Cucu

"Lho, Yu, mau kemana?" tanya Bu Shanum saat melihat Ayu keluar dari kamar putranya.

Ayu tersentak. Padahal ia sudah keluar kamar diam-diam, tapi masih saja ketahuan.

"Ayu mau cari Rafi, Bu."

"Ma, bukan ibu. Ingat, kamu sekarang sudah menjadi menantu mama."

"Eh, i-iya, Ma. Em, Ayu mau cari Rafi dulu ya, Ma. Sudah sore, Rafi pasti belum mandi."

"Kamu nggak usah khawatir. Rafi sudah mandi. Sekarang sedang makan di gazebo."

"Ka-kalau begitu, Ayu liat Rafi dulu ya, Bu eh Ma." Ayu menundukkan sedikit kepalanya kemudian segera berlalu dari hadapan Bu Shanum. Ia masih canggung berhadapan dengan Bu Shanum. Dari majikan jadi mertua, sungguh seperti sebuah drama.

Bu Shanum menggelengkan kepalanya melihat tingkah Ayu. Saat hendak berlalu, ia melihat Madava pun keluar kamar.

"Mau kemana kamu?" tanya Bu Shanum membuat Madava tersentak.

"Eh, Mama. Dava nggak mau kemana-mana kok," kilah Madava.

"Nggak usah bohong kamu. Mau kelayapan? Apa nggak malu, baru nikah udah kelayapan?"

"Dava cuma mau ketemu temen-temen aja kok, Ma. Di cafe. Nggak lama."

"Bukannya mau menghindari Ayu?"

"Nggak." Madava menggeleng cepat. "Justru menantu mama tuh yang menghindar. Aku mandi, tau-tau dia dah kabur. Emangnya aku mau makan orang apa."

"Kamu memang nggak makan orang, tapi sikap kamu lebih menyeramkan dari monster pemakan orang," ujar Bu Shanum membuat Madava membulatkan matanya. "Awas kalau pulang larut, permintaan kamu tinggal di rumah sendiri akan mama cancel!"

"Hah, mama yang benar aja! Masa' dicancel sih?"

"Jadi kamu emang berniat pulang larut?"

"Nggak kok. Paling pulangnya besok pagi, bukan pulang larut."

"Apa? Kamu mau pulang besok pagi? Kamu mau ninggalin Ayu di malam pertamamu, hah?" seru Bu Shanum kesal sambil memukul-mukul tubuh Madava.

"Eh, nggak, Ma. Nggak. Dava cuma bercanda aja," kilahnya sambil mengangkat tangannya untuk menghalau pukulan sang ibu.

"Nggak usah bohong kamu. Dasar anak bandel. Kapan sih kamu bisa bahagiain mama, hah? Jangan cuma bikin stres aja bisanya."

"Ya ampun, Ma, udah dong. Dava cuma main-main aja, nggak serius kok."

Terdengar suara tawa dari ambang pintu. Itu adalah suara Rafi.

"Mama ... Mama ... Liat deh, nenek lagi marahin Om itu. Pasti Om itu nakal jadi kena marah nenek ya, Ma?" ujar Rafi membuat Bu Shanum dan Madava menoleh. Wajah Madava merah padam karena malu. Ayu pun segera menutup mulut Rafi agar tidak bicara lagi.

"Iya, Sayang, Om itu emang nakal. Nggak kayak Rafi yang anak baik," ujar Bu Shanum yang akhirnya menghentikan pukulannya. "Udah, nggak papa, Yu! Jangan ditutup mulut Rafi, nanti sakit."

Ayu lantas melepaskan tangannya. Rafi, bocah yang berusia 4 tahun itupun berlari mendekati Bu Shanum.

Bu Shanum merentangkan kedua tangannya dan membawa Rafi ke dalam gendongannya.

"Nah, mulai sekarang jangan panggil Om ini Om lagi ya, tapi Papa." Bu Shanum ingin agar Rafi membiasakan memanggil Madava dengan sebutan papa.

Mata Madava membulat. Ia ingin menolak, tapi pelototan Bu Shanum membuatnya terdiam.

"Papa? Jadi Rafi sekarang punya papa ya, Nek? Jadi Rafi bukan anak yatim lagi?"

"Anak yatim?" Bu Shanum membulatkan matanya.

"Iya. Kata orang anak yang nggak ada ayahnya itu anak yatim," ujar Rafi polos membuat Bu Shanum terhenyak. Begitu pula Ayu dan Madava.

Bu Shanum pun mengusap puncak kepala Rafi dengan sayang. "Sekarang Rafi udah punya papa jadi Rafi bukan anak yatim lagi. Rafi suka?"

"Suka, Nek. Rafi suka." Rafi menoleh ke arah Madava sambil tersenyum lebar. Tapi melihat wajah datar Madava membuat senyum itu seketika surut. Ayu yang sadar akan hal itu pun segera membawa Rafi menyingkir dari sana.

"Punya wajah itu dikondisikan. Masa' di depan anak kecil saja muka masam gitu."

"Salah terus. Ya sudah, Dava pergi dulu. Assalamualaikum." Madava memilih menyingkir daripada terus-menerus bertengkar dengan sang ibu.

Seperti perkataannya, Madava pun pulang tidak terlalu larut. Ia sebenarnya bukan pergi ke cafe bertemu teman-temannya, tapi meminta seseorang untuk mencari keberadaan Via dan keluarganya. Ia merasa tidak terima dengan perbuatan Via dan keluarganya yang kabur di hari pernikahannya dengan membawa semua mahar.

Saat masuk ke kamar, kamar itu tampak terang benderang. Ia melihat ke arah ranjang yang kosong dan masih terlihat rapi sama seperti sebelumnya. Ia menoleh ke sekeliling, mencari keberadaan Ayu. Ia cukup terkejut saat melihat perempuan itu sedang tidur dengan mengenakan jaket di sofa kamarnya. Ia tidur meringkuk di sana. Entah mengapa ia tidak menggunakan selimut. Ah, setelah dipikir-pikir mungkin karena ia tidak menemukan selimut lain. Untuk membawa selimut dari kamarnya yang sebelumnya, mungkin tak enak atau dipakai anaknya. Sedangkan Rafi sendiri diajak Bu Shanum tidur di kamarnya.

Madava tidak begitu menghiraukan keberadaan Ayu. Ia justru segera berganti pakaian, mencuci tangan dan wajah kemudian berbaring di tempat tidurnya.

Keesokan harinya, saat Madava bangun, ia melihat Ayu sudah mandi. Bahkan ia sudah bersiap untuk keluar.

"Siang nanti kita pindah ke rumahku," ujar Madava sambil beranjak dari tempat tidurnya.

"Baik." Hanya satu kata itu respon Ayu. Kemudian ia pun segera keluar tanpa memedulikan Madava sama sekali.

Sebenarnya Madava kesal. Ia kesal karena sikap Ayu yang begitu acuh tak acuh.

"Kita lihat saja, sebatas mana kau akan bersikap acuh tak acuh, huh?" kesal Madava.

...***...

"Apa harus secepat ini?" tanya Bu Shanum yang rasanya belum rela melepaskan Ayu tinggal di rumah Madava. Madava sebelum ini memang sudah membeli rumah untuk ditempatinnya dengan istrinya setelah menikah. Hanya saja ia tidak menyangka kalau rumah itu akan ia tempati dengan wanita yang sungguh di luar dugaannya.

"Mama 'kan tahu sendiri, jarak rumah ini ke kantor cukup jauh. Bisa hampir 2 jam perjalanan. Itu bila tidak macet. Kalau macet, bisa lebih lagi. Bisa-bisa Dava selalu terlambat pergi ke kantor. Nggak mungkin 'kan Dava pergi selepas subuh?" Madava beralasan.

Bu Shanum menoleh pada Ayu dan Rafi yang sedang makan dalam diam. Mereka seperti tidak keberatan sama sekali.

"Baiklah. Mama titip Ayu dan Rafi ya?"

"Mama kok ngomong begitu sih? Kayak ngomong sama siapa saja. Tentu saja Dava akan menjaga mereka. Bukankah Menikahi ibunya juga harus bisa menerima anaknya?" ucap Madava sambil melirik Ayu yang memasang wajah datar. Bu Shanum tersenyum mendengarnya. Ia pikir Madava sudah benar-benar menerima pernikahan ini.

"Oh ya Ayu, maaf mama belum sempat temenin kamu periksa Rafi. Mama seminggu ini ada urusan di luar kota. Kamu nggak papa 'kan?"

Ayu mengangkat wajahnya kemudian tersenyum tipis.

"Iya, Ma. Nggak papa."

"Ya sudah, ayo dimakan. Rafi makan yang banyak ya. Buat sehat dan kuat."

"Iya, Nenek."

"Oh ya, Dava, kalian butuh art nggak? Kalau butuh, kalian bisa ajak bik Tuti."

"Eeee ... " Madava melirik pada Ayu. Kemudian ia tersenyum tipis. "Nggak usah, Ma. Bukannya menolak, tapi kami 'kan belum terbiasa bersama. Biar kami kerjakan semuanya bersama-sama saja. Hitung-hitung supaya bisa lebih dekat satu sama lain. Benar begitu 'kan, Yu?"

Ayu bisa melihat senyum penuh perencanaan di bibir Madava. Ia tidak merasa khawatir sedikitpun.

"Mas Dava benar, Ma. Kami bisa melakukannya bersama." Ayu menjawab dengan tersenyum tipis. Lalu mereka saling beradu pandang. Tatapan setajam silet saling mereka hunuskan.

"Mas Dava? Wah, panggilan yang sangat manis sekali. Mama benar-benar tidak menyangka kemajuan kalian akan secepat ini. Semoga saja kalian juga bisa memberikan mama cucu secepatnya. Bukannya mama nggak menganggap Rafi sebagai cucu mama, hanya saja Mama juga ingin sekali menggendong seorang bayi. Pasti sangat menyenangkan. Rafi mau 'kan punya adik?"

"Mau, Nek. Rafi mau," jawab Rafi penuh semangat. "Memang mama mau kasi Rafi adik ya, Ma? Wah, Rafi mau banget. Rafi janji, kalau mama kasi Rafi adik, Rafi akan bantu jaga adik." Rafi berujar dengan mata berbinar-binar.

Wajah Ayu sudah merah padam. Madava mengomel dalam hati. Ada-ada saja ibunya ini, masa' menikah baru sehari sudah diminta cucu. Ya kalau mereka menikah karena cinta mungkin saja mereka bisa secepatnya mengusahakan memberikan cucu pada ibunya, tapi sepertinya tidak dengan pernikahan mereka. Bisa bertahan beberapa bulan saja sudah syukur-syukur. Ah, tapi rasanya sulit.

"Rafi memang kakak yang baik. Sayang sama Rafi," ucap Bu Shanum tanpa memedulikan ekspresi anak dan menantunya yang sudah kecut. "Semoga mama dan papa Rafi segera memberikan kabar baik ya!"

...***...

...Happy reading 🥰 🥰 🥰 ...

Terpopuler

Comments

aryuu

aryuu

ibu ngidam apaan sihhh anaknya kok beneran monster gini /Facepalm/

2024-12-15

0

Sweet Girl

Sweet Girl

yang ada lu tiap hari marah marah karena dicuekin si Ayu

2025-01-15

0

Dewa Rana

Dewa Rana

bagus ayu, kamu punya harga diri, gak menye2

2024-12-30

0

lihat semua
Episodes
1 Terpaksa menikah
2 Permintaan dan penawaran Bu Shanum
3 Cucu
4 Pulang
5 Terbengong-bengong
6 Kepribadian ganda
7 Tawa
8 Pelet
9 Tamparan
10 Penipu ulung
11 Terluka
12 Kesurupan
13 Rajawali
14 Merinding
15 Satu Minggu lagi
16 Mobil remote control
17 Jangan ...
18 Sesuatu yang tak terduga
19 Ayu
20 Ayu 2
21 Ayu 3
22 Tak sadarkan diri
23 Sarapan
24 Syarat
25 Gugup
26 Syaratnya adalah
27 Tidur
28 Hasil
29 Ketahuan
30 Menyesal
31 Let's see
32 Perhatian kecil dan cerai
33 Gelisah
34 Gengsi
35 Pemandangan
36 Cium dulu, baru lepas
37 Resah gelisah
38 Rafa
39 Serangan
40 Perkelahian
41 Fakta
42 Apa ini karmaku?
43 Gierafa
44 44
45 Cantik
46 Unexpected moment
47 Ayu vs Tika
48 Takut
49 Cemburu
50 Telepon
51 Via
52 Sogokan
53 Cerita
54 A---apa ini?
55 Hai
56 Komitmen
57 Praduga
58 Anak kita?
59 Anak kita 2
60 Gisela
61 Pemeriksaan
62 Bertemu
63 Mini Madava
64 Syok
65 65
66 Mama janji
67 Ayu, kau mau kemana?
68 68
69 Madava vs Gierafa
70 70
71 Rencana Bu Shanum
72 Tumis pare
73 Ayu ...
74 Kesedihan Madava
75 Hasil pemeriksaan
76 Bertemu Ibu Rafa
77 Judulin sendiri! Hehehe
78 Muntah
79 Gisela vs Asrul
80 Penyesalan
81 Pergi
82 Ku menangiiiiisssss ...
83 83
84 Yeay
85 Couvade syndrom
86 Ancaman Gisela
87 Menemui ...
88 88
89 89
90 90
91 91
92 92
93 93
94 94
95 95
96 96
97 Calon partner masa depan
98 Baby, terima kasih ...
99 99
100 Anugerah
101 TAMAT
Episodes

Updated 101 Episodes

1
Terpaksa menikah
2
Permintaan dan penawaran Bu Shanum
3
Cucu
4
Pulang
5
Terbengong-bengong
6
Kepribadian ganda
7
Tawa
8
Pelet
9
Tamparan
10
Penipu ulung
11
Terluka
12
Kesurupan
13
Rajawali
14
Merinding
15
Satu Minggu lagi
16
Mobil remote control
17
Jangan ...
18
Sesuatu yang tak terduga
19
Ayu
20
Ayu 2
21
Ayu 3
22
Tak sadarkan diri
23
Sarapan
24
Syarat
25
Gugup
26
Syaratnya adalah
27
Tidur
28
Hasil
29
Ketahuan
30
Menyesal
31
Let's see
32
Perhatian kecil dan cerai
33
Gelisah
34
Gengsi
35
Pemandangan
36
Cium dulu, baru lepas
37
Resah gelisah
38
Rafa
39
Serangan
40
Perkelahian
41
Fakta
42
Apa ini karmaku?
43
Gierafa
44
44
45
Cantik
46
Unexpected moment
47
Ayu vs Tika
48
Takut
49
Cemburu
50
Telepon
51
Via
52
Sogokan
53
Cerita
54
A---apa ini?
55
Hai
56
Komitmen
57
Praduga
58
Anak kita?
59
Anak kita 2
60
Gisela
61
Pemeriksaan
62
Bertemu
63
Mini Madava
64
Syok
65
65
66
Mama janji
67
Ayu, kau mau kemana?
68
68
69
Madava vs Gierafa
70
70
71
Rencana Bu Shanum
72
Tumis pare
73
Ayu ...
74
Kesedihan Madava
75
Hasil pemeriksaan
76
Bertemu Ibu Rafa
77
Judulin sendiri! Hehehe
78
Muntah
79
Gisela vs Asrul
80
Penyesalan
81
Pergi
82
Ku menangiiiiisssss ...
83
83
84
Yeay
85
Couvade syndrom
86
Ancaman Gisela
87
Menemui ...
88
88
89
89
90
90
91
91
92
92
93
93
94
94
95
95
96
96
97
Calon partner masa depan
98
Baby, terima kasih ...
99
99
100
Anugerah
101
TAMAT

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!