kita?
59
Anak kita 2
60
Gisela
61
Pemeriksaan
62
Bertemu
63
Mini Madava
64
Syok
65
65
66
Mama janji
67
Ayu, kau mau kemana?
68
68
69
Madava vs Gierafa
70
70
71
Rencana Bu Shanum
72
Tumis pare
73
Ayu ...
74
Kesedihan Madava
75
Hasil pemeriksaan
76
Bertemu Ibu Rafa
77
Judulin sendiri! Hehehe
78
Muntah
79
Gisela vs Asrul
80
Penyesalan
81
Pergi
82
Ku menangiiiiisssss ...
83
83
84
Yeay
85
Couvade syndrom
86
Ancaman Gisela
87
Menemui ...
88
88
89
89
90
90
91
91
92
92
93
93
94
94
95
95
96
96
97
Calon partner masa depan
98
Baby, terima kasih ...
99
99
100
Anugerah
101
TAMAT

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!